Pencegahan
Gaya hidup
Pasokan air yang tidak terkontaminasi dan mudah didapat serta penerapan sanitasi yang baik menjadi hal penting untuk mengurangi tingkat infeksi dan gastroenteritis yang berarti dari segi klinis.[12] Langkah-langkah pribadi (seperti mencuci tangan) diketahui dapat mengurangi tingkat insidensi dan prevalensi gastroenteritis baik di negara berkembang maupun di negara maju hingga sebesar 30%.[11] Gel berbahan dasar alkohol mungkin juga efektif.[11] Menyusui itu penting, terutama di tempat-tempat dengan kebersihan yang buruk, begitu juga dengan meningkatkan kebersihan secara umum.[6] ASI mengurangi frekuensi dan durasi infeksi.[1] Menghindari makanan atau minuman yang terkontaminasi juga efektif.[28]Vaksinasi
Karena efektivitas dan keamanannya, pada tahun 2009 World Health Organization merekomendasikan agar vaksin rotavirus diberikan kepada semua anak di seluruh dunia.[14][29] Dua vaksin rotavirus sudah tersedia untuk dapat dibeli dan beberapa lainnya sedang dikembangkan.[29] Di Afrika dan Asia vaksin ini mengurangi penyakit akut pada bayi[29] dan negara-negara yang telah mengadakan program imunisasi nasional telah melihat adanya penurunan jumlah dan tingkat keparahan penyakit ini.[30][31] Vaksin ini juga dapat mencegah menyebarnya penyakit ini pada anak yang tidak divaksin dengan cara mengurangi jumlah infeksi yang beredar.[32] Sejak tahun 2000, penerapan program vaksin rotavirus di Amerika Serikat telah mengurangi jumlah kasus diare hingga 80 persen.[33][34][35] Dosis vaksin pertama harus diberikan kepada bayi berusia antara 6 sampai 15 minggu.[14] Vaksin kolera oral diketahui dapat bekerja secara efektif hingga 50–60% selama lebih dari 2 tahun.[36]Manajemen
Gastroenteritis secara umum merupakan penyakit akut dan terbatas yang tidak selalu memerlukan pengobatan.[10] Pengobatan yang disukai untuk mereka yang mengalami dehidrasi ringan hingga sedang yakni dengan terapi rehidrasi oral (ORT).[13] Akan tetapi metoclopramide dan/atau ondansetron dapat bermanfaat pada sekelompok pasien anak,[37] dan butylscopolamine berguna untuk mengobati sakit perut.[38]Rehidrasi
Penanganan utama untuk gastroenteritis pada anak-anak maupun orang dewasa adalah dengan rehidrasi. Ini sebaiknya dilakukan melalui terapi rehidrasi oral, walaupun pemberian infus mungkin diperlukan bila tingkat kesadaraan berkurang atau pada dehidrasi berat.[39][40] Produk terapi pengganti terapi oral yang dibuat dengan karbohidrat kompleks (yakni yang terbuat dari gandum atau beras) terkadang lebih baik dibandingkan dengan yang berbasis gula sederhana.[41] Minuman dengan kandungan gula sederhana yang sangat tinggi, seperti minuman ringan dan jus buah, tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di bawah 5 tahun karena dapat memperparah diare.[10] Air putih dapat digunakan bila persiapan ORT yang lebih spesifik dan efektif tidak tersedia atau tidak disukai karena rasanya yang tidak enak.[10] Nasogaster tube dapat digunakan oleh anak kecil untuk memasukkan cairan apabila diperlukan.[16]Makanan
Bayi yang mengonsumi ASI dianjurkan untuk tetap disusui seperti biasa, dan bayi yang diberi susu formula melanjutkan konsumsi formulanya sesaat setelah rehidrasi dengan ORT.[42] Formula bebas laktosa atau pengurangan laktosa biasanya tidak diperlukan.[42] Anak-anak harus melanjutkan makanannya seperti biasa selama diare namun harus menghindari makanan yang banyak mengandung gula sederhana.[42] Diet BRAT diet (pisang, nasi, saus apel, roti panggang dan teh) tidak direkomendasikan lagi, karena tidak mengandung gizi yang cukup dan tidak memiliki manfaat dibandingkan dengan pemberian makanan seperti biasa.[42] Beberapa probiotik terbukti bermanfaat untuk mengurangi lamanya penyakit dan frekuensi buang air besar.[43] Probiotik juga mungkin berguna dalam mencegah dan mengobati diare terkait antibiotik.[44] Produk susu fermentasi (seperti yogurt) juga bermanfaat.[45] Suplemen seng tampaknya efektif dalam mengobati dan mencegah diare pada kalangan anak-anak di negara berkembang.[46]Antimuntah
Obat antimuntah mungkin berguna untuk menangani muntah pada anak-anak. Ondansetron memiliki beberapa kegunaan, dimana satu dosisnya diasosiasikan dengan berkurangnya kebutuhan atas cairan infus, berkurangnya kemungkinan rawat inap, dan berkurangnya muntah.[47][48][49] Metoclopramid juga mungkin berguna.[49] Akan tetapi, penggunaan ondansetron mungkin berhubungan dengan meningkatnya frekuensi perawatan kembali di rumah sakit pada pasien anak-anak.[50] Persiapan infus untuk ondansetron dapat diberikan secara oral bila diperlukan berdasarkan penilaian klinis.[51]Dimenhydrinate, walaupun mengurangi muntah, tampaknya tidak mempunyai manfaat klinis yang berarti.[1]Antibiotik
Antibiotik biasanya tidak digunakan untuk gastroenteritis, meskipun terkadang dianjurkan jika gejalanya termasuk berat[52] atau jika penyebab bakteri rentannya terisolasi atau masih sebatas kecurigaan.[53] Bila antibiotik akan diberikan, makrolid (seperti azitromisin) lebih diutamakan dibandingkan dengan fluoroquinolone karena tingginya tingkat kekebalan terhadap fluoroquinolone.[7] Kolitis pseudomembranosa, yang biasanya disebabkan oleh penggunaan antibiotik, ditangani dengan menghentikan agen penyebab dan mengobatinya dengan metronidazol atau vankomisin.[54] Bakteri dan protozoa yang dapat diobati termasuk spesies Shigella[55] Salmonella typhi,[56] dan Giardia.[23] Pada penyakit yang disebabkan oleh spesies Giardia atau Entamoeba histolytica, pengobatan tinidazol lebih disarankan dan lebih baik dibandingkan metronidazol.[23][57] World Health Organization (WHO) menganjurkan penggunaan antibiotik pada anak kecil yang mengalami diare berdarah dan demam.[1]Agen antimotilitas
Obat antimotilitas mempunyai risiko yang secara teori dapat menyebabkan komplikasi, dan meskipun pengalaman klinis menunjukkan ini tidak mungkin terjadi,[27] obat ini tidak disarankan bagi orang yang mengalami diare berdarah atau diare yang disertai demam.[58] Loperamid, sebuah analog opioid, umumnya digunakan untuk pengobatan gejala diare.[59] Akan tetapi loperamide tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak-anak, karena mungkin dapat menimbulkan sawar darah otak imatur dan menyebabkan toksisitas. Bismut subsalisilat, kompleks tidak larut dari bismut trivalen dan salisilat, dapat digunakan pada kasus ringan sampai sedang,[27] tetapi toksisitas salisilat dapat terjadi berdasarkan teori yang ada.[1]Epidemiologi
Pada tahun 1980, gastroenteritis dengan semua penyebabnya mengakibatkan 4,6 juta kematian pada anak-anak, dengan mayoritas kasus terjadi di negara berkembang.[54] Tingkat kematian berkurang secara signifikan (menjadi sekitar 1,5 juta kematian setiap tahun) sejak tahun 2000, terutama karena pengenalan dan penggunaan luas terapi rehidrasi oral.[63] Di AS, infeksi yang menyebabkan gastroenteritis adalah infeksi paling umum kedua (setelah selesma), dan menyebabkan 200 hingga 375 juta kasus diare akut[5][12] dan sekira sepuluh ribu kematian setiap tahun,[12] 150 hingga 300 kematian ini terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun.[1]
Sejarah
Istilah "gastroenteritis" pertama kali digunakan pada 1825.[64] Sebelumnya penyakit ini secara khusus dikenal antara lain sebagai demam tifoid atau "kolera morbus", atau lebih umum disebut "keluhan usus", "kekenyangan", "fluks", "kolik", "masalah usus", atau beberapa nama kuno lain untuk diare akut.[65]Masyarakat dan budaya
Gastroenteritis diasosiasikan dengan banyak nama dalam gaya bahasa tidak formal, antara lain "Pembalasan Montezuma", "Delhi belly", "la turista", dan "back door sprint".[12] Istilah tersebut banyak digunakan dalam banyak kampanye militer dan diyakini sebagai asal usul istilah "no guts no glory".[12]Gastroenteritis menjadi alasan utama dari 3,7 juta kunjungan ke dokter setiap tahun di Amerika Serikat[1] dan 3 juta di Perancis.[66] Di Amerika Serikat gastroenteritis secara keseluruhan diyakini menghabiskan biaya 23 miliar dolar AS per tahun[67] penyebab yang berupa rotavirus sendiri menghabiskan biaya 1 miliar dolar AS per tahun.[1]
0 komentar:
Posting Komentar