Proses infeksi dan iritasi yang kronis akan dapat menyebabkan
hipertrofi konka nasalis. Septum deviasi juga dapat menyebabkan penyakit
ini secara kontralateral. Gejala utama rinitis hipertrofi adalah hidung
tersumbat. Keadaan ini memerlukan tindakan koreksi karena pengobatan
dengan medikamentosa saja sering tidak memberi hasil yang memuaskan.
Tindakan yang paling ringan seperti kauter sampai pemakaian laser dapat
dilakukan untuk mengatasi keluhan hidung tersumbat akibat hipertrofi
konka.
Beberapa teknik operasi yang dapat digunakan adalah:
Kauterisasi konka dengan zat kimia
Kauterisasi
konka dengan zat kimia adalah teknik yang paling sederhana. Zat kimia
yang biasanya digunakan adalah nitras argenti atau asam triklor asetat.
Bahan kimia ini
dioleskan sepanjang konka yang mengalami hipertrofi.5
Conchotomy inferior total
Letakkan
gunting konka dengan satu mata pisau di bawah konka dan yang lain
diatasnya, lepaskan jaringan tulang dan jaringan lunak konka.
Elektrokauter dapat dilakukan pada
sisi pemotongan untuk menghentikan
perdarahan, diikuti dengan tampon hidung. Keuntungan utama teknik ini
adalah ditujukan pada hipertrofi tulang maupun mukosa sepanjang
konka. Kerugiannya adalah risiko perdarahan dan krusta pasca operasi.4
Conchotomy inferior parsial
Diletakkan
elevator di bawah konka kemudian patahkan ke medial, lalu letakkan klem
lurus sepanjang permukaan anterior inferior konka yang akan dibuang.
Klem dibiarkan dulu sedikitnya satu menit untuk hemostatis dan
memungkinkan penilaian konka yang hipertrofi untuk reseksi. Gunakan
gunting konka untuk mengeksisi jaringan tulang dan jaringan lunak
sepanjang batas anterior inferior konka. Elektrokauter dapat dilakukan
pada sisi pemotongan
untuk hemostatis. Keuntungan dengan cara ini adalah pembuangan langsung tulang dan mukosa yang hipertrofi.
Kerugiannya adalah perdarahan serta terbentuknya krusta.4
Reseksi
parsial konka inferior dengan endoskopi adalah cara terbaik untuk
memperbaiki obstruksi hidung akibat hipertrofi konka inferior.9
Turbinoplasti inferior
Gunakan
elevator untuk mematahkan dan menggerakkankonka inferior.4 Lalu dibuat
insisi sepanjang ujung anterior konka pada insersi lateral, kemudian
diperpanjang ke bawah sampai setengah panjang anterior konka.10
Buat sebuah liang dengan elevator Freer sepanjang tulang konka ke arah
posterior sejauh mungkin kemudian eksisi tulang konka dengan menggunakan
senar. Gulung flap mukoperiosteal yang tersisa dari medial ke lateral
untuk membentuk konka
baru dan letakkan tampon yang dilepaskan
setelah 24 jam.4,10 Tujuan teknik ini adalah mengangkat tulang tetapi
menyisakan bagian medial dan beberapa permukaan lateral
mukosa.8 Keuntungan teknik ini adalah risiko perdarahan dan krusta lebih sedikit daripada teknik bedah reseksi lainnya.
Prosedur ini menyisakan sebagian mukosa konka dan lebih ditujukan pada obstruksi konka bagian posterior.4
Reseksi submukosa
Insisi
sepanjang permukaan inferior konka, kemudian elevasi bagian medial dan
lateral flap mukoperiosteal ke arah superior dan inferior untuk
mendapatkan tulang konka. Lalu
reseksi bagian tulang dari sepertiga
anterior konka. Variasi instrumen seperti gunting, takahashi forceps,
rongeurs dapat digunakan, dan buang sisa-sisa fraktur pada posterior.
Turunkan kembali flap mukoperiosteum, kemudian tampon dapat
diletakkan untuk fiksasi flap selama fase penyembuhan.4,11
Pelepasan
konka bagian tulang memungkinkan konka inferior mengarah ke lateral
secara alami. Keuntungan teknik ini adalah risiko perdarahan dan krusta
lebih sedikit daripada
teknik bedah reseksi lainnya serta menyisakan
sebagian mukosa konka. Kerugiannya adalah sulit dilakukan dan tidak
ditujukan untuk konka bagian posterior bila obstruksi.4
Diatermi submukosaDiatermi
submukosa konka inferior mulai populer sejak 1989, walaupun sudah
pernah dilaporkan pada tahun 1987. Diyakini bahwa arus koagulatif
menghasilkan nekrosis jaringan
dan fibrosis yang terjadi menyebabkan
penyusutan dari jaringan lunak konka. Keuntungannya adalah penyembuhan
biasanya lebih cepat dan banyak ahli menggunakan diatermi
submukosa
sebagai pilihan karena komplikasi yang relatif sedikit. Di samping itu
dapat dilakukan dengan anestesi lokal, peralatan tidak mahal dan aman,
namun tidak efektif untuk
jangka panjang.7
Outfracture lateral
Letakkan
elevator Freer atau Boise di bawah konka kemudian tulang konka
dipatahkan ke arah atas dan medial. Lalu elevator diletakkan di atas
permukaan medial konka dan diberikan tekanan untuk mematahkan konka ke
arah luar. Dipastikan bahwa fraktur tulang konka di seluruh panjangnya.
Tampon biasanya tidak dibutuhkan tapi dapat berguna untuk mempertahankan
konka ke lateral.4,11
Tindakan ini mengurangi ukuran konka dan
volume rongga hidung menjadi lebih luas. Keuntungan cara ini adalah
komplikasi seperti perdarahan lebih sedikit serta lebih sedikit krusta
pasca operasi. Kerugiannya adalah tidak ditujukan pada hipertrofi mukosa
konka, serta perbaikan aliran udara hidung hanya sementara bila hanya
prosedur ini yang dilakukan. Bila dilakukan dengan teknik lain yang
mengurangi hipertrofi mukosa, dapat diperoleh pengurangan obstruksi
rongga hidung yang lebih efektif.4
Pematahan multipel tulang konka submukosa
Teknik
operasi pematahan multipel tulang konka submukosal ini merupakan
modifikasi dari simple out-fracture konka. Dengan cara ini mukosa tidak
dilukai, dan dilakukan lateralisasi tulang konka, sehingga terbentuk
jaringan ikat submukosa, dan setelah osteoklas bekerja, diharapkan
fragmen tulang yang dipatahkan semakin mengecil. Operasi dapat dilakukan
dalam narkosis atau dapat juga dengan anestesi lokal. Persiapan operasi
dengan pemberian vasokonstriksi lokal sangat membantu yaitu dengan
pemasangan tampon hidung dengan lidokain 2% dan adrenalin 1:200.000.
Untuk mengurangi perdarahan pada awal tindakan dilakukan infiltrasi
submukosa konka dengan campuran larutan adrenalin 1:200.000 pada bagian
anterior konka sampai menyentuh tulang konka. Dilakukan insisi tegak
lurus pada
daerah tusukan infiltrasi lebih kurang 0,5 cm agar
respatorium dapat dimasukkan. Bebaskan permukaan medial tulang konka
dari jaringan lunak dengan menggunakan respatorium konka sampai ke
posterior. Pematahan tulang konka secara berulang dimulai dari bagian
posterior maju setiap 0,5 cm ke arah anterior sehingga terdapat 6-8
fragmen patah tulang konka.
Perdarahan yang terjadi biasanya tidak
banyak dan dipasang tampon anterior untuk dipertahankan 3 hari.
Keuntungan teknik operasi ini ialah caranya mudah, waktu operasi singkat
dan penyulit saat operasi serta dampak pasca operasi sangat minimal.
Kerugian teknik ini memerlukan kehati-hatian pada waktu melepas tulang
konka dengan jaringan lunak konka agar tidak robek karena dilakukan
dengan metode buta.3
Elektrokauter
Elektrokauter dapat
dilakukan dengan kontak linear mukosa atau submukosa.4,11 Untuk kauter
permukaan, elektrode kabel atau jarum dapat digunakan. Kauter submukosa
dapat dilakukan dengan elektrode unipolar atau bipolar yang menginduksi
fibrosis dan kontraktur
yang menghasilkan pengurangan volume. Teknik
unipolar menyebabkan koagulasi jaringan di sekeliling elektrode,
sedangkan teknik bipolar menghasilkan koagulasi nekrosis di
antara
jarum elektrode. Pada teknik bipolar, masukkan ujung kauter konka
bipolar ke dalam konka anterior inferior lalu berikan arus. Pada teknik
unipolar, masukkan jarum spinal
22 sepanjang tepi konka anterior
inferior lalu berikan arus, biasanya dengan unit elektrokauter Bovie.
Hindari kontak dengan ala, kolumela atau septum, yang dapat menyebabkan
luka jaringan perifer. Hindari pula kontak langsung dan kauterisasi
tulang konka karena dapat menyebabkan nekrosis tulang. Keuntungan cara
ini risiko perdarahan rendah sedangakan kerugiannya adalah krusta pada
tempat insersi kauter dan sering terjadi edema konka pada minggu pertama
pasca operasi.4
Ablasi frekuensi radio
Ablasi frekuensi
radio menghasilkan perubahan ionik pada jaringan dan menginduksi
nekrosis jaringan. Fibrosis submukosa yang dihasilkan melengketkan
mukosa ke periosteum konka, mengurangi aliran darah ke konka. Kontraktur
yang terjadi menyebabkan reduksi volume konka inferior tanpa kerusakan
pada mukosa diatasnya. Suhu target dapat diatur pada 60-90oC untuk
menghindarkan kerusakan jaringan sekitar. Sebelum operasi berikan
lidokain 4% topikal sepanjang konka, dan kemudian disuntikkan lidokain
1-2%.
Injeksi lidokain dengan epinefrin (1:100.000) juga dapat
dipakai. Ujung probe dimasukkan ke bagian anterior dan sepanjang
pertengahan konka. Jumlah energi yang diberikan
pada konka inferior
bervariasi. Generator frekuensi radio memungkinkan pengaturan suhu
target, besar arus, lama pemberian arus, dan total energi yang
diberikan. Pemberian
sampai sebesar 900 Joule per konka (pada dua
lokasi probe yang berbeda pada konka) telah dilaporkan tanpa menyebabkan
nekrosis mukosa.4 Keuntungan teknik ini adalah
mempertahankan mukosa, mengurangi risiko perdarahan dan
pembentukan krusta pasca operasi.4,12
Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan anestesi lokal di klinik dan dapat diulangi bila hasil yang optimal belum diperoleh.4
Cryosurgery
Cryosurgery
menyebabkan pembentukan kristal es intraselular, menghasilkan
denaturasi protein inti dan membran sel. Hal ini menyebabkan destruksi
membran sel, trombosis pembuluh darah, iskemia jaringan, dan destruksi
jaringan. Peralatan yang digunakan adalah unit cryosurgery nitrous
oxide. Letakkan cryoprobe pada permukaan konka dan turunkan suhu serta
bekukan permukaan kontak. Suhu yang digunakan antara -45 sampai – 85oC.
Lindungi alanasi, kolumela dan septum dari kontak dengan ujung probe
untuk menghindari kerusakan jaringan tersebut. Keuntungan teknik ini
adalah dapat dilakukan dengan anestesi lokal pada klinik.
Sedangkan kerugiannya adalah penyembuhan yang lama sehingga membutuhkan waktu sampai 6 minggu.4
Laser conchotomy
Laser
conchotomy yang digunakan adalah laser CO2, Nd: YAG (neodymium:
yttrium-aluminium-garnet) dan dioda.Jaringan divaporisasi sepanjang ¼
sampai ½ bagian anterior inferior konka.4 Teknik laser CO2 melibatkan
penggunaan beberapa titik laser (densitas energi laser 6.100 Joule/cm2
per lesi) pada puncak konka di bawah mikroskop operasi.
Pada prosedur laser Nd:YAG, radiasi tenaga rendah (densitas Power microdebrider
Power
microdebrider merupakan metode yang aman, sederhana dan efektif untuk
penatalaksanaan rinitis hipertrofi kronis. Teknik ini terutama berguna
sebagai tambahan pada septoplasti endoskopi atau sinosurgery, dan
merupakan pilihan bedah dengan teknik invasif minimal. Namun, studi
lebih lanjut dengan desain prospektif dibutuhkan untuk
memperkuat bukti yang telah ada.14
Coblation
Prosedur
ini menggunakan Coblation-Channeling untuk sekaligus membuang dan
menyusutkan jaringan submukosa. Teknik ini menciptakan kanal dengan
mengablasi jaringan. Untuk penyusutan jaringan, lesi nekrotik submukosa
diciptakan di sekitar kanal tersebut. Terapi ganda ini menyebabkan
pengurangan obstruksi hidung yang segera.14
Pasca
operatif Bila dilakukan reseksi tulang atau mukosa, tampon pasca
operasi harus diberikan, yang biasanya dilepaskan dalam 24 jam
pascaoperasi. Perdarahan pasca-operatif biasanya dapat diatasi dengan
dekongestan topikal, bahan hemostatik seperti
surgical, atau tampon hidung. Perdarahan yang menetap mungkin membutuhkan operasi ulang dan mungkin juga dibutuhkan endoskopi.4
Penatalaksanaan Lanjutan Beritahukan pasien untuk menghindari mengangkat beban
berat
atau aktivitas berat selama beberapa minggu setelah operasi (biasanya
2-3 minggu). Selama itu pasien juga harus menghindari obat-obatan dengan
efek antikoagulasi. Cuci
hidung dengan NaCl harus digunakan untuk
meminimalkan kekeringan hidung dan krusta pasca operasi. Hal ini harus
dilanjutkan sampai mukosa sembuh sempurna, kemudian
pengobatan lanjutan seperti glukokortikoid topikal dapat dilanjutkan.4
Komplikasi Pasca operasi
Perdarahan
Komplikasi
ini adalah yang paling sering terjadi dengan insidensi sebesar 1%
sampai 2%. Umumnya perdarahan berhenti secara spontan dalam beberapa
hari. Dapat pula terjadi perdarahan berat yang membutuhkan transfusi,
dengan insidens sebesar kurang dari 1%. Perdarahan ditangani dengan cara
yang sama dengan penanganan epistaksis. Bila setelah beberapa lama
perdarahan belum berhenti, sumber perdarahan harus dicari. Tampon yang
ada harus dikeluarkan dari hidung dan klot darah diisap, lalu diberikan
nasal dekongestan topikal dengan menggunakan kapas.11
Jaringan parut
Pembentukan
synechia dari konka inferior sampai ke septum atau konka media jarang
terjadi pasca turbinektomi. Namun dapat juga terjadi bila mukosa septum
terkelupas
di dekat tepi konka setelah reseksi. Akan terjadi clot
darah diantaranya yang kemudian akan membentuk synechia. Kemungkinan
pembentukan synechia sulit diprediksi,
namun dapat dicegah bila
dilakukan monitoring yang tepat pasca operasi. Bila synechia sudah
terbentuk, penanganan tergantung pada gejala yang timbul. Umumnya
jaringan parut
ini perlu dibuang, namun dengan hanya menginsisi
synechia saja kurang efisien. Hampir semua kasus membutuhkan eksisi dari
kedua permukaan mukosa.11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar