Blog ini menjelaskan tentang Masalah kesehatan yang sering dialami di masyarakat
ILEUS OBSTRUKTIF
Hambatan
pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi
usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata.
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh
tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi.
Pada
bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh
cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya
berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari
sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah
satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.
Penyebab
obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan
tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah
obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara
pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera
ditolong dengan operasi (laparatomi). Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus berupa gangguan sistem saluran
cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat penyebaran tumor. Biasanya
nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikuti
muntah-muntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan
yang tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering
terjadi pada tumor yang letaknya pada usus besar sebelah kanan.
Definisi
Obstruksi
usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar
dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Menurut letak sumbatannya maka obstruksi usus dibagi menjadi dua:
1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.
2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
Terdapat
2 jenis obstruksi usus: (1) Non-mekanis (mis: ileus paralitik atau
ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau
trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus; (2)
Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang
disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
Epidemiologi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000
menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus
ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024
pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen
Kesehatan Indonesia.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan
waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus
obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan
memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.
Etiologi
Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi setelah
pembedahan abdomen karena adanya refleks penghambatan peristaltik akibat
visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks penghambatan peristaltik
ini sering disebut sebagai ileus paralitik, walaupun paralisis
peristaltik ini tidak terjadi secara total. Keadaan lain yang sering
menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah peritonitis. Atoni usus dan
peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi traumatik,
terutama setelah fraktur iga, trauma medula spinalis, dan fraktur tulang
belakang.
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.
1.Perlengketan
: Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat
atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2.Intusepsi
: Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam
segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu
seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar
limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian
usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan
bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3.Volvulus
: Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang
terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus
yang terputar pada mesentriumnya
4.Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
5.Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Manifestasi Klinis
Gejala
utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual
muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi
obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri
abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan
bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.
1.Obstruksi usus halus
a) Obstruksi sederhana
Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas.
Obstruksi
bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal
atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan
adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya
bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi
terutama pada obstruksi komplit.
b) Obstruksi disertai proses strangulasi
Kira-kira
sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum
dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih
nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan
adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
2.Obstruksi usus besar
Obstruksi
mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat
keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah
gambaran umum obstruksi komplit. Muntah timbul kemudian dan tidak
terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila terjadi
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan
pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis.
Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi
tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik maupun fungsional. Perbedaan
utama adalah pada obstruksi mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik
mula-mula kuat kemudian intermittent dan kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah tidak ada
Patofisiologik
obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari
usus, dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi
obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi
gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi peningkatan tekanan
intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi
usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat
untuk melawan adanya hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut
menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana frekuensinya tergantung pada
lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan
tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan
berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan
hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan
gangguan vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan
terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang
disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis
disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik.
Pada
obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan,
sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika
obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan
bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa usus
menurun dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus-menerus dan
progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta
meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi,
peritonitis dan kematian.
Pada
obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang
kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada
dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.
Diagnosis
· Gejala Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen,
mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi).
Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi
obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri
abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan
bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.
Obstruksi
pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa
mengalami diare. Kadang-kadang dilatasi dari usus dapat diraba.
Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan
dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi
yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Pada obstruksi bagian
proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri
perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari
usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat
konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan
manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya
normal tetapi kadang-kadang dapat meningkat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Demam
menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi
Borborigmi). Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada
pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intusepsi.
· Pemeriksaan Penunjang
-Laboratorium
Tes
laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu
dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang
normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan
nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering
didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi,
tetapi hanya terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi dibandingkan
27%-44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit
yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan
adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada
tanda-tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
-Radiologik
Adanya
dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid
level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu
obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada
kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis,
maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan
adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak
menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.
CT
scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi
usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit
dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun
keganasan.
Penatalaksanaan
Dasar
pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Farmakologis
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Farmakologis
Pemberian
obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi
diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi.
KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus
yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi
usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan
obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus,
divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak,
impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut,
disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Gejala
umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama penatalaksanaan adalah
dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi.
Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
0 komentar:
Posting Komentar