Konflik yang berujung pada berakhirnya hubungan asmara yang dijalin
seseorang bersama kekasihnya tentu saja akan menjadi suatu kondisi yang
mengharuskan dirinya menghadapi masa-masa sulit pasca hubungjan asmara
kedua kandas. Sebagian wanita mampu untuk kembali move on dari mantan kekasihnya. Meskipun demikian bagaimana kondisi bagi mereka kaum wanita yang tidak mampu move on dari sang mantan.
Wanita yang belum mampu move on dari masa lalu asmaranya
dengan sang mantan tentu saja akan menghadapi beberapa kemungkinan.
Stalking dengan kehidupan sang mantan tentang kehidupannya saat ini,
mencari tahu kehidupannya dari teman sang mantan bahkan lantaran belum
bisa move on, pada akhirnya ia pun masih saja menyandang status
single hingga waktu yang lama. Tentu menjadi suatu masalah yang serius
disaat wanita yang telah menginjak usia matang, belum mengakhiri masa
lajang. Dapat dimungkinkan ia pun kelak akan menyandang status single
tersebut selama-lamanya.
Pada wanita yang belum ammpu bangkit dari masa lalukehidupan
asmaranya bersama sang mantan, tentu saja memiliki fakta yang
berbeda-beda. Parahnya adalah putusnya hubungan beberapa dari mereka
pada jalinan cinta yang pernah ia jalin dengan sang mantan membuatnya
depresi. Depresi tentunya menjadi suatu kondisi yang membutuhkan
perhatian yang serius dari segi psikis. Kondisi demikian tentu saja
dikhawatirkan akan merusak mental bagi mereka yang mangalami putus
cinta. Oleh karena itu, peran psikolog pada kondisi demikian tentunya
sangat dibutuhkan untuk kembali memulihkan kondisi seseorang yang
mengalami depresi pasca putus cinta.
Lantas kondisi apa saja selain depresi yang dirasakan wanita sehingga
ia membutuhkan penanganan langsung secara psikis dari seorang psikolog?
Salah seorang psikolog dibidang klinis yang sekaligus lulusan Master
Psikologi, Universitas Indonesia, dan Master of Health Profession Education, Universitas New South Wales, Australia,
Rosdiana Setyaningrum pun mengutarakan beberapa kondisi yang dialami
wanita sehingga ia pun membutuhkan penanganan secara psikis dari
psikolog. Berikut tiga kondisi yang merupakan efek yang ditunjukkan
seseorang pasca putus cinta antara lain :
1. Masih Sedih Dalam Jangka Waktu yang Sudah Cukup Lama
Jika hubungan seseorang kandas, maka masa awal terlebih pada minggu
pertama dan kedua menjadi waktu tersulit baginya yang tetap harus
dihadapi. Sedih, berteriak dan menangis menjadi beberapa hal yang
seringkali ditunjukkan wanita saat hubungan asmara mereka berakhir
dengan sang mantan. Namun, jika kondisi demikian dirasakan oleh seorang
wanita hingga dalam jangka waktu yang lama misalnya sudah setahun
hubungan asmaranya berlalu dengan sang mantan dan ia pun merasa sedih.
Maka kondisi demikian sudahlah harus dipandang sebagai suatu hal yang
serius untuk ditangani.
“Sebenarnya tidak ada batasan karena setiap orang berbeda-beda, tapi
mungkin kalau setahun lebih masih belum dapat menerimanya, bisa meminta
bantuan psikolog,” ujarnya.
Hubungan asmara yang telah terbina cukup lama dengan sang mantan
tentu saja dapat sulit untuk membuatnya lupa. Namun, jangka waktu yang
cukup lama masih saja membuatnya bersedih sebaiknya membutuhkan
pengilhaman secara piskis dari seorang psikolog. Terlebih jika pada
kondisi demikian, Anda maupun kerabat Anda yang mengalaminya, maka
baiknya Anda psikolog tentu mengetahui langkah terbaik untuk
mengembalikan rasa percaya dirinya.
2. Menunjukkan Sikap yang Mengkhawatirkan
Emosi tentu menjadi ekspresi seseorang disaat mereka merasa sedih.
Tentulah setiap orang memiliki karakter sehingga membuat mereka
menunjukkan reaksi yang beragam pasca putus cinta. Move on ataupun
tenggelam dalam rasa terpuruk adalah dua kemungkinan yang dihadapi
wanita saat hubungan asmaranya berakhir. Jika pilihannya move on maka
seseorang yang mampu melakukannya dapat menjadikan kegagalam kehidupan
asmaranya sebagai suatu pengalaman dan pelajaran berharga baginya. Tentu
dengan tujuan agar hubungan asmara yang kelak ia jalani dapat menjadi
lebih baik dan lebih matang.
Namun jika seseorang berada pada kemungkinan yang kedua yaitu
terpuruk maka dapat pula dimungkinkan seseorang akan menunjukkan
sikap-sikap yang tentu tidak hanya merusak mentalnya melainkan dapat
pula membuat mereka yang berada dalam lingkungannya menjadi tidak
nyaman. Maka pada kondisi demikian, peranan psikolog sangatlah
dibutuhkan. Misalnya seseorang yang mengalami putus cinta dan membawa
pengaruh negatif pada dirinya misalnya dengan menggunakan narkoba
ataupun mengkomsumsi minuman beralkohol ataupun membuatnya tidak lagi
fokus pada pendidikan ataupun pekerjaannya. Maka pada kondisi demikian
pula psikolog menjadi salah satu jalan keluar untuk membuatnya lebih
baik. “Butuh bantuan psikolog juga dilihat sampai sejauh mana tingkah
lakunya mengganggu kehidupan dan lingkungannya,” papar lulusan Master
Psikologi, Universitas Indonesia, dan Master of Health Profession
Education, Universitas New South Wales, Australia ini.
3. Depresi
Kemungkinan depresi bisa saja dapat dialami oleh setiap orang yang
tidak bisa menerima dengan lapang dada berakhirnya jalinan asmara yang
telah ia bangun dengan sang mantan kekasih. Pada kondisi ini, tentunya
depresi menjadi suatu gejala yang membutuhkan perhatian yang serius.
Bukan saja merusak mental, kondisi depresi yang semakin parah dapat
memingkinkan seseorang menjadi lose kontrol bahkan dapat membuatnya
menjadi ‘gila’. Sehingga pada tingkat demikian, depresi yang dialami
seseorang pasca putus cinta haruslah mendapatkan penanganan sejak dini
dari psikolog. Diana pun menuturkan seseorang yang mengalami depresi
sebaiknya bisa mendapatkan penanganan langsung dari psikolog untuk
meminimalisir segala kemungkinan buruk yang bisa saja dialami nantinya
jika tidak diantisipasi sejak dini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar