Tujuan pengobatan
pada KKP adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein, serta mencegah
kekambuhan. Pada KKP tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita yang mengalami
komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis, dan lain-lain perlu mendapat
perawatan dirumah sakit.
Penatalaksanaan KKP
yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap awal yaitu 24-48 jam
pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara
lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan
intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan darrow-glucosa atau ringer
lactate dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200ml/kgBB/hari. Mula-mula
diberikan 60ml/kgBB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan
dalam 16-20 jam berikutnya. Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar
penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit sehingga dapat
langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap
pemberian makanan (IDAI, 2004).
Antibiotik perlu diberikan karena penderita marasmus sering disertai
infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan
penicillin dan streptomycin. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a)
Kemungkinan hipoglikemia
dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula darah kurang dari 40%
diberikan terapi 1-2 ml glukosa 40%/kgBB/IV.
b)
Hiptermia diatasi dengan
penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau
pemberian makanan sering tiap 2 jam.pemantauan penderita dapat dilakukan dengan
cara penimbangan berat badan, pengkuran tinggi badan, serta tebal lemak
subkutan. Pada minggu-minggu pertama sering belum dijumpai pertambahan berat
badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai penambahan berat badan.
Penderita boleh dipulangkan bila
terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu
makan telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi. Penderita yang telah
kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang
dimakan sehari-hari.
2.1.9 PENATALAKSANAAN
-
Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan
energy sehari yang dianjurkan untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60
tahun dengan berat badan sekitar 62 kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk
perempuan adalah 1850 kkal
-
Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik
agar tidak membosankan (bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
-
Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak
bias menghabiskan makanannya
-
Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula
sederhana dihindari, bila terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih
asam amino yang esensial.
-
Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet yaitu:
·
Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan
dicampuri air ataupun gula)
·
Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout,
beras merah) dan telur setiap pagi
·
Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak
sekali dalam sehari
·
Minum segelas susu pada waktu akan tidur
·
Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Anamnesa
v
Identitas: paling sering
terjadi pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.
v
Keluhan utama: Kelelahan
dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan tubuh yang rendah
(yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan
mempunyai reaksi yang lambat, berat
badan kurang, pertumbuhan
yang lambat, kelemahan
pada otot, perut
kembung, tulang
yang mudah patah, erdatpat masalah pada fungsi organ tubuh.
v
Riwayat penyakit sekarang: Kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan tubuh yang rendah
(yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan
mempunyai reaksi yang lambat, berat
badan kurang, pertumbuhan
yang lambat, kelemahan
pada otot, perut
kembung, tulang
yang mudah patah, terdapat
masalah pada fungsi organ tubuh.
v
Riwayat penyakit dahulu:
ü
Penyebab
langsung: Kurangnya asupan makanan, adanya penyakit.
ü
Penyebab
tidak langsung: Kurangnya
ketahanan pangan keluarga (keluarga
untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan), kualitas perawatan ibu dan anak, buruknya pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang kurang.
v
Riwayat keluarga: mengidentifikasi
komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tetang penyakit pasien
(abayomi, 2004)
v Pola ADL:
ü
Nutrisi: mengeluh
sering buang air besar, melaporkan penurunan berat badan terus-menerus meskipun
meningkatkan asupan nutrisi oral, mual, muntah, riwayat kekurangan protein dan
kalori relative lama.
ü Eliminasi: mengeluh sering buang air besar, melaporkan
sering diare.
ü Aktivitas: kelelahan, kelemahan otot,
merasa pusing atau lemah ketika berdiri.
ü Hygiene: kurang kebersihan diri.
b.
Pemeriksaan Fisik
v
B1: dyspnea
v
B2: gusi bengkak dan berdarah, hipotensi
v
B3: pusing,
v
B4: diare
v
B5: penurunan berat badan,
membran mukosa kering, mual, muntah.
v
B6: kulit yang kering dan bersisik, tulang yang mudah patah, kelemahan
otot.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
a)
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien ditandai
dengan diare, bising usus hiperaktiif, menghindari makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
b)
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan, penurunan
turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering dan haus.
c)
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan ditandai
dengan letih dan lemah.
d)
Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status cairan ditandai
dengan kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
2.2.3 Perencana Keperawatan
1.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
ditandai dengan diare, bising usus hiperaktiif, menghindari makan, berat badan
20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
v Goal : klien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan.
v
Objective : klien
menunjukan absorbsi nutrisi membaik
v
Outcomes : dalam
jangka waktu 1x24 jam klien mampu:
·
Mengurangi diare
·
Bising usus dalam batasan normal (5-35x/ menit)
·
BB ideal
·
Tidak menghindari makanan
Intervensi:
1)
Jelaskan kepada anak dan keluarga dampak bila
anak tidak mau makan dalam jangka w aktu
yang lama.
R/: Asupan nutrisi yang kurang bisa
menyebabkan penurunan berat badan dan pengurangan pembentukan energi.
2) Anjurkan
anak untuk berkumur dahulu sebelum makan.
R/: Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
3) Anjurkan
kepada keluarga untuk beri makanan
sedikit tapi sering
R/: Mengurangi beban kerja lambung sehingga
mengurangi mual.
4) Kolaborasi
dalam pemberian nutrisi parenteral infus Ringer Laktat in D5%
1250cc/24 jam dan Kolaborasi
dalam pemeriksaan Hb
R/: Infus mengandung glukosa dan sodium
klorida yang dapat membantu pemenuhan nutrisi dan elektrolit tubuh. Hb merupakan salah satu unsur darah yang
disintesis dari sat besi. Keduanya diperoleh dari asupan nutrisi yang
dikonsumsi pasien, sehingga Hb merupakan indicator kimiawi yang menunjukan status nutrisi.
5) Observasi
keadaan umum anak, asupan makan anak, dan BB.
R/: Pengukuran BB anak merupakan indikator
dalam penentuan status gizi anak. Mengobservasi keadaan umum dan nafsu makan
anak untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan, penurunan
turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering dan haus.
v
Goal : klien akan mempertahankan volume cairan dalam batasan normal
v
Objective :
klien akan mempertahankan cairan aktif selama perawatan
v
Outcomes : dalam
jangka waktu 1x24 jam klien menunjukan:
·
Tidak lemah,
·
turgor kulit membaik,
·
mukosa lembab,
·
tidak haus,
·
kulit tidak kering.
Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga dan pasien tentang upaya rehidrasi dan partisipasi
yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/ selang sonde.
R/: meningkatkan pemahaman keluarga tentang rehidrasi dan peran keluarga
dalam melaksanakan terapi rehidrasi
b) Pemeriksaan tekanan darah.
R/: hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi
sudah terlibatnya sistem kardiovascular untuk melakukan kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah.
c) Monitoring status cairan (turgor kulit,membran mukosa, urine output)
R/: jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring
yang ketat pada prodiksi urine (urine < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadi syok hipovolemik).
d) Observasi warna kulit, suhu, nadi perifer, dan
diaforesis secara teratur.
R/: mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tekanan perifer.
e) Obsevasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.
R/ upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan
volume cairan.
.
3. Kerusakan
integritas kulit b.d perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan lapisan
kulit, gangguan permukaan kulit.
v Goal: integritas kulit klien
membaik.
v Objective: klien akan mempertahankan status cairan yang normal
v Outcomes: dalam waktu 1x24 jam klien menunjukkan lapisan kulit membaik,
gangguan permukaan kulit berkurang.
Intervensi:
a) Jelaskan kepada klien tentang penyebab kerusakan integritas kulit.
R/: pengetahuan yang memadai dapat
meningkatkan sikap kooperatif pasien dan keluarga.
b) Diskusikan faktor presisipitasi,
bila diketahui, dan efek kerusakan integritas kulit jangka panjang
R/: pengetahuan tentang faktor presipetasi dapat membantu meminimalkan
kerusakan kulit.
c) Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi
yang dipasang disamping tempat tidur. Pantau frekuensi pengubahan posisi.
R/: tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan pada jaringan, meningkatkan
sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit.
d) Inspeksi kulit pasien setiap pergantian jaga, jelaskan dan dokumentasikan kondisi
kulit, dan laporkan perubahannya
R/: untuk menjukkan keefektifan program perwatan kulit.
4. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan ditandai dengan letih dan lemah.
v
Goal :
klien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat
selama dalam perawatan.
v
Objective : klien
tidak akan mengalami kelemahan selama perawatan
v
Outcomes : dalam
jangka waktu 1x24 jam klien menunjukan:
·
Tidak lemah
·
Tidak letih
Intervensi:
a)
Jelaskan kepada klien dan
keluarga tentang penyebab intoleransi aktivitas.
R/: pengetahuan yang memadai dapat
meningkatkan sikap kooperatif pasien dan keluarga.
b)
Bantu semua kebutuhan anak
dengan melibatkan keluarga pasien.
R/: menurunkan kebutuhan akan kalori
protein yang diperlukan untuk melakukan aktivitas rutin.
c)
Instruksikan dan bantu
klien untuk beraktivitas diselingi istirahat
R/: untuk mencegah keletihan.
d)
Observasi TTV
R/: untuk melihat keberhasilan dari
rencana tindakan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan
dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan yang telah ditetapkan/ dibuat.
2.2.5 Evaluasi
Keperawatan
- Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi,
tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria hasil.
0 komentar:
Posting Komentar