Jenis-jenis dan gangguan parafilia :
a. Pedofilia
Adalah kelainan
seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi hasratnya dengan cara
menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah umur. Hal ini dilakukan oleh
orang dewasa (16 tahun keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum
matang (biasanya dibawah 13 tahun). Hampir semua yang mengalami gangguan
ini adalah pria. Untuk menarik perhatian anak, penderita bertingkah
laku baik misalnya sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan
mengancam.
Umumnya penderita pedopilia adalah orang yang takut gagal
dalam berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks dengan
wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia mengalihkan pada anak-anak
karena kepolosan anak tidak mengancam harga dirnya. Disamping itu ketika
anak-anak, perilaku meniru dari model atau contoh yang buruk. Ada tiga
macam penggangu dalam berfantasi :
1. mengganggu situasional
(situasional molester) yaitu mempunyai perkembangan dan perhatian
seksual yang normal, tetapi keadaan tertentu seperti stress timbul
keinginan seksual terhadap anak dan setelah melakukan merasa tertekan.
2. pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester) merupakan kepribadian dan gaya hidupnya.
3. pemerkosa anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual yang bersifat musuh.
b. Exibionisme
Adalah
dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual atau untuk
membangkitkan fantasi-fantasi dengan memperlihatkan alat genital
terhadap orang yang tidak dikenal. Gangguan ini tidak berbahaya bagi si
korban. Penderita gangguan ini adalah pria dan korbannya adalah wanita
(anak-anak maupun dewasa).
Para ahli mengatakan gangguan ini
biasanya mengalami gangguan buruk pada pasangan seks nya. Mereka tak
percaya diri dalam hal seksual, dan biasanya tidak matang dalam hal nya
sebagai seorang pria, penyebabnya pengalaman pada masa perkembangan
anak-anak, pada masa anak dia menunjukkan alat kelaminnya dan korban
merasa excited ( terkejut, takut, malu dan jijik) maka si penderita
merasa itu adalah sebuah pujian dan kejantanan baginya.
Menurut
teori psikoanalisa, gangguan ini merupakan cara untuk menolak ketakutan
kastrasi yang berasal dari tahap odipal, pada tahap ini penderita
mengalami fiksasi.
c. Voyeurisme
Berasal dari bahasa prancis
yaitu kata ‘voir’ artinya melihat, yaitu untuk mendapatkan kepuasan
dengan cara melihat organ seks orang lain atau orang yang sedang
melakukan katifitas seksual, yang tidak menyadari seseorang sedang di
intip ( bahasa harian peeping tom ). Pada gangguan ini penderita
memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang untuk melihat orang
yang tidak menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini memiliki
dua ciri yaitu:
1. mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai
2. korban tidak mengetahui
Menurut
psikodinamika modern gangguan ini didorong oleh ketakutan terhadap
kemampuan dalam berhubungan dengan wanita dan merupakan usaha untuk
mengkonpensasi rasa malu. Adler menginterpretasikan gangguan ini sebagai
fungsi rasa malu individu dalam meyelesaikan masalah seksualitasnya.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa gangguan ini berkembang akibat
kurangnya seks individu.
Bagi orang dewasa normal hubungan seks
mencakup segala aktivitas yang dapat menyebabkan gairah seks (misalnya
melihat organ seks pasangan) sampai aktivitas senggama itu sendiri,
sedangkan pada penderita ini hanya memusatkan pada “melihat” sebagai
satu-satunya cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Umumnya penderita
berasal dari keluarga yang puritan (tabu) terhadap seks.
d. Sadomasokis
Istilah
sadisme berasal dari marquis de sade seorang penulis pada abad ke
delapan belas, ia menggambarkan seorang tokoh yang memperoleh kepuasan
seks dengan menyiksa pasangannya secara kejam, sadisme seksual adalah
kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan menyakiti
pasangan. Siksaan bisa secara fisik (menendang, memperkosa, dan memukul)
maupun psikis (menghina, memaki-maki), penderitaan korban inilah yang
bisa membuatnya merasa bergairah dan puas.
Orang ini menjadi gembira
melihat atau berimajinasi tentang kesakitan oranglain, penyebabnya pada
kehidupan, mula-mula hukuman dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa
memandang gangguan ini sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam
mencari kepuasan seksual pada masa anak-anak.
e. Masokhisme
Istilah
Masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher Masoch yang
seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan seksual bila diperlakukan
secara sadis, gangguan ini meilki ciri mendapatkan kegairahan dan
kepuasan seksual yang didapat dari perangsangan dengan cara diperlakukan
secara kejam baik secara fisik maupun psikis. Perlakuan kejam bisa
dilakukan sendiri atau dilakukan oleh pasangannya. Penyembuhan ini
dengan cara terapi individual dan kelompok berdasarkan psrinsip behavior
conditioning.
f. Fetisisme
Ciri utama gangguan ini
adalah penderita menggunakan benda sebagai cara untuk menimbulkan gairah
atau kepuasan seksual, benda yang umum digunakan adalah benda aksesoris
milik wanita misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dll.
Fetis mengandung tingkahlaku seperti kompulsif. Pengalaman pada
kehidupan mula-mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual dan
objek Fetis.
g. Transvestisme
Gangguan ini hanya terjadi pada
laki-laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran utamanya adalah
penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian
seperti lawan jenisnya, ketika seang berpakaian seperti wanita,
penderita melakukan masturbasi lalu sambil membayangkan seoran laki-laki
tertarik pada dirinya sebagai seorang wanita. Gangguan ini memilki
sifat kompulsif, menggunakan banyak energi emosional.
Permulaan
gangguan ini pada masa anak atau adolesensi pada umumnya tidak mencari
bantuan, lain seperti depresi perlakuannya adalah metode behavior
seperti conditioning aversif, sensitisasi tertutup. Karena close dresing
selalu mempunyai tujuan mengurangi kecemasan, maka terapis mendorong
klien mendapat insight kedalam stress-stress yang menjadi penyebab
tingkahlaku tersebut melalui sikap terapi tradisional.
h. Zofilia
Gangguan
ini juga disebut dengan Bestiality, ciri utamanya adalah penderita
mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara melakukan kegiatan
seksual dengan binatang. Konteks seksual bisa dengan melakukan senggama
dengan binatang (lewat anus atau vagina binatang, atau “menyuruh”
binatang memanipulasi alat genitalnya).
i. Froterisme
Ciri
utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh, meremas-ramas dan
menggesek-gesekkan organ seks kepada orang tak dikenal, penderita
umumnya senang berada ditempat yang penuh sesak dimana ia bisa melarikan
diri dengan mudah, bisanya yang menjadi korban adalah wanita yang
sangat menarik dengan pakaian yang sangat ketat. Ketika sedang melakukan
aksinya penderita berfantasi sedang melakukan hubungan yang
menyenangkan dengan si korban. Korban biasanya tidak protes karena ia
tidak mengira akan terjadi tindakan seksual seperti itu ditempat umum.
Hal ini didapat dari pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat.
Perlakuannya pamadaman dan condotioning tertutup.
j. Homoseksual
Dalam
DSM – III R, Homoseksual yaitu penderita memilih pasangan seksual yang
sama jenis dengan dirinya yaitu pria dengan pria dan wanita dengan
wanita (lesbian).
DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)
a. Gangguan
keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk
melakukan hubungan seks. Hilangnya gairah seks bisa bersifat global
maupun situasional. Yang global, penderita bisa tidak mempunyai gairah
sama sekali bahkan dalam bentuk fantasi sekalipun, contohnya wanita
trauma pasca korban pemerkosaan. Sedangkan yang situasional yaitu
terjadi pada laki-laki berdasarkan situasi psikologisnya aman. Untuk
mendiagnosa perlu diperhatikan faktor usia, ketidak puasan seks,
lingkungan yang menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan
frekuensi hubungan seks.
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh
defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas
seksual. Ciri utamanya adalah kegagalan untuk mencapai atau
mempertahankan arousal atau excitement dalam berhubungan seks. Pada
wanita gangguan ini disebut frigiditas yang ditandai tidak tercapainya
lubrikasi (pelumasan) dan membuka vagina.
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mencapai fungsi orgasme, gangguan ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
Ciri utamanya adalah penderita tidak mampu mengontrol atau mengendalikan ejakulasi selama aktifitas seks berlangsung.
e. Dispareunia (Dyspareunia)
Ciri
utama adalah penderita mengalami kesakitan selama berhubungan seksual.
Gangguan ini terjadi pada wanita, gangguan ini bisa disebabkan oleh
faktor organis misalnya adanya infeksi pada vagina dan cervic.
f. Vaginismus
Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat sehingga mengganggu senggama.
TERAPI
Psikoanalisa
lebih menekankan pada penyelesaian konflik yang tidak disadari untuk
mengatasi disfungsi seksual. Terapi kognitif/behavioris lebih banyak
dipakai dalam mengatasi gangguan ini. Terapi menekankan pada disfungsi
itu sendiri serta sikap dan fikiran yang turut menyumbang timbulnya
disfungsi.
SIMPULAN
Kesehatan seksual yaitu pencegahan
penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan,
kenikmatan seks. Sebagai bagian dari hubungan intim dan kendali yang
lebih besar terhadap keputusan seksual seseorang.
Seksualitas
abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun
oranglain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang
diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa
bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif.
Parafilia
secara harfiah ‘para’ artinya penyimpangan ‘filia’ artinya objek atau
situasi yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam
dan berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang fokuskan pada objek
yang bukan pada manusia saja, penderita atau penghinaan diri sendiri
atau partner nya, atau anak-anak atau orang-orang yang tidak mengizinkan
Jenis-jenis
dan gangguan parafilia : Pedofilia, Exibionisme, Voyeurisme,
Sadomasokis, Masokhisme, Fetisisme, Transvestisme, Zofilia, Froterisme,
Homoseksual.
DISFUNGSI SEKSUAL (DSM IV)
a. Gangguan keinginan seksual yaitu kurangnya atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hubungan seks.
b. Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual.
c. Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm)
d. Ejakulasi dini (premature ejaculation)
e. Dispareunia (Dyspareunia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar