Bosan hidup dengan kondisi keuangan pas-pasan, padahal gaji terus
bertambah? Bisa jadi Anda masih memiliki mental miskin. Melalui
pendekatan psikologi, psikolog Roslina Verauli mencoba membeberkan
bagaimana caranya agar Anda yang selama ini bermental miskin bisa
menjadi orang kaya. Apa itu mental miskin dan mental kaya?
Roslina
Verauli melalui buku ketiganya 'Discovering Your Black Box: Menuju Kaya
dengan Pendekatan Psikologi' mengajak Anda mengenali diri sendiri lebih
dalam. Kenali apakah Anda selama ini memiliki kepribadian mental miskin
atau mental kaya. Dengan memahami perbedaan tersebut, akan memudahkan
Anda mendapatkan kekayaan ala si mental kaya.
Orang-orang yang
bermental miskin seperti dijelaskan psikolog dengan sapaan akrab Vera
itu, adalah mereka yang masih suka bersenang-senang, mudah merasa gengsi
dan butuh dipuaskan oleh sesuatu yang bersifat prestise. Orang-orang
tipe ini selalu merasa kurang dalam hal apapun. "Dan si mental miskin
biasanya justru kikir," katanya.
Sementara itu orang dengan
mental kaya justru akan dengan mudahnya berderma. Orang dengan mental
kaya ini tidak memikirkan tentang berapa banyak harta yang mereka
miliki, memahami perbedaan kebutuhan vs keiginan, bisa mengendalikan
diri dalam membelanjakan uang, mengedukasi dirinya tentang definisi
utang dan investasi dan terakhir mampu berwirausaha.
"Mereka yang
memiliki mental kaya justru mampu hidup dalam kesederhaan dan berpikir
tidak selalu berorientasi pada dirinya sendiri," ujar Vera dalam
peluncuran bukunya di Pisa Cafe, Jl. Mahakam, Jakarta Selatan, Rabu
(24/9/2014).
Bagaimana orang bisa menyadari soal perbedaan mental
tersebut? Dan kapan orang tersadar bahwa dirinya selama ini adalah si
mental miskin? Verai mengungkapkan di sinilah pendekatan psikologi
diperlukan sehingga Anda dapat menemukan black box kepribadian diri dan
memahami isinya.
"Black box ini analogi untuk alam bawah sadar.
Seperti black box pesawat, semua hal kan terekam di sana. Begitu juga
alam bawah sadar yang berisi catatan tentang kehidupan selama ini.
Dengan diretas alam bawah sadarnya, akan memudahkan untuk memahami asal
usul kenapa bisa memiliki mental miskin yang menjadi penghalang untuk
menjadi jalan menuju kekayaan," jelasnya panjang lebar.
Salah
satu contoh mental miskin yang dimaksud Vera, seperti dituliskannya
dalam buku adalah sikap tidak dewasa tentang uang. Vera menyadari
dirinya selama ini memiliki sikap tersebut setelah meretas alam bawah
sadarnya. Bahwa sejak masih kecil, dia sudah sangat menyukai uang.
Baginya saat itu uang memiliki nilai yang tinggi untuk dijajankan bukan
disimpan sehingga disebut uang jajan bukan uang saku. Ternyata di balik
perasaan suka pada uang itu ada hal lain yang menjadi penyebab utama dia
menjadi begitu suka jajan.
"Jajan menjadi kegiatan paling
menyenangkan sebagai manifestasi perasaan kesepian sebagai anak yang
sering bermain sendirian. Jauh dari orangtua dan berdekatan dengan sosok
dewasa yang sibuk, menjadikan uang jajan dan kegiatan jajan memiliki
nilai emosional untuk saya, serta membuat saya happy," cerita Vera yang
saat kecil sering dititipkan di rumah neneknya ini.
Pemahaman
tentang uang sebagai alat untuk memanjakan diri dan bersenang-senang ini
terbawa hingga dia dewasa. Sehingga ketika Vera merasa sedang tidak
bahagia, yang dilakukannya adalah pergi jajan atau menghabiskan uang
yang dimilikinya.
Vera baru tersadar bahwa pemahamannya tentang
uang ini salah ketika bertemu suaminya. Dari sang suami lah, ibu dua
anak ini belajar berubah dari yang tadinya memiliki mental miskin
menjadi si mental kaya.
Ingin tahu lebih lanjut apa saja yang
bisa menyebabkan Anda memiliki mental miskin dan meretas alam bawah
sadar sehingga bisa berproses menjadi kaya? Roslina Verauli, menuangkan
semuanya dalam bukunya 'Discovering Your Black Box: Menuju Kaya dengan
Pendekatan Psikologi.'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar