Kapan seseorang dinyatakan mati
Bila
fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau kematian
sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak merupakan
organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang ireversibel,
karena alasan yang belum jelas. Organ-organ lain akan mati kemudian.
Sesudah
tahun 1960 an, dengan penggunaan ventilasi buatan dan cara-cara bantuan
lain pada kasus-kasus kerusakan otak akibat trauma atau sebab lain,
bila kemudian kerusakan ini terbukti ireversibel, jantung kadang-kadang
dapat terus berdenyut selama 1 pekan atau lebih, atau bahkan sampai 14
hari, dengan sebagian besar otak mengalami dekomposisi. Dengan kondisi
seperti ini jantung dapat terus berdenyut sampai 32 hari (pada seorang
anak umur 5 tahun).
Penghentian
ireversibel semua fungsi otak disebut mati otak (MO). Penghentian total
sirkulasi ke otak normotermik selama lebih dari 10 menit tidak
kompatibel dengan kehidupan jaringan otak. Jadi penghentian fungsi
jantung mengakibatkan MO dalam beberapa menit, sedangkan penghentian
fungsi otak mengakibatkan kehilangan fungsi jantung dalam beberapa jam
atau hari.
Kebanyakan kalangan
yang berwenang dalam kedokteran dan hukum sekarang ini mendefinisikan
kematian dalam pengertian MO walaupun jantung mungkin masih berdenyut
dan ventilasi buatan dipertahankan. Akan tetapi banyak pula yang memakai
konsep MBO sebagai pengganti MO dalam penentuan mati. Menurut
pernyataan IDI 1988,seseorang dinyatakan mati bila a) fungsi spontan
pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau b) telah
terbukti terjadi MBO. Secara klasis dokter menyatakan mati berdasarkan
butir a tersebut dan ini dapat dilakukan di mana saja, di dalam atau di
luar rumah sakit.
Bahwa fungsi
spontan nafas dan jantung telah berhenti secara pasti, dapat diketahui
setelah kita mencoba melakukan resusitasi darurat. Pada resusitasi
darurat, di mana kita tidak mungkin menentukan MBO, seseorang dapat
dinyatakan mati bila 1) terdapat tanda-tanda mati jantung atau 2)
terdapat tanda-tanda klinis mati otak yaitu bilamana setelah dimulai
resusitasi, pasien tetap tidak sadar, tidak timbul pula nafas spontan
dan refleks muntah (gag reflex) serta pupil tetap dilatasi selama 15-30
menit atau lebih, kecuali kalau pasien hipotermik, di bawah pengaruh
barbiturat atau anestesia umum.
Menurut
Peraturan Pemerintah RI no 18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis
dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh
manusia, meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh
ahli-ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung seseorang telah berhenti. Menurut penulis, batasan mati
ini mengandung 2 kelemahan. Yang pertama, pada henti jantung (cardiac
arrest) fungsi otak, nafas dan jantung telah berhenti, namun sebetulnya
kita belum dapat menyatakan mati karena pasien masih mungkin hidup
kembali bila dilakukan resusitasi. Yang kedua, dengan adanya kata-kata
“denyut jantung telah berhenti”, maka ini justru kurang menguntungkan
untuk transplantasi, karena perfusi ke organ-organ telah berhenti pula,
yang tentunya akan mengurangi viabilitas jaringan/organ (3).
Mati Batang Otak
DEFINISI
Kematian
batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak,
termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama
manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh
reflex batang otak, dan apneu.
Diagnosis
kematian batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan
pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis (termasuk pemeriksaan
refleks batang otak dan tes apnea) dapat dilaksanakan secara adekuat.
Apabila temuan klinis yang sesuai dengan kriteria kematian batang otak
atau pemeriksaan konfirmatif yang mendukung diagnosis kematian batang
otak tidak dapat diperoleh, diagnosis kematian batang otak tidak dapat
ditegakkan.
LANGKAH PENETAPAN KEMATIAN BATANG OTAK
Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal berikut:
1. Evaluasi kasus koma
2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien
3. Penilaian klinis awal refleks batang otak
4. Periode interval observasi
a. sampai dengan usia 2 bulan,periode interval observasi 48jam
b. usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode interval observasi 24 jam
c. usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun, periode interval observasi 12 jam
d. usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam
5. Penilaian klinis ulang reflex batang otak
6. Tes apneu
7. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi
8. Persiapan akomodasi yang sesuai
9. Sertifikasi kematian batang otak
10. Penghentian penyokong kardiorespirasi
0 komentar:
Posting Komentar