Jakarta, Bagi bayi dan balita, televisi merupakan kotak
yang sangat menarik. Bagaimana tidak, mata mereka begitu dimanjakan
oleh televisi. Karena merasa nyaman, si kecil pun diam dan tenang saat
menonton televisi. Dengan alasan itulah televisi kemudian dijadikan
'baby sitter'.
Padahal ada dampak yang harus 'dibayar mahal' jika
menjadikan televisi sebagai baby sitter. Mengingat pada usia bayi dan
balita ada bagian otak yang belum matang, paparan televisi rentan
membuat si kecil kecanduan.
"Pre frontal cortex baru matang di
usia remaja akhir, maka itu di usia bayi dan balita harus benar-benar
diperhatikan paparan layarnya, baik dari handphone ataupun dari
televisi," tutur psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development
& Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, M.Psi dalam perbincangan dengan
detikHealth.
Paparan layar, seperti film kartun di televisi akan
membuat bayi dan balita nyaman. Mereka tidak perlu bergerak, hanya diam
saja, namun telah tersaji gambar-gambar bergerak aneka warna. Sehingga
meski tidak ada stimulus, si kecil akan merasa nyaman. Itu makanya
mereka cenderung anteng saat menonton televisi atau video di handphone.
"Saat
gadget-nya diambil atau televisinya dimatikan, kenyamanan mereka
seperti diambil, inilah yang bikin bayi dan balita menangis, tantrum,"
imbuh Ratih.
Jika anak sudah menangis hebat dan marah saat
gadget-nya diambil, ini merupakan tanda anak sudah mulai kecanduan.
Dalam beberapa kasus, orang tua berusaha mengatasi kerewelan maupun
tantrum anak dengan memberikan apa yang diinginkan, yakni dengan
mengembalikan gadget-nya. Sehingga pola ini akan dipelajari anak, bahwa
dengan bersikap rewel, apa yang diinginkan akan diberikan.
Masalah
lain yang muncul saat televisi dijadikan 'baby sitter' adalah masalah
kemampuan bicara anak. Sering kali kartun menampilkan gambar tanpa
disertai suara orang bicara. Atau kalaupun bicara, menggunakan bahasa
asing. Hal ini berisiko berdampak pada kemampuan bicara anak.
"Komunikasinya
satu arah, tidak ada komunikasi resiprokal, akibatnya anak tidak
melatih kemampuan bicaranya. Anak tidak berusaha untuk ngomong. Kalau
mau sesuatu jadi terbiasa menangis, berteriak, marah-marah, memaksa
orang lain untuk tahu apa yang dia inginkan," papar Ratih.
Dampak
lain menjadikan televisi sebagai 'baby sitter' adalah berpotensi
menyumbang kasus karies di gigi anak. Lho kok bisa? Karena ada orang tua
yang menjadikan tayangan televisi sebagai penyemangat anak untuk makan,
paling tidak untuk membuka mulut sehingga makanan bisa masuk. Namun
kemudian karena terpesona dengan tayangan yang ditonton, anak jadi lupa
mengunyah makanan, sehingga mereka mengemut makanan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar