Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membuat sang anak nurut.
Salah satu yang sering dilakukan adalah memberi tahu anak bahwa dia
akan dimarahi oleh seseorang. Misalnya saja kakek, nenek, anggota
keluarga lain, bahkan prang lain seperti polisi, dokter, atau suster.
'Ayo
beresin mainannya. Kalau nggak nanti dimarahi kakek lho'. Itulah contoh
kalimat yang bisa dilontarkan orang tua. Lantas, dianjurkankah cara
seperti ini demi membuat si kecil nurut?
"Sebaiknya jangan ya.
Biasanya kalau kaya gitu nanti hubungan anak sama figur yang dianggap
memarahi ini, nggak bagus," kata psikolog anak dan keluarga dari Tiga
Generasi Anna Surti Ariani MPsi., Psikolog saat berbincang dengan
detikHealth.
Diungkapkan wanita yang akrab disapa Nina ini,
sayang sekali jika hubungan anak dengan sang kakek misalnya, tidak baik
karena anak sudah kadung takut dan menganggap sang kakek sosok yang
galak. Padahal, anak butuh sosok yang dia sayangi dan menyayangi dia.
"Jadi
akan lebih jelas ketika kita yang kasih konsekuensi. Misal kita katakan
ke anak 'kalau kamu tetap nggak bersin mainan, maka kamu nggak boleh
nonton'. Dan itu kita jalanin. Itu jadi konsekuensi yang sangat konkret
buat anak," tambah Nina yang juga praktik di Klinik Psikologi Terapan
UI.
Ibu dua anak ini menekankan bahwa dalam memberi konsekuensi
pada anak, ketegasan perlu sekali diterapkan. Saat anak hendak main tapi
ia ogah disuruh makan misalnya, orang tua mesti tegas jika anak
benar-benar tidak boleh main sebelum ia makan.
"Tapi anaknya
tetap ngotot mau main, nggak mau makan. Ya nggak bisa. Kita bisa katakan
karena pada saat itu tubuh anak lebih butuh makan. Jadi ya memang kita
mesti tegas dengan konsekuensi yang ada dari apa yang dilakukan anak,"
pungkas Nina.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar