DISRITMIA NODUS SINUS
• Bradikardia sinus
Bradikardi sinus bisa
terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan
tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI). Bradikardi sinus juga
dijumpai pada olahragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang
yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada
keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme),
pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah
nodus SA.
Berikut adalah karakteristik disritmia
• • Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
• • Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
• • Kompleks QRS: biasanya normal
• • Hantaran: biasanya normal
• • Irama: reguler
Semua
karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali
frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan perubahan
hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan),
angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk
meningkatkan frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung
diakibatkan oleh stimulasi vagal (stimulasi saraf vagul) seperti jongkok
saat buang air besar atau buang air kecil, penatalaksanaan harus
diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih lanjut. Bila pasien
mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis harus dihentikan. Obat
pilihan untuk menangani bradikardia adalah atropine. Atropine akan
menghambat stimulasi vagal, sehingga memungkinkan untuk terjadinya
frekuensi normal.
• Takikardia sinus
Takiakrdia sinus (denyut
jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut,
anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan
hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan
parasimpatolitik.
Pola EKG takikardia sinus adalah sebagai berikut :
• • Frekuensi : 100 sampai 180 denyut permenit.
• • Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
• • Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal.
• • Hantaran : Biasanya normal.
• • Irama : Reguler.
Semua
aspek takikardia sinus sama dengan irama sinus normal kecuali
frekeunsinya. Tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi
leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga
dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi
jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolic menurun, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan
darah rendah. Bila frekwensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu
mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat
mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya
diarahkan untuk menghilangkan penyebabknya. Propranolol dapat dipakai
untuk menurunkan frekwensi jantung secara cepat. Propranolol menyekat
efek serat adrenergic, sehingga memperlambat frekwensi.
DISRITMIA ATRIUM
• Kontraksi premature atrium
Penyebab :
• • Iritabilitas otot atrium karena kafein, alcohol, nikotin.
• • Miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif
• • Stress atau kecemasan
• • Hipokalemia
• • Cedera
• • Infark
• • Keadaaan hipermetabolik.
Karakteristik :
• • Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
• • Gelombang P : Biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA.
• • Kompleks QRS : Bisa normal, menyimpang atai tidak ada.
• • Hantaran : Biasanya normal.
•
• Irama : Reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi
lebih awal dalam siklus dan baisanya tidak akan mempunyai jeda
kompensasi yang lengkap.
Kontraksi atrium premature sering terlihat
pada jantung normal. Pasien biasanya mengatakan berdebar-debar.
Berkurangnya denyut nadi (perbedaan antara frekwensi denyut nadi dan
denyut apeksi) bisa terjadi. Bila PAC jarang terjadi, tidak diperlukan
penatalaksanaan. Bila terjadi PAC sering (lebih dari 6 per menit) atau
terjadi selama repolarisasi atrium, dapat mengakibatkan disritmia serius
seperti fibrilasi atrium. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk
mengatasi penyebabnya.
• Takikardia Atrium Paroksimal
Adalah
takikardia atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian
mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan,
pengobatan simpatomimetik atau alcohol. Takikardia atrium paroksimal
biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekwensi
yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan pengisian
arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal
jantung.
Karakteristik :
• • Frekwensi : 150 sampai 250 denyut per menit.
•
• Gelombang P : Ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek
(Kurang dari 0, 12 detik).
• • Kompleks QR : Biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran.
• • Hantaran : Biasanya normal.
• • Irama : Reguler.
Pasien
biasanya tidak merasakan adanya PAT. Penanganan diarahkan untuk
menghilangkan penyebab dan menurunkan frekwensi jantung. Morfin dapat
memperlambat frekwensi tanpa penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan sinus
karotis yang dilakukan pada satu sisi, akan memperlambat atau
menghentikan serangan dan biasanya lebih efektif setelah pemberian
digitalis atau vasopresor, yang dapat menekan frekwensi jantung.
Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan
meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekwensi jantung.
Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat
dicoba bila digitalis tidak berhasil. Quinidin mungkin efektif, atau
penyekat kalsium verapamil dapat digunakan. Kardioversion mungkin
diperlukan bila pasien tak dapat mentoleransi meningkatnya frekwensi
jantung.
• Fluter atrium
Terjadi bila ada titik focus di atrium
yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400
kali permenit. Karakter penting pada disritmia ini adalah terjadinya
penyekat tetapi terhadap nodus AV, yang mencegah penghantaran beberapa
impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenarnya masih normal,
sehingga kompleks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda penting dari
disritmia tipe ini, karena hantaran 1:1 impuls atrium yang dilepaskan
250 – 400 kali permenit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu
disritmia yang mengancam nyawa.
Karakteristik :
• • Frekwensi : frekwensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut per menit.
• • Irama : Reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (misalnya 2:1, 3:1 atua kombinasinya).
•
• Gelombang P : Tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji
yang dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan
cepat. Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
• • Kompleks QRS : Konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
• • Gelombang T : Ada namun bisa tertutup oleh gelombang flutter.
Penanganan
yang sesuai sampai saat ini untuk flutter atriuma dalah sediaan
digitalis. Obat ini akan menguatkan penyekat nodus AV, sehingga
memperlambat frekwensinya. Quinidin juga dapat diberikan untuk menekan
tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis bersama dengan quinidin
biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus. Terapi medis
lain yang berguna adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta
adrenergic.
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi listrik.
• Fibrilasi atrium
Fibrilasi
atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung
aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif,
tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung congenital.
Karakteristik :
•
• Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit;
respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
• •
Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi
yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval
PR tidak dapat diukur.
• • Kompleks QRS : Biasanya normal .
• •
Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi
atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel
berespon ireguler.
• • Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali
bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran
pada nodus AV.
Penanganan diarahkan untuk mengurangi iritabilitas
atrium dan mengurangi frekwensi respons ventrikel. Pasien dengan
fibrilasi atrium kronik, perlu diberikan terapi antikoagulan untuk
mencegah tromboemboli yang dapat terbentuk di atrium.
Obat pilihan
untuk menangani fibrilasi atrium sama dengan yang digunakan pada
penatalaksanaan PAT, preparat digitalis digunakan untuk memperlambat
frekwensi jantung dan antidisritmia seperti quinidin digunakan untuk
menekan disritmia tersebut.
DISRITMIA VENTRIKEL
• Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi
ventrikel premature (PVC) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel
otot ventrikel. PVC bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi
katekolamin.
PVC jarang terjadi dan tidak serius. Biasanya pasien
merasa berdebar-debar teapi tidak ada keluhan lain. Namun, demikian
perhatian terletak pada kenyataan bahwa kontraksi premature ini dapat
menyebabkan disritmia ventrikel yang lebih serius.
Pada pasien dengan
miokard infark akut, PVC bisa menjadi precursor serius terjadinya
takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
• • Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
• • Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
• • Terjadi berpasangan atau triplet
• • Terjadi pada fase hantaran yang peka.
Gelombang
T memeprlihatkan periode di mana jantung lebih berespons terhadap
setiap denyut adan tereksitasi secara disritmik. Fase hantaran gelombang
T ini dikatakan sebagai fase yang peka.
Karakteristik :
• • Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
• • Gelombang P : Tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
•
• Kompleks QRS : Biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0, 10
detik. Mungkin berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau
mungkin memiliki berbagai bentuk konfigurasi bila terjadi dari multi
focus di ventrikel.
• • Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
• • Irama : Ireguler bila terjadi denyut premature.
Untuk
mengurangi iritabilitas ventrikel, harus ditentukan penyebabnya dan
bila mungkin, dikoreksi. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk
pengoabtan segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada
penatalaksanaan akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin
efektif untuk terapi jangka panjang.
• Bigemini Ventrikel
Bigemini
ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit
artei koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi
dimana setiap denyut adalah prematur.
Karakteristik :
• • Frekwensi : Dapat terjadi pada frekwensi jantung berapapun, tetapi biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
• • Gelombang P : Seperti yang diterangkan pada PVC; dapat tersembunyi dalam kompleks QRS.
• • Kompleks QRS : Setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
•
• Hantaran : Denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
namun PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan
hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
• • Irama : Ireguler.
Bila terjadi denyut ektopik pada setiap denyut ketiga maka disebut trigemini, tiap denyut keempat, quadrigemini.
Penanganan
bigemini ventrikel adalah sama dengan PVC karena penyebab yang sering
mendasari adalah intoksikasi digitalis, sehingga penyebab ini harus
disingkirkan atau diobati bila ada. Bigemini ventrikel akibat
intoksikasi digitalis diobati dengan fenitoin (dilantin).
• Takikardia Ventrikel
Disritmia
ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti PVC.
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan
terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel sangat
berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien
biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas. Irama
ventrikuler yang dipercepat dan takikardia ventrikel mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
• • Frekwensi : 150 sampai 200 denyut per menit.
•
• Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat,
tidak slealu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel
tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
• • Kompleks QRS :
Mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC- lebar dan anerh, dengan
gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung dengan QRS
normal, menghasilkan denyut gabungan.
• • Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
• • Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takiakrdia ventrikel ireguler.
Terapi
yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien
bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas
miokard harus dicari dan dikoreksi segera. Obat antidisritmia dapat
digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda
penurunan curah jantung.
• Fibrilasi Ventrikel
Fibrilasi ventrikel
adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia
ini denyut jatung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada
respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia
tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi antivitas jantung, maka dapat
terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera
dikoreksi.
Karateristik :
• • Frekwensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
• • Gelombang P : Tidak terlihat.
• • Kompleks QRS : CEpat, undulasi iregulertanpa pola yang khas (multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
•
• Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat
yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi
ventrikel.
• • Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
• Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.
ABNORMALITAS HANTARAN
• Penyekat AV Derajat Satu
Penyekat
AV derajat satu biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic
atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat
pad apasien dengan infark miokard dinding inferior jantung.
Karakteristik :
• • Frekwensi : Bervariasi, biasanya 60 sampai 100 denyut per menit.
• • Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi lebih besar dari 0, 20 detik.
• • Kompleks QRS : Mengikuti setiap gelombang P, biasanya normal.
•
• Hantaran : Hantaran menjadi lambat, biasanya di setiap tempat antara
jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang
panjang. Hantaran ventrikel biasanya normal.
• • Irama : Biasanya regular.
Disritmia
ini penting karena dapat mengakibatkan hambatan jantung yang lebih
serius. Merupakan tanda bahaya. Maka pasien harus dipantau ketat untuk
setiap tahap lanjut penyekat jantung.
• Penyekat AV Derajat Dua
Penyekat
AV derajat dua juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, infark
miokard atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan
penurunan frekwensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung.
Karakteristik :
•
• Frekwensi : 30 sampai 55 denyut per menit. Frekwensi atrium dapat
lebih cepat dua , tiga atau empat kali disbanding frekwensi ventrikel.
•
• Gelombang P : Terdapat dua, tiga atau empat gelombang untuk setiap
kompleks QRS. Interval PR yang dihantarkan biasanya berdurasi normal.
• • Kompleks QRS : Biasanya normal.
• • Hantaran : Satu atau dua impuls tidak dihantarkan ke ventrikel.
•
Irama : Biasanya lambat dan regular. Bila terjadi irama ireguler, hal
ini dapat diebabkan oleh kenyataan adanya penyekat yang bervariasi
antara 2:1 sampai 3:1 atau kombinasi lainnya.
Penanganan diarahkan
untuk meningkatkan frekwensi jantung guna mempertahankan curah jantung
normal. Intoksikasi digitalis harus ditangani dan seitap pengoabtan
dengan fungsi depresi aktivitas miokard harus ditunda.
• Penyekat AV Derajat Tiga
Penyekat
AV derajat tiga (penyekat jantung lengkap) juga berhubungan dengan
penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI. frekwensi
jantung berkurang drastic, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ
vital, seprti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit.
Karakteristik :
•
• Asal : Impuls berasal dari nodus SA, tetapi tidak dihantarkan ke
serat purkinje. Mereka disekat secara lengkap. Maka setiap irama yang
lolos dari daerah penyambung atau ventrikel akan mengambil alih
pacemaker.
• • Frekwensi : frekwensi atrium 60 sampai 100 denyut per
menit, frekwensi ventrikel 40 sampai 60 denyut per menit bila irama yang
lolos berasal dari daerah penyambung, 20 sampai 40 denyut permenit bila
irama yang lolos berasal dari ventrikel.
• • Gelombang P : Gelombang
P yang berasal dari nodus SA terlihat regular sepanjang irama, namun
tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
• • Kompleks QRS : Bila
lolosnya irama berasal dari daerah penyambung , maka kompleks QRS
mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang normal, tetapi tidak
berhubungan dengan gelombang P. kompleks QRS terjadi secara regular.
Bila irama yang lolos berasal dari ventrikel, kompleks QRS berdurasi 0,
10 detik lebih lama dan baisanya lebar dan landai. Kompleks QRS tersebut
mempunyai konfigurasi seperti kompleks QRS pada PVC.
• • Hantaran :
Nodus SA melepaskan impuls dan gelombang P dapat dilihat. Namun mereka
disekat dan tidak dihantarkan ke ventrikel. Irama yang lolos dari daerah
penyambung biasnaya dihantarkan secara normal ke ventrikel. Irama yang
lolos dari ventrikel bersifat ektopik dengan konfigurasi yang
menyimpang.
• • Irama : Biasanya lambat tetapi regular.
•
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital.
Penggunaan pace maker temporer sangat dianjurkan. Mungkin perlu dipasang
pace maker permanent bila penyekat bersifat menetap.
• Asistole Ventrikel
Pada
asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut
jantung, denyut nadi dan pernapasan. Tanpa penatalaksanaan segera,
asistole ventrikel sangat fatal.
Karakteristik :
• • Frekwensi : tidak ada.
• • Gelombang P : Mungkin ada, tetapi tidak dapat dihantarkan ke nodus AV dan ventrikel.
• • Kompleks QRS : Tidak ada.
• • Hantaran : Kemungkinan, hanya melalui atrium.
• • Irama : Tidak ada.
Resusitasi
jantung paru (CPR) perlu dilakukan agar pasien tetap hidup. Untuk
menurunkan stimulasi vagal, berikan atropine secara intravena. Efinefrin
(intrakardiak) harus diberikan secara berulang dengan interval setiap
lima menit. Natrium bikarbonat diberikan secara intravena. Diperlukan
pemasangan pacemaker secara intratoraks, transvena a
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar