Era Baru Kedokteran Nuklir Indonesia
“Pelayanan
kedokteran nuklir di Indonesia berpusat di Jawa. Dan di Sumatera
terdapat dua tempat pusat pelayanan. Dari kedua tempat itu, yang aktif
baru di Padang.” Demikan disampaikan Basuki Hidayat, dr., Sp.KN, Ketua
Pelaksana Kongres Nasional Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia
(PKNI) VI dan Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia
(PKBNI) VIII.
Acara yang bertema “Menyongsong Era Pencitraan Menggunakan Positron Emission Tomography (PET)”
merupakan hasil kerja sama PKNI dan PKBNI serta Asian School of Nuclear
Medicine (ASNM). Perhelatan ini diselenggarakan di Hotel Aston
Tropicana, Jalan Cihampelas, Bandung, dan berlangsung selama tiga hari
(04-06/12).
Kongres
tersebut dibuka oleh Prof. Johan S. Mashjur, dr., Sp.PD-KEMD., Sp.KN,
salah seorang tokoh kedokteran nuklir yang juga Sekretaris Senat Unpad,
dan dihadiri berbagai pembicara dan peserta dari Indonesia dan
mancanegara. Beberapa di antaranya ialah; Prof. Ajit K Padhy, MD, FAMS,
(Singapura), Prof. Teofilo O. L. San Luis, Jr., MD, MPA (Filipina),
Manoefris Kasim, MD, FIHA, FASCC, FACC (Indonesia), dll.
Dalam
orasi pembukaannya, Prof. Johan menyambut baik penyelenggaraan Kongres
Nasional ini. Ia menyadari, kedokteran nuklir di Indonesia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sedikit lambat daripada perkembangan
kedokteran nuklir di negara tetangga. Hal ini merupakan sebuah tantangan
yang harus dijawab oleh para penggiat kedokteran nuklir di Indonesia.
Sementara
itu, dr. Basuki Hidayat mengatakan kongres ini merupakan upaya
menyongsong era baru dalam dunia kedokteran nuklir di Indonesia. Hal ini
dikarenakan baru diperkenalkan dan digunakannya Positron Emission Tomography (PET)
di Indonesia. Diharapkan dengan adanya PET, maka semakin banyak
masyarakat Indonesia yang memanfaatkannya, baik sebagai sarana
diagnostik maupun uji saring (screaning test).
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Myocardial Perfussion Imaging as a Modality for Assesment of atherosclerosis“,
Manoefris Kasim, MD, FIHA, FASCC, FACC menjelaskan, bagi pasien
asimtomatik (tidak ada keluhan), penilaian awal sebaiknya dilakukan
dengan mengestimasi risiko timbulnya Infark Miokard Akut (IMA) dan
kematian yang disebabkan kardiak untuk 10 tahun. Proses ini mengacu
pada Frammingham Risk Score (FRS) yang direkomendasikan Adult Treatment Program (ATP)
III. Selain itu, juga diselidiki rekam jejak kesehatan si pasien dan
keluarga, serta ada tidaknya sindroma metabolik. Selanjutnya, pasien
akan dikategorikan ke dalam risiko IMA rendah, menengah, atau tinggi,
dan mortalitas kardiak 10 tahun sebesar kurang dari 10%, 10% sampai 20%,
hingga lebih dari 20%.
Pasien
yang berisiko rendah hanya memerlukan konseling, sedangkan pasien yang
berisiko tinggi (>20%) dikenakan pemeriksaan iskemia miokard. Pasien
yang digolongkan memiliki resiko tinggi dari hasil pencitraan nuklir
merupakan kandidat untuk tindakan angiografi koroner lanjutan.
Ia
menyimpulkan, berbagai modalitas diagnostik invasif seperti uji latih
jantung, ekokardiografi, pencitraan kardiak dengan CT dan CMR, serta
pencitraan radionuklida berperan penting dalam menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan pasien dengan Penyakit Arteri Koroner (PAK). Pencitraan
Radionuklida dalam bidang kardiologi dapat menentukan perfusi,
viabilitas miokard dan fungsi ventrikel. Pemeriksaan MPI dengan uji
latih dapat membantu dalam stratifikasi risiko dan menentukan rencana
penatalaksanaan pada pasien dengan kemungkinan atau telah didiagnosis
PAK. Pemeriksanaan SPECT dipandu EKG (ECG gated SPECT)
dapat membantu menentukan pasien yang akan mendapat keuntungan terbesar
dari tindakan angiografi koroner dan revaskularisasi.
Sementara
itu, Edward-Bengie L. Magsombol, MD. FPCP, FPCC, DASNC mengevaluasi
miokardial dengan menggunakan Echo, SPECT, dan PET. Dalam makalahnya,
Edward Magsombol mengatakan, diperlukannya pemisahan antar hibernasi
miokardial. Seperti yang telah diketahui, hibernasi miokardial dalam
kaitannya dengan perbedaan respon pada intervensi. Hibernasi miokardial
memperbaiki sebagian atau keseluruhan respon pada revaskularisasi
sementara infraksi miokardium tidak diuntungkan oleh operasi ataucatheter-based.
0 komentar:
Posting Komentar