Emfisema Paru
Emfisema Paru-paru merupakan
penyakit paru obstruktif kronik. Emfisema paru-paru merupakan penyakit
yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas,
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
Emfisema paru juga dapat
didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini
merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat
selama beberapa tahun.
- KLASIFIKASI
Terdapat 2 (dua) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru.
a. Panlobular (panacinar),
yaitu terjadi kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar, dan
alveoli. Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar,
dengan sedikit penyakit inflamasi. Ciri khasnya yaitu memiliki dada yang
hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan
berat badan.
b. Sentrilobular (sentroacinar),
yaitu perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus sekunder,
dan perifer dari asinus tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan rasio
perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia (peningkatan
CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal jantung sebelah
kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer, dan gagal napas.
B. ANATOMI FISIOLOGI
- ANATOMI
Paru-paru mempunyai 2 sumber
suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah di
atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang
disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel
kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam
arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan
kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi
erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada
saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu
kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu
untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.
Darah mengalir di dalam vena
pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran
darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah
pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida
dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang
kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan paru, maka suplai oksigen
dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.
- FISIOLOGIS
Luas permukaan paru-paru yang
luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi,
secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya
benda asing (debu) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi.
Tetapi, saluran respirasi bagian bawah dalam keadaan normal adalah
steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan
sterilitas ini. Kita telah mengetahui refleks menelan atau refleks
muntah yang mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam trakea, juga
kerja eskalator mukosiliaris yang menjebak debu dan bakteri kemudian
memindahkannya ke kerongkongan.
Selanjutnya, lapisan mukus yang
mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai pertahanan, yaitu
immunoglobulin (terutama IIgA), PMNs, interferon, dan antibodi spesifik.
Refleks batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk
mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan.
Makrofag alveolar merupakan pertahanan yang paling akhir dan paling
penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar
merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan
mempunyai sifat enzimatik, Sel ini bergerak bebas pada permukaan
alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah meliputi
partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan
membunuh dan mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan
reaksi peradangan yang nyata.
Proses fisiologis respirasi di
mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan
karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga
stadium.
- Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru.
- Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
- difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan selsel jaringan;
- distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannVa dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus; dan
- reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
- Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi. Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
- Merokok adalah penyebab utama.
- Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus.
- Faktor predisposisi.
- Genetik terhadap emfisema yang berkaitan dengan abnormalitas protein plasma, defisiensi antitripsin alfa-1, yang merupakan suatu enzim inhibitor. Secara genetik sensitif terhadap faktor lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, alergen).
- Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok
- Polusi.
- Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.
- Pengaruh usia
- Infeksi.
- Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
- Genetik
- Paparan Debu
0 komentar:
Posting Komentar