Baru-baru ini dunia digemparkan oleh adanya epidemi
atau wabah virus Zika yang mengakibatkan mikrosefali pada bayi baru
lahir. Padahal ada virus yang lebih horor dari Zika.
Ambil contoh
kasus di AS. Wabah Zika yang hanya berlangsung selama beberapa bulan
itu mengakibatkan lebih dari 2.000 bayi mengalami kerusakan otak. Namun
sebuah virus bernama Cytamegalovirus (CMV) tercatat menyerang
20.000-40.000 bayi tiap tahunnya.
20 Persen bayi yang terlahir
dengan CMV mengalami cacat permanen seperti gangguan pendengaran hingga
ketulian, penurunan intelektual, dan gangguan penglihatan. Ditambah
lagi, tak ada pengobatan standar ataupun vaksin untuk mengatasi virus
ini.
"Anehnya, semua orang tahu tentang Zika, padahal ini saja
langka sekali di AS," tandas Dr Mark R Schleiss, direktur divisi
penyakit menular anak di University of Minnesota Medical School seperti
dilaporkan New York Times.
Seharusnya, lanjut Schleiss,
penanganan terhadap CMV mendapatkan prioritas yang sama besarnya dengan
Zika, termasuk dalam pembuatan vaksin untuk kondisi ini.
"Tetapi
nyatanya sampai sekarang tidak ada. Dugaan kami salah satunya karena
kurangnya kesadaran publik akan keberadaan CMV," ungkapnya.
Baca juga: Kelainan Bawaan Saat Lahir, Adakah Hubungannya dengan Infeksi CMV?
Bahkan
di negara semaju AS, tidak ada peringatan yang jelas tentang CMV,
apalagi kampanye tentang bagaimana mengurangi risiko terinfeksi CMV.
Padahal persebaran CMV dapat dihindari hanya dengan cuci tangan,
terutama seusai mengganti popok atau tidak berbagi alat makan dengan si
kecil.
Hal ini pulalah yang disesali Laura Sweet (37). Ia baru
tahu jika terinfeksi CMV saat anak keduanya, Jane mengalami ketulian di
ulang tahunnya yang pertama. Sweet mengaku dokternya telah mewanti-wanti
agar ia menjauhi kucing peliharaannya dan tidak minum alkohol, tetapi
tak pernah menyebutkan tentang CMV.
Barulah setelah berbulan-bulan kemudian, dokter menemukan bahwa Jane tertular CMV dari ibunya saat masih dalam kandungan.
"Andai
saja ada peringatan atau informasi tentang CMV yang diberikan,
setidaknya kami bisa melakukan sejumlah perubahan," ujar Sweet penuh
sesal.
Baca juga: Orang-orang Seperti Ini Dianjurkan Segera Tes CMV
Dari
hasil survei yang dilakukan lembaga di tingkat federal, kurang dari
separuh dokter kandungan di AS yang memberitahukan pasiennya tentang CMV
dan bagaimana mengantisipasi virus 'licik' ini. Sebaliknya, sebagian
besar dokter di AS justru lebih banyak bicara tentang Zika setelah wabah
virus ini merebak luas.
Padahal dari studi yang dilakukan di
sebuah rumah sakit di Prancis mengungkap konseling tentang pencegahan
CMV selama 5-10 menit saja sudah cukup menurunkan angka kasus infeksi
CMV pada ibu-ibu hamil. Studi lain menyebut, ibu hamil yang
diperlihatkan video dan diberi wejangan tentang higienitas berpeluang
lebih kecil untuk terserang CMV (5,9 persen) dibandingkan yang tidak
diberi informasi sama sekali (41,7 persen).
Jane kini harus
menggunakan implan koklea sebagai alat bantu dengar. Untungnya ia
mendapatkan intervensi sejak dini semisal terapi fisik, sehingga sudah
bisa berjalan di usia 16 bulan.
Namun masa depan Jane masih
berada di awang-awang. Sebab infeksi CMV juga meninggalkan abnormalitas
pada otaknya. "Kami takkan pernah tahu apa yang akan terjadi sampai dia
masuk sekolah nanti. Barulah kami bisa memastikan apakah terjadi
perlambatan proses pembelajaran," tutup Sweet.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar