Manfaat olahraga tidak hanya bisa dinikmati oleh mereka yang sehat.
Pakar mengatakan pasien kanker pun bisa mendapat manfaat dari olahraga,
asal dilakukan dengan baik dan dalam pengawasan.
"Kita
berdampingan aja (dengan kanker), jangan dimusuhi, tapi kita kontrol.
Salah satunya dengan olahraga," kata dr Grace Tumbelaka, SpKO
disela-sela acara bulanan Cancer Information and Support Center (CISC),
di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/7/2017).
Olahraga
juga bisa membantu pasien untuk meningkatkan mood sebab dengan olahraga,
tubuh akan melepaskan hormon endorfin yang membuat orang bahagia.
Selain itu olahraga juga bisa mengurangi kelelahan, kecemasan, dan efek
samping terapi lainnya sampai mengurangi dosis kemoterapi.
"Apalagi olahraga sambil ngumpul-ngumpul, auranya makin bagus," terang dokter yang akrab disapa dr Grace ini.
Tujuan
berolahraga pun dibagi berdasarkan fase yang dihadapi oleh tiap-tiap
pasien. Pada fase pengobatan, olahraga dilakukan untuk mencegah agar
kondisi kita tidak menurun lebih lanjut. Jika terapi telah selesai,
olahraga dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti semula.
Lantas,
olahraga seperti apa yang disarankan bagi pasien kanker? dr Grace
mengatakan pasien kanker yang masih menjalani terapi sebaiknya melakukan
diskusi dengan ongkologisnya. Nantinya dokter akan memberikan indikasi
dan kontra-indikasi dari jenis olahraga yang ingin dilakukan.
Namun,
olahraga pasien dengan kanker yang masih dalam masa kemoterapi atau
radiasi membutuhkan perhatian khusus. Ini dikarenakan respon kemoterapi
berbeda-beda bagi tiap individu. Sehingga olahraga pun harus
disesuaikan.
"Olahraga bukan cuma main basket aja, yang penting
dengan keteraturannya, ada periodenya, berkesinambungan, itu juga
olahraga. Yang paling gampang apa sih? Jalan misalnya,"
Aktivitas
fisik tersebut bisa dilakukan dengan durasi yang tidak terlalu lama,
yakni 20 menit. Dengan berolahraga, pastikan juga Anda melakukan
istirahat lebih sering dan selalu kontrol efek pengobatan kanker dibantu
oleh dokter Anda.
Untuk
pasien radiasi, dosis olahraga boleh dikurangi dan pada kasus tertentu
latihan juga bisa ditunda. "Misalnya jika terlalu kelelahan," ujar
dokter yang aktif menjadi pembicara tersebut. Olahraga pun semampunya,
tidak usah melakukan olahraga yang menghasilkan banyak keringat.
Perlu
dicatat, olahraga sebaiknya dikurangi apabila pasien mengalami sejumlah
kriteria seperti misalnya anemia. Anemia terjadi ketika tubuh
kekurangan sel darah merah. Padahal sel darah merah penting untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan saat olahraga.
Neutropenia
disertai demam lebih dari 38 derajat juga menjadi alasan untuk
mengurangi aktivitas fisik. Seain itu, jika trombosit rendah sebaiknya
juga hindari olahraga kontak atau risiko tinggi cidera.
"Kalau
untuk survivor? Rekomendasinya sama dengan orang normal lho, syaratnya
dengan bertahap. Kuncinya di apa? Latihan, rutin," tambah dokter yang
dikenal modis ini.
Frekuensi latihan minimal 3-5x per minggu dengan intensitas sedang, durasinya cukup 30-60 menit perhari.
Malahan,
beberapa penelitian malah dianjurkan aktif bergerak, tapi tentunya ada
hal yang harus diperhatikan sesuai kondisi tubuh kita masing-masing.
Dengan berolahraga, tak hanya membuat tubuh merasa lebih bugar. Namun
bisa juga menjadi upaya pencegahan atau menurunkan risiko berbagai jenis
kanker seperti kanker kolon, paru dan lainnya.
Alternatif
olahraga yang ditawarkan antara lain jalan, bersepeda, atau aerobik,
yoga, pilates hingga Thai Chi. "Sit up tidak dianjurkan karena berdampak
pada tulang belakang," tambahnya.
Jangan lupa sertai peregangan sebelum dan sesudah melakukan olahraga. Lakukan selama 10-30 detik dengan frekuensi 3-4 kali.
Kata Siapa Pasien Kanker Tak Boleh Olahraga? Ini Penjelasan Pakar
Written By iqbal_editing on Sabtu, 08 Juli 2017 | 09.41
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar