Edema dan Asites
Seiring dengan semakin beratnya
sirosis hati, maka tubuh akan mengirimkan suatu impuls listrik kepada
ginjal untuk menahan garam dan air di dalam tubuh. Jumlah air dan garam
yang berlebihan di dalam tubuh ini pertama-tama akan berakumulasi di
dalam jaringan di bawah kulit pergelangan kaki dan kaki karena adanya
efek gravitasi saat anda duduk atau berdiri. Akumulasi cairan ini
disebut dengan edema atau pitting edema.
Pitting edema merupakan
suatu keadaan di mana saat kulit yang membengkak ditekan, maka akan
terbentuk suatu lekukan pada permukaan kulit di bekas tempat anda
menekan permukaan kulit tersebut).
Pembengkakan ini seringkali akan
memburuk di malam hari setelah anda berdiri atau duduk lama dan akan
berkurang saat anda tidur karena efek gravitasi yang lebih rendah saat
anda berbaring.
Saat sirosis hati semakin memburuk dan lebih
banyak garam serta air yang tertahan di dalam tubuh, maka cairan juga
akan terakumulasi di dalam rongga perut, yaitu di antara dinding perut
dan organ perut. Akumulasi cairan ini disebut dengan asites, yang
menyebabkan pembengkakan pada daerah perut, rasa tidak nyaman di perut,
dan peningkatan berat badan.
Peritonitis Bakterial Spontan
Akumulasi
cairan di dalam rongga perut (asites) merupakan tempat yang sangat baik
bagi pertumbuhan bakteri. Pada keadaan normal, rongga perut hanya
mengandung sangat sedikit cairan sehingga mampu melawan infeksi dengan
baik. Selain itu, berbagai bakteri yang masuk ke dalam perut (usus) akan
dibunuh.
Pada sirosis hati, adanya banyak cairan di dalam rongga
perut membuat rongga perut mudah mengalami infeksi dan menyebabkan
terjadinya infeksi pada perut. Peritonitis bakterial spontan merupakan
komplikasi sirosis yang dapat membahayakan jiwa. Beberapa penderita
peritonitis jenis ini mungkin tidak mengalami gejala apapun, sementara
yang lainnya mungkin mengalami demam, menggigil, nyeri perut, perut
teraba keras, diare, dan semakin memburuknya asites.
Perdarahan Akibat Varises Esofagus
Sirosis
hati menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada hati yang dapat
menghambat aliran darah dari usus menuju ke jantung sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam vena porta (hipertensi porta).
Bila
tekanan di dalam vena porta meningkat cukup tinggi, maka hal ini akan
membuat darah mencari jalan lain untuk kembali ke dalam jantung, yaitu
melalui pembuluh darah balik di sekitar hati yang memiliki tekanan yang
lebih rendah. Pembuluh darah yang seringkali dilewati darah sebagai
jalan pintas menuju jantung merupakan pembuluh darah di bagian bawah
tenggorokan (esofagus) dan pembuluh darah di bagian atas lambung.
Akibat
dari peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah balik tersebut,
maka tekanan di dalam pembuluh darah balik ini pun meningkat sehingga
terjadi pelebaran di kedua pembuluh darah balik tersebut (varises).
Semakin tinggi tekanan di dalam vena porta, maka semakin lebar varises
yang terbentuk dan semakin tinggi resiko perdarahan akibat varises ini.
Perdarahan
akibat varises biasanya cukup berat dan bila tidak segera diobati dapat
berakibat fatal. Beberapa gejala perdarahan akibat varises adalah
muntah darah, tinja berwarna gelap dan lengket seperti ter, pusing atau
pingsan saat berdiri (karena penurunan tekanan darah, hal ini terutama
terjadi saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri).
Walaupun
belum ditemukan penyebab pastinya, para penderita sirosis yang mengalami
perdarahan akibat varises memiliki resiko mengalami peritonitis
bakterial spontan yang lebih tinggi.
Ensefalopati Hepatikum
Beberapa
jenis protein dalam makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh
tubuh akan digunakan oleh bakteri yang memang normal terdapat di dalam
usus. Saat bakteri mencerna protein, maka mereka pun menghasilkan suatu
zat sisa ke dalam usus seperti amonia, yang bersifat racun bagi otak.
Pada keadaan normal, zat beracun ini akan dibawa dari dalam usus ke
dalam vena porta menuju hati untuk dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
darah.
Akan tetapi, pada sirosis hati, sel-sel hati tidak dapat
berfungsi dengan normal (baik karena mengalami kerusakan atau adanya
gangguan hubungan antara darah dan sel hati). Selain itu, darah dari
hati pun dapat melalui pembuluh darah balik lain selain vena porta. Hal
ini menyebabkan zat beracun tidak dapat dikeluarkan oleh sel-sel hati
dan terakumulasi di dalam darah.
Saat zat beracun ini terakumulasi
dalam jumlah yang cukup banyak di dalam darah, maka fungsi otak pun
akan terganggu dan menyebabkan terjadinya ensefalopati hepatikum. Gejala
awal dari ensefalopati hepatikum adalah tidur di siang hari dan
bukannya di malam hari (perubahan pola tidur).
Berbagai gejala
lain dari ensefalopati hepatikum adalah mudah marah, sulit
berkonsentrasi atau berhitung, gangguan daya ingat, tampak bingung atau
mengalami penurunan kesadaran. Pada akhirnya, ensefalopati hepatikum
dapat menyebabkan koma dan kematian.
Zat beracun ini juga membuat
otak penderita sirosis menjadi sangat sensitif terhadap obat-obatan yang
biasanya dikeluarkan melalui hati. Oleh karena itu, dosis obat-obat
(terutama obat sedatif dan obat tidur) yang dimetabolisme di dalam hati
harus diturunkan untuk menghindari penumpukkan obat di dalam hati. Akan
lebih baik bila anda menghindari mengkonsumsi berbagai jenis obat yang
harus dimetabolisme di dalam hati.
Sindrom Hepatorenal
Penderita
sirosis hati berat dapat mengalami sindrom hepatorenal. Sindrom ini
merupakan salah satu komplikasi berat yang menyebabkan penurunan fungsi
ginjal (tanpa kerusakan ginjal). Penurunan fungsi ginjal ini diakibatkan
oleh perubahan aliran darah yang melalui ginjal, bukan karena kerusakan
sel-sel ginjal.
Sindrom hepatorenal merupakan kegagalan progresif
dari ginjal untuk mengeluarkan berbagai zat dari dalam darah dan
memproduksi air kemih dalam jumlah adekuat, akan tetapi tidak terjadi
gangguan pada fungsi ginjal lainnya seperti retensi (menahan) garam di
dalam tubuh.
Bila fungsi hati membaik, maka fungsi ginjal
penderita sindrom hepatorenal pun akan kembali normal. Hal ini
menandakan bahwa penurunan fungsi ginjal yang terjadi merupakan akibat
dari penumpukkan zat beracun di dalam darah akibat kegagalan fungsi
hati. Terdapat 2 jenis sindrom hepatorenal, yang terjadi secara lambat
dalam waktu beberapa bulan atau yang terjadi dengan sangat cepat dalam
waktu seminggu atau 2 minggu.
Sindrom Hepatopulmonar
Walaupun
jarang, beberapa penderita sirosis tahap lanjut dapat mengalami sindrom
hepatopulmonar, yang menyebabkan penderita kesulitan bernapas karena
adanya hormon tertentu yang dilepaskan yang menyebabkan paru-paru tidak
dapat berfungsi secara normal.
Masalah utama pada paru-paru
penderita adalah tidak cukupnya aliran darah yang masuk ke dalam
pembuluh darah kecil menuju ke kantong udara paru sehingga darah tidak
mengandung cukup banyak oksigen danmembuat penderita mengalami sesak
napas, terutama saat menghembuskan napas (ekspirasi).
Hipersplenisme
Pada
keadaan normal, limpa berfungsi untuk menyaring sel-sel darah merah,
sel darah putih, dan trombosit yang sudah tua. Darah yang keluar dari
limpa akan bergabung dengan darah dari usus di dalam vena porta.
Peningkatan
tekanan darah di dalam vena porta akibat sirosis hati, akan menyebabkan
aliran darah dari limpa terhambat. Hal ini akan membuat darah terkumpul
di dalam limpa dan membuat limpa membengkak. Bila limpa cukup besar,
maka penderita dapat mengalami nyeri perut.
Seiring dengan semakin
membesarnya limpa, maka limpa pun akan menyaring semakin banyak sel-sel
darah dan trombosit hingga terjadi penurunan sel-sel darah dan
trombosit di dalam alirang darah. Hipersplenisme merupakan suatu keadaan
di mana terjadi penurunan jumlah sel-sel darah dan trombosit akibat
pembesaran limpa, yang menyebabkan terjadinya anemia, leukopenia, dan
trombositopenia.
Anemia dapat menyebabkan penderita merasa lemas.
Leukopenia (jumlah sel darah putih sedikit) dapat menyebabkan terjadinya
infeksi. Sedangkan trombositopenia (jumlah trombosit sedikit) dapat
menyebabkan gangguan pembekuan darah dan menyebabkan terjadinya
perdarahan.
komplikasi kanker hati
Written By iqbal_editing on Senin, 24 Oktober 2016 | 07.23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar