Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menemukan C trachomatis. Pemeriksaan tersebut yaitu:
- Sitologi konjungtiva, yang dilakukan dengan pewarnaan Giemsa. Pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya sel plasma, sel PMN, dan sel multinukleat raksasa (sel Leber)
- Deteksi badan inklusi, yang dapat dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, pewarnaan iodin, atau imunofluoresens.
- ELISA, untuk mendeteksi adanya antigen klamidia.
- PCR
- Isolasi bakteri patogen
- Serotyping yang dilakukan dengan mendeteksi antibodi spesifik dengan metode mikroimunofluoresens.
Diagnosis banding untuk trakoma yaitu:
- Konjungtivitis folikular adenovirus/keratokonjungtivitis epidemik
- Konjungtivitis papilar
Komplikasi
trakoma yang tersering yaitu pembentukan jaringan parut konjungtiva.
Jaringan parut tersebut dapat menyebabkan terganggunya fungsi kelenjar
lakrimal dan duktus lakrimalis. Hal ini menyebabkan penurunan komponen
air pada tirai air mata. Selain itu, sel goblet juga mengalami gangguan
fungsi sehingga terjadi pula penurunan produksi mukus pada tirai air
mata. Selain itu, dapat terjadi trichiasis, yaitu pembelokan bulu mata
ke dalam sehingga menyebabkan abrasi kornea. Abrasi kornea ini dapat
menimbulkan ulkus kornea, infeksi kornea, dan jaringan parut pada
kornea. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu ptosis, obstruksi
duktus lakrimalis, dan dakrosistitis.
Penatalaksanaan trakoma dapat menggunakan antibiotik sistemik, yaitu:
- Tetrasiklin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1-1,5 g/hari yang dibagi empat dan diberikan selama 3-4 minggu. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak berusia di bawah 7 tahun dan ibu hamil.
- Doksisiklin, yang diberikan secara oral dengan dosis 100mg yang diberikan 2x sehari dan diberikan selama 3 minggu.
- Eritromisin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1g/hari dan dibagi empat dengan diberikan selama 3-4 minggu.
- Azitromisin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1g
Selain
terapi yang diberikan secara oral, terdapat terapi antibiotik yang
diberikan secara topikal, yaitu sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin,
dan rifampisin. Obat topikal ini diberikan empat kali sehari selama 6
minggu. Dapat juga dilakukan terapi pembedahan untuk memperbaiki bulu
mata yang berbelok ke arah dalam.
Trakoma
dapat dicegah bila kondisi higienis lingkungan dapat terjaga dengan
baik, penanganan terhadap konjungtivitis dini, dan penggunaan terapi
antibiotik pada daerah endemik.
Prognosis dari trakoma tergantung pada kondisi higienis dari pasien, karena trakoma merupakan penyakit kronik.
0 komentar:
Posting Komentar