PENANGANAN
ANTEPARTUM
Penderita
penyakit jantung harusnya dikonsulkan sebelum kehamilan karena mempertimbangkan
risiko dari kehamilan, intervensi yang diperlukan dan potensi risiko terhadap janin. Namun ada pula penderita yang
tidak terkoreksi terus hamil, pada
keadaan ini keuntungan dan kerugian terminasi kehamilan atau melanjutkan
kehamilan perlu dipertimbangkan dengan cermat. Keputusan untuk melanjutkan
kehamilan harus mempertimbangkan dua hal penting yaitu : risiko medis dan nilai seorang bayi bagi ibu tersebut dan
pasangannya.6
Beberapa
kelainan jantung dengan risiko kematian ibu
yang tinggi antara lain : sindroma Eisenmenger, hipertensi pulmonal
dengan disfungsi ventrikel kanan dan sindroma Marfan dengan dilatasi aorta yang
signifikan.1
Penanganan penyakit jantung pada kehamilan ditentukan
oleh kapasitas fungsional jantung. Pada semua wanita hamil, tetapi khususnya
pada penderita penyakit jantung, pertambahan berat badan yang berlebihan, dan
retensi cairan yang abnormal harus dicegah.1
Memburuknya kondisi jantung dalam
kehamilan sering terjadi secara samar namun membahayakan. Pada kunjungan rutin
harus dilakukan pemeriksaan denyut jantung, pertambahan berat badan dan
saturasi oksigen. Pertambahan berat badan yang berlebihan menandakan perlunya
penanganan yang agresif. Penurunan saturasi oksigen biasanya akan mendahului
gambaran radiologi (foto toraks) yang abnormal.1
Salah
satu prosedur penatalaksanaan selama kehamilan adalah membatasi aktifitas fisik
sehingga mengurangi beban sistem kardiovaskuler. Dianjurkan tidak melakukan aktivitas fisik yang berat untuk mempertahankan aliran darah uterus dan
menjaga kesehatan janin.7
Daftar
pertanyaan yang terstruktur (tentang gejala) di bawah ini membantu dokter untuk
waspada terhadap perubahan kondisi.1
-
Berapa
anak tangga yang dapat Anda daki dengan mudah ? – satu?, dua? atau tidak ada?
-
Dapatkah
Anda berjalan satu blok ?
-
Dapatkah
Anda tidur terlentang ? - “Berapa bantal
yang diperlukan untuk menyanggah?”
-
Apakah
jantung Anda berdegup kencang ?
-
Apakah
Anda merasakan nyeri dada ?
-
Pada
saat latihan fisik ?
-
Kapan
jantung Anda berdegup kencang ?
Pasien
diharuskan melaporkan gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas, khususnya
bila ada demam. Kebanyakan penderita kelainan jantung juga berisiko untuk
defisiensi besi sehingga diperlukan profilaksis dengan pemberian suplementasi
besi dan asam folat yang dapat menurunkan kerja jantung.
American
College of Obstetricians and Gynecologists (1992) menekankan empat konsep yang
mempengaruhi penanganan, yaitu :2
1.
Peningkatan
curah jantung dan volume plasma sebesar
50% terjadi pada awal trimester ketiga.
2.
Fluktuasi
volume plasma dan curah jantung terjadi pada masa peripartum.
3.
Penurunan
tahanan vaskuler sistemik mencapai titik terendah pada trimester kedua dan
meningkat lagi sampai 20% di bawah normal pada akhir kehamilan.
4.
Bila
memerlukan terapi antikoagulan digunakan derivat kumarin.
INTRAPARTUM
Persalinan
untuk penderita kelainan jantung idealnya adalah singkat dan bebas nyeri.
Induksi persalinan dilakukan bila serviks sudah matang. Kadang kala penderita
penyakit jantung yang berat memerlukan pemantauan hemodinamik yang invasif
dengan pemasangan kateter arteri dan arteri pulmonalis. Seksio sesaria
dilakukan hanya atas indikasi medis.1, 6
Pemantauan
ibu dan janin sebaiknya dikerjakan selama persalinan. Pemantauan EKG
berkelanjutan selama persalinan sangat dianjurkan. Kateter Swan-Ganz sangat
bermanfaat karena dapat memberikan
informasi akurat mengenai status cairan tubuh dan fungsi jantung kiri. Kateter
Swan-Ganz memungkinkan pengukuran tekanan kapiler paru yang merupakan gambaran
paling akurat dari hubungan antara volume darah dengan kapasitas vaskuler,
serta hubungan antara tekanana vena sentral dengan output jantung.1, 6
Standar
penanganan penderita kelainan jantung dalam masa persalinan adalah :1
1.
Diagnosis
yang akurat
2.
Jenis
persalinan berdasarkan pada indikasi obstetri
3.
Penanganan
medis dimulai pada awal persalinan
a.
Hindari
partus lama
b.
Induksi
dilakukan bila serviks sudah matang
4.
Pertahankan
stabilitas hemodinamik
a.
Pemantauan
hemodinamik invasif bila diperlukan
b.
Mulai
dengan keadaan hemodinamik yang sudah terkompensasi
c.
Penanganan
yang spesifik tergantung pada kondisi
jantung.
5.
Cegah
nyeri dan respons hemodinamik dengan pemberian analgesia epidural dengan
narkotik dan teknik dosis rendah lokal.
6.
Antibiotik
profilaksis diberikan bila ada risiko endokarditis.
7.
Ibu
tidak boleh mengedan. Persalinan dengan vakum atau forcep rendah.
8.
Hindari
perdarahan dengan melakukan managemen aktif kala III dan penggantian cairan
yang dini dan sesuai.
9.
Managemen
cairan pada postpartum dini : sering diperlukan pemberian diuresis yang
agresif namun pelu hati-hati.
PUERPERALIS
Persalinan dan masa puerperium merupakan periode dengan risiko maksimum untuk pasien dengan
kelainan jantung. Selama periode ini, pasien harus dipantau untuk mengetahui
ada tidaknya tanda-tanda gagal jantung, hipotensi dan aritmia. Perdarahan
postpartum, anemia, infeksi dan tromboemboli merupakan komplikasi yang menjadi
lebih serius bila ada kelainan jantung.
Sangat
penting untuk mencegah kehilangan darah yang berlebihan pada kala III.
Oksitosin sebaiknya diberikan secara infus kontinu untuk menghindari penurunan
tekanan darah yang mendadak. Alkaloid ergot seperti metil ergometrin tidak
boleh dipakai karena obat ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan vena
sentral dan hipertensi sementara.1, 7
Dalam masa post partum diperlukan
pengawasan yang cermat terhadap keseimbangan cairan. Dalam 24-72 jam terjadi
perpindahan cairan ke sirkulasi sentral dan dapat menyebabkan kegagalan
jantung. Perhatian harus diberikan kepada penderita yang tidak mengalami diuresis spontan. Pada keadaan ini,
bila ada penurunan saturasi oksigen yang dipantau dengan pulse oxymetri,
biasanya menandakan adanya edema paru.1, 7
Ambulasi dini sebaiknya dianjurkan
pada periode post partum untuk mencegah terjadinya stasis dan pooling
vena. Dianjurkan pemakaian stocking elastic karena dapat mengurangi risiko
tromboemboli. 6
Walaupun
beberapa klinikus tidak menganjurkan pasien penderita kelainan jantung untuk
menyusui bayinya namun tidak ada kontraindikasi spesifik untuk memberi ASI (air
susu ibu) selama hidrasi yang adekuat dapat dipertahankan. Namun demikian ibu
dianjurkan untuk tidak sepenuhnya tergantung pada ASI eksklusif tetapi juga memberikan
susu formula kepada bayinya. Harus diperhatikan bahwa sebagian dari obat-obat yang diberikan kepada ibu dalam
masa peripartum dapat melewati ASI.6
Anjurkan
pemakaian kontrasepsi dan metode kontrasepsi yang dipakai sebelum hamil perlu
ditinjau kembali. Pemakaian kontrasepsi yang tepat dapat merupakan terapi
adjuvant bagi penderita kelainan jantung sebaliknya kontrasepsi yang tidak
sesuai dapat mengancam jiwanya. Kebanyakan penderita dapat memakai kontrasepsi
seperti wanita postpartum normal, namun sebagian yang dengan hipertensi
pulmonal, sianosis, memakai antikoagulan karena operasi penggantian katup,
kegagalan jantung atau transplantasi jantung harus mendapat perhatian yang
cermat. Alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) tidak diindikasikan bagi pasien yang berisiko untuk endokarditis
misalnya yang menjalani transplantasi jantung
dan memerlukan terapi immunosupresi, ada riwayat endokarditis, memakai
katup protese atau mendapat terapi antikoagulan jangka panjang. Bila akan
dilakukan sterilisasi tuba postpartum setelah persalinan pervaginam maka
sebaiknya prosedur ini ditunda sampai jelas bahwa ibu dalam keadaan tidak
demam, tidak anemia dan terbukti bahwa dia dapat bergerak tanpa ada tanda-tanda
distres.6,
7
Respons kardiovaskuler baru akan
kembali normal setelah 7 bulan postpartum. Penderita disfungsi ventrikel kiri
karena kardiomiopati peripartum memerlukan pemeriksaaan ekokardiografi tiap 3
bulan. Setelah keluar dari rumah sakit penderita perlu memeriksakan diri pada dokter
obgin dan kardiolog.
KELAINAN
JANTUNG BERISIKO RENDAH TERHADAP IBU HAMIL
ATRIAL
SEPTAL DEFECT (ASD)
Atrial septal defect (ASD) merupakan
kelainan jantung kongenital yang paling sering ditemukan dalam kehamilan dan
umumnya asimptomatik. Pada pemeriksaan tampak tanda yang khas berupa dorongan
ventrikel kanan dan bising sistolik yang keras pada tepi sternum kiri, dan
bunyi jantung kedua yang terpisah. Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)
tampak hipertrofi ventrikel kanan dan right bundle branch block dengan aksis
jantung normal. Pada pemeriksaan foto toraks tampak peningkatan vaskularisasi
paru dan pembesaran ruang jantung kanan. 1, 2, 5
Biasanya perubahan pada kehamilan
dapat ditolerir oleh penderita ASD kecuali peningkatan volume darah yang
terjadi pada trimester kedua. Ada beberapa laporan mengenai terjadinya
kegagalan jantung kongestif dan aritmia
pada pasien-pasien ini. Kegagalan
jantung kongestif merupakan indikasi untuk melakukan operasi untuk mengoreksi
defek. Sebagian kecil penderita ASD kemudian mengalami hipertensi pulmonal dan
sindroma Eisenmenger ( shunt balik dari kanan ke kiri karena tekanan arteri
pulmonalis suprasistemik). Keadaan ini dapat membahayakan jiwa penderita
sehingga perlu penanganan yang hati-hati dan serius.5
VENTRICULAR
SEPTAL DEFECT (VSD)
Pasien penderita VSD yang mencapai
usia reproduksi umumnya mempunyai defek yang kecil sebab defek yang besar
memerlukan koreksi pada masa kanak-kanak. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
getaran dan bising pada tepi sternum kiri, bunyi jantung pertama yang keras dan
bunyi gemuruh diastol. Pada defek yang kecil pemeriksaan EKG umumnya nampak
normal namun dapat pula tampak tanda hipertrofi ventrikel kiri dan kanan. Pada
foto toraks pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri.2, 5
Umumnya kehamilan dapat ditolerir
oleh penderita VSD karena kehamilan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler
yang mengurangi terjadinya shunt kiri – kanan. Morbiditas dan mortalitas
meningkat bila terjadi hipertensi pulmoner dan sindroma Eisenmenger. Pada masa
postpartum penderita VSD dengan hipertensi pulmonal berisiko untuk mengalami
kegagalan jantung ketika terjadi penurunan tekanan darah dan volume darah yang
sesaat sehingga menyebabkan shunt terbalik.5
0 komentar:
Posting Komentar