Pada emfisema paru penyempitan
saluran nafas terutama disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada
paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik
jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan
otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke
dalam yaitu elastisitas paru.
Bila terpapar iritasi yang
mengandung radikal hidroksida (OH-). Sebagian besar partikel bebas ini
akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok. Partikel ini merupakan
oksidan yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan
terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi
dari anti elastase pada saluran napas. Sehingga timbul kerusakan
jaringan interstitial alveolus.
Partikel asap rokok dan polusi
udara mengenap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga
menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa
berkurang. Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini
akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan
gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas
terus berlangsung maka terjadi erosi epital serta pembentukanjaringan
parut. Selain itu terjadi pula metaplasi squamosa dan pembentukan
lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran
napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus
yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli.
E. TANDA dan GEJALA
- Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis
- Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
- Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk
- Bibir tampak kebiruan
- Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
- Batuk menahun
F. TEST DIAGNOSTIK
- Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
- Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator.
- TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema.
- Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema.
- Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma.
- FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronkitis dan asma.
- GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis
- Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis.
- JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil (asma).
- Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer.
- Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi
- EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema).
- EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
G. KOMPLIKASI
- Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
- Daya tahan tubuh kurang sempurna
- Tingkat kerusakan paru semakin parah
- Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
- Pneumonia
- Atelaktasis
- Pneumothoraks
- Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
H. PENCEGAHAN
Berhenti merokok
Patuhi perturan keamanan di tempat kerja seperti memakai masker
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit,
dan untuk mengatasi, obstruksi jalan napas untuk menghilangkan
hipoksia. Pendekatan terapeutik mencakup:
a.Tindakan pengobatan dimaksudkan untuk memperbaiki ventilasi dan menurunkan upaya bernapas
b.Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi
c.Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi pulmonari
d.Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan pernapasan
e.Dukungan psikologis
f.Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan
g.Bronkodilator
Bronkodilator diresepkan untuk
mendilatasi jalan nafas karena preparat ini melawan edema mukosa maupun
spasme muskular dan membantu mengurangi obstruksi jalan nafas serta
memperbaiki pertukaran gas.Medikasi ini mencakup antagonis β-adrenergik
(metoproterenol, isoproterenol) dan metilxantin (teofilin, aminofilin),
yang menghasilkan dilatasi bronkial.
Bronkodilator mungkin diresepkan
per oral, subkutan, intravena, per rektal atau inhalasi. Medikasi
inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan,
nebuliser.Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan termasuk takikardia, disritmia jantung, dan perangsangan
sisten saraf pusat. Metilxantin dapat juga menyebabkan gangguan
gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Terapi Aerosol
Aerosolisasi (proses membagi
partikel mrnjadi serbuk yang sangat halus) dari bronkodilator salin dan
mukolitik sering kali digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi.
Aerosol yang dinebulizer menghilangkan edema mukosa dan mengencerkan
sekresi bronkial. Hal ini mempermudah proses pembersihan bronkhiolus,
membantu mengendalikan proses inflamasi dan memperbaiki fungsi
ventilasi.
Pengobatan Infeksi
Pasien dengan emfisema rentan
dengan infeksi paru dan harus diobati pada saat awal timbulnya
tanda-tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan demam.
Organisme yang paling sering adalah S. pneumonia, H. influenzae, dan
Branhamella catarrhalis. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin,
ampisilin, amoksisilin atau trimetoprim-sulfametoxazol (Bactrim) mungkin
diresepkan.
Oksigenasi
Terapi oksigen dapat meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien dengan emfisema berat. Hipoksemia berat
diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah untuk meningkatkan tekanan
oksigen hingga antara 65 dan 80 mmHg. Pada emfisema berat, oksigen
diberikan sedikitnya 16 jam perhari sampai 24 jam perhari.
0 komentar:
Posting Komentar