STRES EMOSIONAL PADA PENYANDANG DIABETES
“Saya harus dapat menerima bahwa saya adalah penderita diabetes”
Pendahuluan
Pernahkah anda berfikir mengenai segi
emosional penyandang diabetes? Banyak orang memandang diabetes hanya
dari segi klinis saja. Tulisan ini bertujuan untuk membantu mengenal
perasaan anda sebagai penyandang diabetes, sehingga anda dapat
mengendalikannya secara lebih baik.
Segi emosional ini meliputi sikap
menyangkal, obsesif, marah, dan takut. Semuanya tampak negatif, tetapi
sebenarnya tidak selalu demikian. Bersikap emosional menghadapi penyakit
serius memang wajar, dan pada beberapa keadaan tertentu sikap ini
bahkan dapat membantu atau bersifat protektif.
- Sikap Menyangkal
Banyak orang yang menyangkal sewaktu
mengetahui dirinya menyandang diabetes, dan tidak mau menerima kenyataan
bahwa ia harus menjalani kehidupan sebagai penyandang diabetes. Bahkan
ada penyandang diabetes yang memerlukan beberapa tahun sampai ia mau
mengubah cara hidupnya. Mereka tidak mau tahu bahwa banyaknya makanan
dan kelebihan berat badan sangat berhubungan dengan tingginya kadar
glukosa darah, dan juga berhubungan dengan gejala-gekala diabetes
seperti mudah lelah, mudah infeksi dan lain-lain.
- Apakah anda juga masih tidak mau menerima keadaan sebagai penyandang diabetes?
- Apakah anda mengalami gejala-gejala diabetes misalnya sering kencing, cepat lelah, mudah infeksi, atau penglihatan kabur?
- Apakah anda merasa segan pergi ke dokter karena takut menghadapi kenyataan?
- Apakah anda merasa malu mengaku pada orang lain bahwa anda menyandang DM?
- Apakah anda berpendapat bahwa anda dapat mengendalikan diabetes hanya dengan minum obat saja tanpa harus mengubah kebiasaan/gaya hidup anda?
- Apakah anda menganggap bahwa diabetes bukan suatu penyakit yang serius?
Tentu ada mengetahui kebiasaan burung
unta yang akan memasukkan kepalanya ke dalam pasir bila menghadapi
bahaya, karena merasa tidak berdaya dan tdak tahu apa yang akan
diperbuat. Pasien yang tidak mau menerima kenyataan sebagai penyandang
diabetes sering bertindak seperti di atas dengan alasan yang sama. Cara
mengatasi hal ini adalah dengan mengubah rasa tidak berdaya tersebut
menjadi rasa percaya diri. Anda akan tahu bahwa sebenarnya banyak hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi diabetes.
Bagaimana cara membangun rasa percaya diri? Ada 3 faktor penting :- Pengetahuan/pengertian mengenai diabetes yang anda alami.
- Keterampilan/kemampuan mengenai diabetes dari hari ke hari.
- Kemampuan untuk mengendalikan emosi anda.
Tn.Bambang diminta oleh dokternya untuk memulai program latihan jasmani. Yang pertama dipikirkan oleh Tn. Bambang adalah : “huh…Hal yang sama lagi! Seperti dokter-dokter lain ang menyuruh hal yang sama.” Sebenarnya Tn. Bambang sudah mengetahui pentingnya latihan jasmani : memperbaiki kadar glukosa darah dan kesegaran tubuh, serta mengurangi risiko penyakit jantung. Tetapi ia merasa tua, 52 tahun dan tidak pernah berolah raga lagi sejak lulus SMU. Jadi bagaimana cara memulainya?
Jika anda ingin memulai program latihan
jasmani seperti yang dianjurkan dokter, langkah pertama adalah
memikirkan jenis latihan jasmani yang ingin anda coba. Itu saja. Anda
tidak perlu langsung melakukan latihan jasmani tapi hana membuat daftar
jenis latihan jasmani yang menarik minat anda, misalnya jalan pagi,
senam, dan lain-lain. Langkah kedua adalah melihat kapan anda punya
kesempatan untuk melakukan latihan jasmani, pertimbangkan jenis latihan
jasmani mana yang masih sempat anda lakukan. Langkah ketiga adalah
membuat jadual kegiatan latihan jasmani, dimana anda akan melakukannya
(di rumah atau di luar rumah), termasuk bersama siapa anda ingin
melakukannya (misalnya dengan istri, anak anda). Buatlah jadual yang
realistis, sehingga anda yakin sempat, mau dan mampu melakukannya, mulai
menggerakkan otot untuk latihan jasmani. Langkah selanjutnya adalah
melaksanakan program latiha jasmani yang telah anda buat. Bila ternyata
kemudian jadual yang telah anda pilih tidak berjalan, anda dapat
menggubah jadual tersebut sesuai dengan kesempatan dan kemampuan anda.
Bila anda berhasil melakukan semua hal di atas, akan meningkatkan rasa
percaya diri bahwa anda dapat melakukannya.
- Obsesi
Obsesi adalah kebalikan dari sikap
penyangkalan terhadap diabetes. Pasien yang terobsesi biasanya sangat
memperhatikan setiap hal mengenai diabetesnya. Ia akan melakukan semua
hal sesempurna mungkin, karena yakin bahwa dengan demikian diabetesnya
dapat dikendalikan dengan sempurna. Tetapi sayangnya manajemen diabetes
bukan suatu hal yang sempurna. Sifat selalu ingin sempurna mungkin tidak
akan berlangsung lama, sedangkan pengendalian diabetes harus
berlangsung seumur hidup. Suatu ketika sikap obsesif ini mungkin akan
menyebabkan kelelahan dan kekecewaan, dan merasa bahwa diabetes telah
membatasi segala segi kehidupan.
Perhatikan ilustrasi berikut ini :
Anna adalah seorang pengusaha yang
sukses, sampai suatu saat mengetahui bahwa ia menderita diabetes. Sejak
saat itu ia berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan glukosa darahnya
agar selalu dalam batas normal. Dia selalu makan tepat waktu, dan
melakukan segala hal persis dalam textbook. Dia memeriksa sendiri kadar
glukosa darahnya 6 kali sehari, dan ingin agar glukosa darahnya selalu
di bawah 120 mg/dl. Seperti layaknya banyak orang yang sangat disiplin,
Anna selalu melakukan segala hal sesempurna mungkin. Akhirnya ia merasa
kehidupannya dikuasai oleh diabetes. Diabetes telah mengurangi
kebebasannya. Ia merasa lelah dengan semua hal tersebut dan tidak dapat
mempertahankannya terus menerus. “Saya sangat sibuk bekerja setiap
hari. Sangat merepotkan untuk dapat mengerjakan semua pekerjaan dan
pengendalian diabetes sekaligus bersamaan. Persetan dengan segala hal
tersebut, sudah sebaik mungkin saya berusaha tetapi tidak berhasil”.
Akhirnya Anna sadar, kemudian mengubah
sikapnya yang selalu ingin sempurna dalam pengendalian diabetes. Ia bisa
lebih santai dan tidak memboroskan banyak tenaga untuk selalu terobsesi
dengan diabetesnya. Selanjutnya ia melaksanakan hal-hal yang realistis
saja, yang penting diabetesnya tetap terkontrol dengan baik. Dengan
sikap ini kehidupannya lebih bahagia, tidak tertekan (stress) dan
pekerjaannya lebih sukses.
- Marah
Keadaan emosional yang sering didapatkan
pada penyandang diabetes adalah marah. Mereka marah karena merasa
hidupnya terganggu/tertekan. Mereka merasa dicabut kebebasannya karena
banyak “larangan” dan “keharusan” menyangkut
kehidupannya sebagai penyandang diabetes. Mereka tak dapat lagi makan
makanan kesukaannya, harus minum obat secara teratur, lengannya harus
ditusuk jarum suntik secara rutin untuk pemeriksaan darah atau suntik
insulin, dll. Kemarahan ini sering dipicu oleh sikap lingkungannya yang
tidak mendukung, misalnya keluarga/teman bersikap seperti polisi yang
selalu mengawasi makanannya, latihan jasmaninya atau kadar glukosa
darahnya. Ia merasa seperti tahanan yang dikelilinngi oleh para penjaga,
bukan sebagai orang yang disayangi.
Target kemarahannya sering diarahkan
kepada dokter/tenaga kesehatan lainnya. Dokter dianggapnya member
perintah atau larangan yang sulit dilakukan, dokter terlalu sibuk
sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan segala keluhannya, ahli
gizi memberikan rancangan menu makanan yang tidak sesuai dengan selera,
dan lain-lain.
Sebenarnya rasa marah ini wajar saja,
karena meeupakan respons emosi yang normal pada penyandang diabetes.
Misalnya anda marah karena dilarang makan makanan yang lezat yang sangat
anda sukai dan biasa anda makan sebelum menyandang diabetes. Apakah
anda akan terus marah-marah seumur hhidup? Tentunya tidak. Yang penting
adalah bagaimana anda mengendalikan emosi dan mencari cara lain yang
sesuai dengan keinginan anda sehingga dapat mengurangi rasa marah. Bila
dilarang makan jenis makanan tertentu, pilihlah jenis makanan lainnya
yang sesuai selera anda dan diperbolehkan. Setiap larangan/keharusan
pasti ada alternatif pilihan lainnya. Anda yang berhak memilih, bukan
ditentukan oleh orang lain.
- Frustasi
Penyandang diabetes sering merasa
frustasi karena setiap hari harus selalu memikirkan diabetesnya. Mereka
merasa kebebasannya terganggu. Kadang-kadang glukosa darah tinggi
walaupun ia merasa sduah melakukan segala sesuatu dengan benar. Mereka
tak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi dikemudian hari akibat
diabetesnya.
Pada waktu menerima hasil pemeriksaan gul darah = 287 mg/dl, pasien yang harus frustasi akan mengatakan “Saya telah lakukan segalanya dengan benar, tetapi gula darah tetap tinggi. Sudahlah, saya menyerah”.
Tentunya anda tidak demikian. Coba analisis apa yang menyebabkan
glukosa darah naik. Apakah ada makanan yang melebihi takaran? Apakah
lupa latihan jasmani? Bila ternyata semuanya sudah dilakukan dengan
benar, coba dari penyebab lainnya : apakah obat sudah diminum? Apakah
ada infeksi saluran nafas ? Stress di pekerjaan? Bila ternyata tetap
tidak ditemukan jawaban yang memuaskan, cobalah untuk minta pertolongan
tenaga kesehatan.
- Takut
Banyak hal yang menimbulkan ketakutan
pada penyandang diabetes. Penyandang diabetes akan lebih sering
memikirkan kematian bila ada keluarganya yang meninggal akibat
komplikasi diabetes. Penyandang diabetes lainnya takut disuntik insulin
atau takut akan mengalami komplikasi diabetes.
Sebenarnya rasa takut tersebut wajar saja, bahkan dapat memperkuat motivasi untuk mengendalikan diabetes dengan baik.
Kadang-kadang penyandang diabetes
mengalami stress yang menimbulkan gangguan emosi yang berat, misalnya
depresi, anxietas/kecemasan, dan gangguan makan. Gangguan ini dapat
berlangsung lama, terasa makin berat, dan sering berulang. Keadaan ini
akan menyebabkan pengendalian diabetes menjadi lebih sulit.
- Depresi
Banyak orang mengatakan dia sedang
depresi. Kebanyakan mereka menggunakan istilah “depresi” yang tidak
sesuai dengan apa yang dimaskud sebagai depresi dalam klinik. Mungkin
maksud mereka hanya bahwa saat itu sedang mengalami kesedihan, dengan
suatu sebab yang jelas, biasanya belangsung hanya beberapa jam atau
beberapa hari. Berbeda dengan depresi klinik. Biasanya tidak jelas
faktor penyebab/pemicunya, kalaupun ada maka respons emosional yang
timbul terlalu berlebihan dan berlangsung lama.
Diagnosis depresi dapat ditegakkan bila terdapat 5 atau lebih gejala khas berikut ini, selama 2 minggu atau lebih :
- Perasaan sedih (depressed mood) sepanjang hari, dan terjadi hamper setiap hari.
- Sulit tidur atau tidur terlalu banyak yang terjadi hamper setiap hari.
- Merasa lesu, lelah tidak bertenaga, hamper setiap hari.
- Perasaan murung dan hilang rasa senang setiap hari.
- Tidak ada perhatian/minat terhadap semua aktivitas sehari-hari, hamper setiap hari.
- Merasa hidup ini tidak berharga, tidak berguna, merasa bersalah tanpa alasan, serta kehilangan rasa percaya diri, hampir setiap hari.
- Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan.
- Tidak dapat berfikir/berkonsentrasi/mengambil keputusan, hampir setiap hari.
- Terus menerus memikirkan kematian, ingin mati, atau ingin bunuh diri.
Dari hal tersebut di atas, tampak bahwa depresi tidak sama dengan perasaan sedih saja.
Diabetes dan Depresi
Apakah adanya diabetes akan meningkatkan
risiko timbulnya depresi? Jawabannya adalah ya. Penelitian akhir-akhir
ini mendapatkan bahwa penyandang diabetes terutama yang mengalami
komplikasi, mempunyai risiko depresi 3 kali lipat dibandingkan
masyarakat umum. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan kehidupan
sehari-hari yang lebih sulit sehingga menimbulkan kesedihan
berkepanjangan.
Pengobatan Depresi
Ada beberapa cara/usaha yang dapat
dilakukan oleh diri sendiri. Usaha ini mungkin agak berat untuk mulai
melakukannya, tetapi layak dicoba. Buatlah daftar kegiatan yang dapat
dilakukan. Mulailah dengan hal yang paling mudah dan paling sederhana
misalnya :
- Bangun pagi jam 07.00 setiap hari, lalu segera mandi.
- Bila badan bertambah kurus selama mengalami depresi, belilah pakaian baru yang sesuai dengan ukuran tubuh anda saat ini.
- Sering-seringlah menghubungi teman melalui telepon.
- Jalan-jalan keluar rumah setiap hari.
- Tambahkan pikiran positif dalam daftar anda : “Saya tidak ingin mengalami depresi selamanya. Pasti ada suatu cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya”.
Seorang pasien kami selalu menyimpan dan
membawa daftar kegiatan-kegiatannya seperti di atas. Orang tuanya sudah
mengerti apa guna daftar tersebut. Bila dia mulai menunjukkan gejala
depresi, orangtuanya akan mengingatkan : “Ambillah daftarmu, dan coba kerjakan”. Kemudian dia memlilih salah satu kegiatan dalam daftar tadi dan mengerjakannya ternyata hal tersebut dapat menolongnya.
Anda juga dapat melakukan cara yang sama
dalam usaha mengendalikan glukosa darah. Usaha ini mungkin terasa berat
pada waktu anda mengalami depresi. Tetapi yakinkan diri anda bahwa
dengan mengendalikan gula darah mungkin dapat mengurangi depresi yang
anda alami. Setiap usaha, walaupun tampaknya sederhana akan dapat
menolong. Misalnya :
- Rencanakan untuk mengikuti jadual (tepat waktu) untuk meinum obat antidiabetes atau suntik insulin selama tiga hari mendatang.
- Periksa kadar glukosa darah anda lebih teratur, baik dengan alat glukometer yang anda miliki atau memeriksanya di laboratorium langganan anda.
- Mulai membuat jadwal kunjungan control ke dokter, yang telah beberapa bulan tida anda lakukan.
- Bagaimana jika anda mulai jalan-jalan sekitar rumah tiga kali seminggu, mulai minggu depan?
Setiap usaha di atas tampaknya sederhana,
tetapi merupakan langkah yang sangat berarti. Yang terpenting adalah
usaha untuk memulainya sebagai langkah wal untuk dilanjutkan dengan
langkah-langkah berikutnya.
Segala aktivitas fisik dapat
menolong/memperbaiki situasi depresi yang anda alami. Mungkin olah raga
merupakan pilihan terakhir yang ingin anda lakukan pada waktu anda
mengalami depresi, tetapi perlu diingat bahwa olah raga dapat memberikan
beberapa keuntungan antara lain :
- Dapat memperbaiki pengendalian glukosa darah secara tepat.
- Dapat mengaktifkan suatu bahan kimia dari otak yang disebut Endorfin, yang mnimbulkan rasa segar.
- Dapat meningkatkan rasa percaya diri. Setelah anda mencoba, maka anda yakin dapat melakukannya sehingga rasa tak berdaya atau putus asa yang dialami waktu depresi dapat diatasi.
- Dapat menimbulkan rasa santai, dapat mengatasi gangguan tidur, pikiran menjadi jernih, dan dapat berkonsentrasi.
Berobat ke Dokter
Bila anda mengalami depresi, maka anda
dianjurkan untuk menemui dokter ahli. Pergi ke dokter kadang-kadang
merupakan keputusan yang berat bila anda merasa pesimis dan menganggap
tidak ada orang lain yang dapat menolong. Mungkin anda mempunyai sifat
tertutup dan tidak suka membicarakan persoalan anda kepada orang lain.
Tetapi percayalah bahwa sebenarnya mereka dapat membantu mengatasi
masalah anda.
Anda sendiri yang dapat memutuskan kapan
waktunya untuk menemui dokter. Tidak perlu menunggu sampai terjadi
gangguan psikis yang berat untuk menemui dokter. Walaupun secara
psikologis masih baik, tetapi bila sudah merasa “lelah” dalam
usaha mengendalikan diabetes, maka anda sudah layak untuk meminta
pertolongan dokter. Pilihlah dokter/konsultan yang cocok buat anda.
Cocok yang dimaksud disini adalah yang membuat anda comfortable
untuk mengungkapkan segala keluhan, yang mau dan yang punya waktu untuk
mendengarkan segala keluhan anda, serta yang anda yakini mempunyai
keahlian untuk membantu mengatasi masalah depresi yang anda alami.
Keahlian ini termasuk pengetahuan tentang diabetes, khususnya kondisi
diabetes pada diri anda.
Selain memberikan konseling kejiwaan
biasanya dokter akan memberikan obat anti-depresi. Terdapat beberapa
macam obat antidepresi. Lama pengobatan pada tiap pasien berbeda-beda (bersifat individual)
dan sulit untuk dibuat patokan secara umum. Perlu diketahui bahwa efek
tiap orang bersifat individual dan dibutuhkan waktu 1-2 minggu atau
lebih untuk mendapatkan efek obat yang diinginkan.
- Anxietas/Kecemasan
Setiap penyandang diabetes umumnya
menngalami rasa cemas terhadap segala hal yang terjadi berhubungan
dengan diabetesnya,misalnya : cemas terhadap kadar glukosa darah yang
tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya, dan
lain-lain. Hal ini wajar terjadi, seperti halnya kecemasan/kekhawatiran
yang terjadi sehari-hari (misalnya mengenai pekerjaan, perkawinan, dll).
Tetapi kecemasan dalam klinik bukan kecemasan yang wajar seperti di
atas. Cemas yang timbul cukup berat, dan berlangsung lama (6 bulan).
Diagnosis kecemasan klinik ditegakkan bila dalam waktu 6 bulan tersebut anda mengalami minimal 3 dari 6 keadaan berikut :
- Rasa gelisah/khawatir yang berlebihan, seperti mau mendapat musibah.
- Kewaspadaan berlebihan sehingga mengganggu tidur, sukar konsentrasi.
- Mudah lelah.
- Merasa pikiran kosong.
- Mudah tersinggung.
- Otot-otot tegang, tidak bisa santai.
Beberapa gejala di atas memang hamper
mirip dengan gejala depresi. Beberapa gangguan psikis memang mempunyai
gejala yang hamper mirip. Selain itu satu orang pasien dapat mengalami
lebih dari satu jenis gangguan psikis.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anxietas, antara lain :
- Cobalah mengidentifikasi apa penyebab kecemasan yang anda alami.
- Carilah cara jalan keluar untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Sekali lagi perlu diingat : bila anda
mengalami gejala gangguan psikis segeralah mencari pertolongan. Semua
cara yang dianjurkan untuk mengatasi depresi seperti tercantum di atas,
dapat dilakukan juga pada anxietas.
- Ganggguan Makan
Penyandang diabetes biasanya sangat
memperhatikan makanannya sehari-hari, terutama pada wanita muda yang
sangat memperhatikan berat badannya karena selalu ingin langsing. Hal
ini kadang-kadang terjadi berlebihan sehingga timbul gangguan makan.
Terdapat dua jenis gangguan makan, keduanya berpengaruh buruh bagi penyandang diabetes :
- Anoreksia nervosa. Pasien ini biasanya sangat membatasi jumlah makanan yang dimakannya, sering sampai di bawah 1000 kalori perhari. Mereka juga cenderung untuk melakukan olahraga yang berlebihan.
- Balimia nervosa. Pasien ini biasanya makan dalam jumlah besar dalam satu kali makan, lalu berusaha mengeluarkan apa yang telah dimakannya dengan berbagai cara misalnya memuntahkannya, menggunakan obat pencahar, atau obat diuretika (obat untuk memperbanyak kencing).
Adalah wajar bila seseorang ingin selalu
langsing dengan cara mengatur makanan dan berolah raga. Lalu bagaimana
cara mengetahui bahwa anda mengalami gangguan makan?
Gejala berikut ini tidak normal dan dapat dipakai sebagai pedoman kemungkinan terjadinya gangguan makan :
- Sangat khawatir akan mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, padahal saat ini badan masih kurus. Berat badan kurang dari 85% dari berat badan ideal.
- Menganggap diri kegemukan padahal orang lain mengatakan anda kurus.
- Olahraga berlebihan (melebihi kebutuhan).
- Tidak mempedulikan akibat buruk dari kondisi badan yang kurus.
- Mempunyai kebiasaan makan banyak pada sekali makan, yang terjadi minimal 2 kali seminggu selama tiga bulan.
- Mempunyai kebiasaan selalu minum obat pencahar/diuretika untuk menurunkan berat bdan atau berusaha untuk memuntahkan makanan yang baru dimakan.
Berbeda dengan keadaan di atas, gangguan
makan dapat juga berupa : perasaan tidak dapat berhenti makan dan tidak
dapat mengatur jenis/jumlah makanan yang dimakan.
Semua jenis gangguan makan tersebut dapat
berpengaruh buruk pada pengendalian glukosa darah, yang berakibat
timbulnya komplikasi diabetes akut maupun kronik.
Bila anda merasa menderita gangguan makan
seperti di atas, segeralah minta pertolongan pada orang yang anda
percayai misalnya psikolog atau dokter ahli jiwa yang menangani masalah
gangguan makan.
0 komentar:
Posting Komentar