Kondisi kronis memberikan
dampak pada kehidupan sehari-hari individu
dan keluarganya sebagai bagian dari sosial. Gaya hidup pasien dan keluarga
dapat mengalami perubahan. Perubahan kondisi pada pasien dapat disimpulkan di
bawah ini:
a.
Fokus
pada pencegahan kekambuhan, mengurangi dan manajemen gejala serta komplikasi
b.
Adanya
adaptasi psikologi terhadap perubahan kondisi dan ketidakmampuan yang dialami
c.
Fokus
pada manajemen pengobatan dan perawatan yang telah ditentukan
d.
Perubahan
harga diri dan ideal diri pasien dan fungsi keluarga
e.
Usaha
untuk mengembalikan dan menormalkan kehidupan individu dan keluarga
f.
Hidup
dengan batasan waktu (ketidakpastia), isolasi sosial, dan kesendirian
g.
Harapan
akan kematian dengan martabat dan kenyamanan
Setiap pasien dengan
kondisi kronis memiliki pengalaman masing-masing terhadap gangguan atau
ketidakmampuan yang dialami. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon seseorang
terhadap penyakit kronis, yaitu:
a.
Faktor
personal (ex: jenis kelamin, ras, umur, mekanisme koping, dan pengalaman lalu)
b.
Hubungan
dan dukungan lingkungan sosial dan keluarga
c.
Status
sosioal dan ekonomi
d.
Budaya
e.
Lingkungan
(fisik, sosial, dan politik)
f.
Aktivitas
(ex: kegiatan harian, hiburan, sekolah, dan pekerjaan)
g.
Tujuan
kehidupan individu
4.
Masalah Psikologis pada Kondisi
Kronis
Kondisi kronis akan
memberikan stress tersendiri pada pasien. Perubahan positif dan negatif membuat
pasien harus adaptasi terhadap kondisinya dan dapat menimbulkan stress
tersendiri. Stress ini berhubungan dengan ancaman yang digambarka oleh individu
mengenai penyakitnya. Beberapa ancaman yang terkadang dirasakan oleh pasien:
a.
Ancaman
untuk kehidupan dan kebaikan kondisi fisik
b.
Ancaman
terhadap integritas tubuh dan kenyamanan sebagai akibat dari penyakit dan
ketidakmampuan, baik itu akibat prosedur diagnostik ataupun pengobatan dan
perawatan
c.
Ancaman
untuk kemandirian
d.
Ancaman
untuk konsep diri dan peran diri
e.
Ancaman
untuk tujuan hidup dan rencana masa depan
f.
Ancaman
untuk hubungan dengan keluarga, teman dan relasi
g.
Ancaman
Ancaman terhadap kemampuan yang dimiliki
h.
Ancaman
untuk ekonomi
Masalah ini dipengaruhi
oleh mekanisme koping individu dalam menghadapi masalah. Mekanisme koping
merupakan kemampuan individu untuk dapat menghadapi stress, masalah, perubahan yang
terjadi didalam kehidupannya.
5.
Fase dalam Kondisi Kronis
Terdapat sembilan (9)
fase yang umumnya dilalui oleh pasien dan keluarga dalam menghadapi kondisi
kronis:
a.
Pre Trajectory Phase
Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis yang
berkembang dari situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan kondisi ini
dapat terjadi akibat faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat memicu
perkembangan kondisi jatuh ke kondisi kronis.
b. Trajectory Phase
Karakteristik pada
fase ini adalah terjadinya onset atau awal mula
munculnya gejala, gangguan ataupun ketidakmampuan yang berhubungan
dengan kondisi kronis. Sejak diagnosa ditegakkan, kondisi
ketidakpastian
akan kehidupan mulai dirasakan pasien.
c. Stable Phase
Pada fase ini, individu gejala dan ketidakmampuan telah tampak dan dapat
di manajemen dengan baik. Meskipun dalam kondisi ini pasien telah dapat
memanajemen kondisinya dengan baik, tetapi dibutuhkan peran perawat untuk
memberikan reinforcement positif.
d. Unstable Phase
Pada fase ktidakstabilan, kondisi gejala penyakit, perkembangan komplikasi,
aktifitas harian pasien terganggu karena kondisi tidak terkontrol.
e. Acute Phase
Pada fase akut, kondisi penyakit kronis pasien dapat tiba-tiba mengalami
serangan mendadak yang berisiko mengalami kondisi kegawatan. Sehingga terkadang
dapat membuat pasien dan keluarga panik dan cemas.
f.
Chrisis Phase
Karakteristik kondisi ini adalah kondisi pasien jatuh kedalam kondisi
yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan dan pengobatan
kegawatdaruratan.
g. Comeback Phase
Pada Fase ini pasien kembali dari fase akut dan krisis. Proses belajar
dan menerima kondisi gangguan dan ketidakmampuan yang dialami perlu mendapat
dukungan oleh keluarga dan perawat.
h. Downward Phase
Karakteristik kondisi ini adalah adanya penurunan kondisi pasien terhadap
penyakit yang dialaminya.
i.
Dying Phase
Merupakan fase persiapan kematian dengan tenang yang harus diterima oleh
keluarga dan pasien. Pada kondisi ini perawat memiliki tugas untuk membantu
pasien menghadapi kematian dengan tenang dan baik, dan mendukung keluarga untuk
dapat menerima kematian pasien.
6.
Implikasi Keperawatan pada Kondisi
Kronis
Mengelola seseorang
dengan penyakit kronis atau ketidakmampuan tidak hanya terfokus dengan aspek
medis atau kondisi fisik yang dialami pasien tetapi juga mengelola pasiennya
secara individu, fisik, emosional dan sosial. Fokus pengelolaan pasien dengan
penyakit kronis dimulai dari pengkajian hingga evaluasi
a.
Step
1: Mengidentifikasi Trajectory Phase
Pada tahap satu ini, perlu mengidentifikasi secara spesifik masalah
medis, sosial, dan psikologi serta kebutuhan support emsional.
b.
Step
2: Merumuskan Tujuan
Pada tahap kedua ini perawat merumuskan tujuan dalam perawatan pasien. Perawat
berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim perawatan serta pengobatan
pasien.
c.
Step
3: Membuat Perencanaan untuk keberhasilan Tujuan
Pada tahap ini, perawat merumuskan intervensi yang akan dilakukan guna
mencapai keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien.
d.
Step
4: Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
Pada tahap ini, perawat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan
penghambat proses perawatan. Baik itu fasilitas yang ada, kemampuan ekonomi
pasien dan keluarga, dukungan keluarga dan lingkungan. Semua faktor biopsikososial
dan cultural serta ekonomi yang
mendukung perawatan pasien.
e.
Step
5: Mengimplementasikan rencana yang telah disusun
Pada tahap ini , perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah
disusun.
f.
Step
6: Mengevaluasi Keefektifan dari Intervensi
Pada tahap ini, perawat mengevalusi keefektifan intervensi yang telah
disusun untuk melihat keberhasilan tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar