Psikologi Putus Cinta – Psikologi Putus Cinta saya coba sharekan, sebagai bahan diskusi, bukan judge semata. Edisi Psikologi Putus Cinta
pertama bahas Mengapa Putus cinta alias awal-awal patah hati kog
cenderung marah? Apa muaranya? Bagaimana mengatasinya? Ya sih,
sepertinya rumusan Psikologi Putus Cinta
kali ini persepsinya lebih pada orang yang diputusin, tapi perlu juga
bagi siapapun agar bisa mempelajarinya sebagai bekal kehidupan secara
umum.
Periode awal patah hati yang pertama
biasanya diawali dengan rasa marah. Kita marah sekali pada seseorang
yang ‘memberikan masalah’ kepada kita. Kalau misalnya kita diputusin
pacar, kita jelas marah sekali pada dia yang memutuskan kita. Yang
menjadi pertanyaan, apa sih dasar keyakinan yang mendorong kita berbuat
marah?
Inventarisasi perasaan sebagai basic Psikologi Putus Cinta
Maksudnya apa sih? Kalau saya pernah
mengalami, setelah saya inventarisasi disebabkan oleh hadirnya keyakinan
yang berkembang dalam diri. Perasaan itu tiba-tiba muncul seperti
asosiasi langsung manakala kita mengingat objek yang telah membuat diri
kita patah hati. Misalnya perasaan kita seperti:
- Dia mengkhianati saya
- Dia tidak menghargai cinta yang telah saya berikan
- Dia meremehkan saya
- Aku orang yang gagal
- Aku orang yang nggak bisa dapatkan cintanya
- Kurang ajar sekali dia mencurangi saya
- Aku ingin balas dendam
- Aku nggak bisa apa- apa
- Aku nggak bisa bahagiain dia
- Kamu seharusnya mempertahankan cinta kita
- Kamu nggak bisa dipercaya
- Dia sungguh plin-plan dan berengsek
- Aku nggak bisa dapatkan yang seperti dia
- Aku nggak bisa lupain dia
- Padahal aku sudah sangat mencintai dia
- __________________________________
- __________________________________
- __________________________________
- __________________________________, etc.
Kolom- kolom yang sengaja saya kosongin
agar anda juga secara jujur menginventarisasi perasaan serta keyakinan
yang anda rasakan. Ketika anda bisa menginventarisir maka anda akan
semakin mengenal diri anda yang akibatnya anda akan lebih bisa
mengontrol apa-apa keyakinan yang beredar dalam diri kita.
Psikologi Putus Cinta menekankan urgensi peran keyakinan dalam diri
Keyakinan mempunyai fungsi vital sebagai
pemerintah dalam diri kita. Sayangnya keyakinan itu punya dua kekuatan
yang saling bertolak belakang. Kekuatan pertama, keyakinan mampu membuat
kita semakin bersemangat, semakin kuat, dan berenergi. Kekuatan ke dua,
keyakinan melemahkan diri kita, makin menyengsarakan, serta membawa
kita pada kesakitan patah hati yang mendalam. Manakala kita tidak bisa
mengontrolnya.
Dimana posisi keyakinan saat kita sedang mengalami patah hati….
Sayangnya, kebanyakan keyakinan yang
muncul pada waktu awal patah hati cenderung pada keyakinan-keyakinan
yang melemahkan diri kita. Keyakinan yang kontraproduktif dengan tahapan
pencapaian kesuksesan yang ingin kita tempuh. Coba anda simak beberapa
keyakinan yang telah kita bersama tuliskan pada deret nomor di atas.
Hampir semuanya lahir sebab kita mempersepsikan bahwa diri kita tidak
punya harga, kita tidak menyayangi diri kita sendiri, merendahkan diri
untuk sesuatu yang belum tentu benar-benar terbaik buat diri kita, serta
simpulan terbaiknya karena PENGHARGAAN DIRI yang rendah oleh Anda
terhadap DIRI ANDA SENDIRI.
Mengapa akarnya dari penghargaan diri yang rendah?
- ORang yang penghargaan dirinya rendah, dia tidak percaya bahwa dirinya bisa mendapatkan hal yang lebih baik
- Jelas-jelas menandakan bahwa dirinya orang yang kurang wawasan bersikap sehingga memang ilmunya kala mendapatkan suatu masalah ya bisanya marah
- Bisa jadi representasi tuduhan-tuduhan yang dia arahkan ke orang lain aslinya sebenarnya representasi dari sifat-sifat keburukan yang ada pada dirinya cuman dia pendam, nah pas mendapatkan suasana yang pas, dia punya kesempatan buat menunjukan ketidak sukaannya [katarsis emosi]
Psikologi Putus Cinta: Profil manusia yang punya keyakinan penghargaan diri yang baik
Bisa jadi daftar penjelasannya bisa
lebih panjang lagi. Hanyalah, marilah kita cari tahu bagaimana sikap
orang yang punya keyakinan penghargaan diri yang tinggi, apa yang dia
lakukan? Bagaimana keyakinan-keyakinan dia saat menghadapi putus cinta
maupun luka batin seperti apa pun juga?
- Dia bersikap lebih memilih mencintai dirinya sendiri. Dia katakan pada dirinya, “Oke, aku sadar aku terluka tetapi buat apa aku kesal sama dia. Apakah aku berdarah? Apakah aku rugi? Apakah aku terhalang melanjutkan pencapaian impianku di masa depan? Jelas jawabannya adalah TIDAK, karena ketika kita mengenal diri, mencintai diri, kita percaya masih banyak patner hidup yang lebih tepat nantinya yang Allah persiapkan buat diri kita, namun bukan DIA [yang sudah memutuskan kita].
- Memiliki perasaan mandiri. Bahwa penentu kebahagiaan adalah diri kita sendiri. Keyakinan demikian membebaskan kita dari perbudakan penentuan kebahagiaan kita pada sesuatu yang sifatnya eksternal. Syarat bahagia bukan bersama pacar kita, tetap bisa SMSan sama dia, kalaulah bersama sesuatu yang eksternal yakini bahwa kita berbagi kebahagiaan diri kita bersama orang lain sebab kebahagiaan kita melimpah.
- Jadikan anda memegang kendali sepenuhnya atas diri Anda. Buat apa cemburu? Buat apa marah kepadanya? Tak perlu demikian, yakini saja bahwa memang diri Anda berkualitas, hanya saja si DIa tidak dalam kapasitas yang layak mendapatkan diri Anda. Sudah jelas, kerugian justru ada pada dirinya sebab tidak lagi bisa mendapatkan kualitas-kualitas terbaik dari diri kita. Katakanlah dalam pemberian porsi cinta, kesetiaan, ketulusan, atau yang lain. So, simple aja, nanti kita siapkan saja pada orang yang tepat, NAMUN BUKAN DIA YANG SUDAH MEMUTUSKAN KITA.
Demikian uraian Psikologi Putus Cinta
mengenai menejemen keyakinan saat menghadapi putus cinta. Sayangi
dirimu, dirimu lebih berharga dari dia yang kini kurang beruntung bisa
anda bagi kebahagiaan dengannya. Diri kita terlalu eman-eman [sayang]
kalau harus terpolusi oleh serangkaian emosi negative sebab kita kurang
bisa memenej diri ketika menghadapi sebuah pelajaran kecil bagi
kehidupan kita. Wallahu a’lam, semoga Psikologi Putus Cinta bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar