Berkat kemajuan teknologi, denyut jantung bukan hal yang sulit lagi
untuk diukur. Dampaknya, berbagai risiko buruk yang mematikan jadi lebih
mudah untuk dipantau.
Seperti yang terjadi baru-baru ini,
seorang perempuan di Amerika Serikat menyadari ada masalah serius di
paru-parunya berkat pengamatan denyut jantung. Ia mendapati
ketidakberesan tersebut dari Fitbit, salah satu perangkat wearable untuk
memantau kebugaran yang dikenakannya sehari-hari.
Selain Fitbit,
berbagai jenis perangkat wearable saat ini juga telah dilengkapi dengan
heart rate monitor (HRM). Selain berguna untuk mengukur intensitas saat
olahraga, fitur ini dinilai sangat berguna sebagai pengingat ketika ada
masalah dengan masalah kesehatan yang berhubungan dengan jantung.
"Denyut
jantung merupakan petunjuk umum terkait seberapa tinggi stres yang
dialami tubuh Anda," kata Dr Allen Taylor, seorang ahli jantung dari
Georgetown University, dikutip dari Livescience.
Baca juga: Berkat Fitbit, Gangguan di Paru-paru Wanita Ini Terungkap
Sama
halnya seperti demam, ketidaknormalan denyut jantung bisa disebabkan
oleh apa saja sehingga tidak bisa begitu saja dipakai untuk
mendiagnosis. Namun menurut Taylor, ini bisa menjadi petunjuk awal untuk
menelusuri lebih lanjut ketika ada yang tidak beres.
Denyut
jantung yang cepat atau tidak teratur misalnya, bisa menjadi pertada
embolisme pulmonari. Sumbatan di paru yang dipicu oleh gumpalan memaksa
jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah sehingga tekanan darah
di paru meningkat. Demikian dikutip dari Mayo Clinic.
Dalam
sebuah kasus di tahun 2015, seorang pengguna Apple Watch terselamatkan
dari kerusakan ginjal dan risiko buruk lainnya. Ia mendapati denyut
jantungnya meningkat hingga 145 kali per menit, yang ternyata
menunjukkan adanya rhabdomyolysis. Pada kondisi tersebut, sel otot
melepas protein yang bisa merusak organ tubuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar