Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam nyawa
anak-anak di Indonesia. Atas dasar itu, pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan mencanangkan pilot project peluncuran vaksin pneumonia di
pertengahan tahun ini.
Direktur Surveilans dan Karantina
Penyakit Kementerian Kesehatan Ri, dr Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc,
menyebut vaksin pneumonia merupakan salah satu dari tiga vaksin baru
yang akan diluncurkan pada tahun 2017. Peluncuran pertama akan dilakukan
di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Kenapa Lombok? Karena
pneumonia paling tinggi di sana. Kita ingin coba mendokumentasikan data
semua untuk melihat adakah dampak penurunan pneumonia yang sekaligus
menurunkan angka kematian bayi," kata dr Jane dalam siaran pers yang
diterima detikHealth.
Pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada saat anak
berusia 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan. Di tahun kedua, diharapkan sudah
ada dokumentasi data yang terlihat.
Adanya dokumentasi data
diharapkan dapat menjadi bekal pengajuan vaksin pneumonia sebagai
program nasional. Jika hasil pilot project di Lombok memuaskan, bisa
saja vaksinasi pneumonia menjadi program nasional. Dengan begitu
masyarakat bisa mendapat manfaat vaksin gratis sekaligus mencegah
kematian anak dan bayi akibat pneumonia.
"Kita berharap,
masyarakat juga mendukung, Pemda juga harus mendukung. Dengan membawa
bukti data, rekaman di sana, akan memudahkan pemerintah berjuang ke DPR
dan menunjukkan ini efektif," lanjutnya lagi.
Adanya vaksin
pneumonia juga diharapkan mampu mengurangi beban Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dikatakan dr Jane, biaya rawat inap
anak akibat pneumonia jauh lebih tinggi daripada biaya vaksinasi.
Sebagai gambaran, satu dosis vaksin pneumonia oleh pemerintah memiliki
harga Rp260 ribu. Satu anak membutuhkan tiga dosis vaksin untuk seumur
hidup sehingga total biaya yang dibutuhkan kurang lebih Rp780 ribu.
Harga ini masih jauh lebih murah daripada harga vaksin pneumonia di RS
swasta yang bisa mencapai Rp800 ribu sampai Rp1 juta.
dr
Darmawan, SpA dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan sosialisasi
pneumonia kepada masyarakat sangat penting untuk mencegah penyakit ini
menjadi epidemi. Menurutnya, kewaspadaan yang rendah membuat anak
terinfeksi pneumonia telat mendapat perawatan dan baru dibawa ke rumah
sakit saat sudah gawat.
"Imunisasi pneumonia sangat penting, dan
harusnya penggunaan imunisasi ini akan mengurangi risiko anak terkena
pneumonia. Namun peran serta masyarakat untuk benar-benar mengetahui
gejala pneumonia yang terjadi pada orang-orang di lingkungannya, akan
sangat membantu anak mendapatkan tindakan medis secepatnya," ungkap
dokter yang juga aktif di UKK Respirologi IDAI ini.
Secara
terpisah, dr Nurlaili Muzayyanah dari Jogja International Hospital
mengatakan pneumonia tidak boleh diremehkan. Apalagi jika anak sudah
mengidap batuk-pilek hingga lebih dari 2 minggu disertai dengan sesak
napas.
"Batuk pilek sampai 2 minggu, lalu demam dan sesak napas
adalah kondisi yang tidak boleh dianggap remeh. Itu adalah gejala awal
pneumonia. Apabila dibiarkan, akan sangat berbahaya bagi nyawa sang
balita," kata dr Nurlaili.
kegunaan vaksin pneunomia menekan pneunomia
Written By iqbal_editing on Rabu, 08 Maret 2017 | 23.59
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar