1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah
di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan
petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :
Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya
selama 24 jam.
Pemantauan yang
dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
·
CVP, RAP, LAP.
·
Denyut jantung.
·
Wedge presure dan PAP.
·
Tekanan darah.
·
Curah jantung.
·
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya,
rutenya dan lain-lain.
·
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b. EKG
Pemantauan EKG setiap
saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama
jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan
EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang
dihadapi terutama bila ada perubahan
irama dasar jantung yang membahayakan.
c. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari
kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer
ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
·
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
·
Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
·
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu
dibuat kultur.
d. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat
dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif
pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4
ektremitasnya.
e. Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine
tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain.
Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f. Gula darah
Bila penderita adalah diabet
maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin
memerlukan infus insulin.
g.
Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu
diperiksa :
·
HB,HT,trombosit.
·
ACT.
·
Analisa gas darah.
·
LFT / Albumin.
·
Ureum, kreatinin, gula darah.
·
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h. Drain
Drain yang dipasang
harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah
drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka
observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi
lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai
perdarahan pasca bedah dan mungkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i.
Foto thoraks
Pemerikasaan foto
thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan
Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang
dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi
beberapa jam setelah pasca bedah.
j.
Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera
mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi
fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi,
postural drinase).
- Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar
dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU
adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan
thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan
dan diperiksa antara lain :
·
Elektrolit thrombosis.
·
Ureum
·
Gula darah.
·
Thoraks foto
·
EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas
indikasi.
Hari
ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan
bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari
ke 6 - 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat – obatan
ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga
diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai
klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis,
maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar.
Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering.
Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan
atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan
dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi,
setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan
mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing
oleh fisioterapis atau oleh perawat.
0 komentar:
Posting Komentar