8.1 Anamnesa
Pada anamnesa akan didapati keluhan-keluhan seperti yang diterangkan dalam
gejala klinis yang tidak diketahui kapan dimulainya. Gejala tersebut berkembang
perlahan dan sangat lambat. Kesulitan
mengucapkan beberapa konsonan tertentu sepeti “f”, “ s”, atau “ th “ pada orang
Inggris misalnya. Kemudian adanya riwayat paparan berulang terhadap kebisingan
seperti latar belakang pekerjaan menjadi anggota militer, pekerja industri dan
sebagainya. Adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik, dsb.2,8
8.2 Pemeriksaan Fisik
Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik. Tetapi dengan
pemeriksaan otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika dilakukan tes
penala, maka akan menunjukkan suatu tuli sensorineural yang bilateral.1
8.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometric
nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.Pada
tahap awal terdapat penurunan yang tajam ( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz.
Gambaran ini khas pada presbikusis sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis
ini sering ditemukan. Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan
mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi
penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan
pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan
adanya gangguan diskriminasi wicara (
speech discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis
neural dan koklear.1
9. PENATALAKSANAAN.
Rehabilitasi sebagai upaya untuk
mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar
(hearing aid). Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading), dan latihan
mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama
ahli terapi wicara (speech
therapist).1
Tujuan
rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas pasien dalam komunikasi
sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini
tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara
individual serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien
ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang
melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman dekat
dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat.9
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari rehabilitasi pendengaran. Pasien
harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil
mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama latihan
pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan
kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan
tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk
memperbaiki rasio sinyal-bising dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu
dengar.9
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok.
Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara
perorangan, sedangkan program kelompok memberi kesempatan untuk menyusun
berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat dianggap sebagai situasi harian
normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran.9
Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran terhadap isyarat-isyarat
lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu kekurangan
informasi dengarnya. Perlu diperagakan bagaimana struktur bahasa menimbulkan
hambatan-hambatan tertentu pada pembicara. Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan sikap alami cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila
informasi dengar yang diperlukan untuk memahami masih belum mencukupi, maka
petunjuk-petunjuk lingkungan dapat mengisi kekurangan ini. Seluruh aspek
rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat berinteraksi lebih
efektif dengan lingkungannya.
0 komentar:
Posting Komentar