Tuberkulosis
(TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk
meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe (Brunner & Studdart, 2002 :
584).
Tuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar kuman menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (www.infeksi.com).
Tuberkulosis
paru adalah ptenyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis,
yakni kuman aerob yang dapat menyerang semua sistem tubuh, yang mengenai
paru (Ramali, Ahmad, dkk, 1992 :306).
- Gambaran klinis :
a. Demam (panas)
b. Batuk dan sputum
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Malaise
b. Batuk dan sputum
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Malaise
Tuberkulosis
juga dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti prilaku
tidak biasa dan perubahan stastus mental, demam, anoreksia, dan
penurunan berat badan (Brunner & Studdart, 2002 : 585).
- Komplikasi :
a. Komplikasi dini
- Pleuritis
- Efusi pleura
- Empiema
- Laringitis
- Menjalar ke organ lain yaitu usus
- Pleuritis
- Efusi pleura
- Empiema
- Laringitis
- Menjalar ke organ lain yaitu usus
b. Komplikasi lanjut
- Obstruksi jalan nafas – SOPT (Syndrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
- Kerusakan parenkim berat – fibrosis paru, kor pulmonal
- Amioloidosis
- Karsinoma paru
- Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)
(Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II, 2003 : 829).
- Obstruksi jalan nafas – SOPT (Syndrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
- Kerusakan parenkim berat – fibrosis paru, kor pulmonal
- Amioloidosis
- Karsinoma paru
- Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)
(Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II, 2003 : 829).
- Penatalaksanaan medik
Tuberculosis paru di obati karena agens kemoterapi (agen anti tuberkulosis) selama periode 6-12 bulan. Lima
medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampicin (RIF),
streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirazinamid (PZA). Kapreomisin,
kanamisin, etionamid, natirum para-aminosalisilat, amikasin, dan
siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
- Pembedahan pada TB paru
Peranan
pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
Indikasi mutlak pembedahan adalah :
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif
b. Pasien batuk darah pasien tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
Indikasi mutlak pembedahan adalah :
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif
b. Pasien batuk darah pasien tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
Indikasi relatif pembedahan :
a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap
(Kapita selekta kedokteran jilid II, 2001 : 474).
- Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan keperawatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan
klien sebelumnya pernah menderita sakit seperti ini atau pernah kontak
dengan penderita tuberkulosis, Tidak dapat imunisasi BCG dan mempunyai
riwayat status gizi yang kurang baik.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
klien mengalami batuk disertai dengan demam, sesak nafas, sakit di
daerah sekitar dada, lelah, tidak nafsu makan, penurunan berat badan
serta sering berkeringat pada malam hari.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Karena
penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
ditularkan melalui inhalasi, kemungkinan salah seorang dari keluarga
pernah menderita penyakit
TB paru.
Pengkajian perawatan pada klien dengan tuberculosis paru antara lain difokuskan pada :
1) Aktifitas dan istirahat
Yang
perlu dikaji adalah apakah terjadi kelelahan umum dan kelemahan, nafas
pendek karena bekerja, kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam
hari, menggigil atau berkeringat, terjadi takipnea, dispnea pada saat
kerja.
2) Makanan dan cairan
Pengkajian
meliputi : apakah kehilangan nafsu makan, apakah makanan sulit untuk
dicerna, terjadi penurunan berat badan, turgor kulit menurun, kehilangan
lemak subkutan.
3) Pernafasan
Apakah
ada gejala batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek,
peningkatan frekuensi nafas. Apakah ada sputum jika ada apa
karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak darah.
4) Nyeri dan kenyamanan
Untuk
mengkaji nyeri meliputi : nyeri dada meningkat karena batuk yang
berulang, klien tampak berhati-hati pada area yang sakit, serta gelisah.
b. Data Diagnostik
1) Radiologi
1) Radiologi
Pada
pemeriksaan radiologi, rontgen foto thorak akan ditemukan lesi pada
segmen paru bagian apex dan posterior lobus atau segmen superior lobus
bawah. Selain itu juga ditemukan infiltrat atau nodular terutama pada lapangan atas paru.
2) Pemerikasaan laboratorium
2.1 Darah
- Leukositosis ( Jumlah leukosit yang lebih dari normal, N= 5000-10.000/mm3 ).
- Jumlah limfosit dibawah normal.
- LED meningkat
2.2 Sputum
kultur sputum : Mycobacterium tuberkulosis (+)
2.1 Darah
- Leukositosis ( Jumlah leukosit yang lebih dari normal, N= 5000-10.000/mm3 ).
- Jumlah limfosit dibawah normal.
- LED meningkat
2.2 Sputum
kultur sputum : Mycobacterium tuberkulosis (+)
3) Pemeriksaan test tuberkulin : (+)
4) Tes kulit (PPD, mantoux)
Reaksi
positif (area indurasi 10mm atau lebih besar, 48-72 jam setelah injeksi
intra dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi yang
bermakna pada pasien secara klinik berarti bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh micobakterium yang berbeda.
5) Foto thorak
Dapat
menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium
lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas
TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
6) Biopsi paru pada jaringan paru
Positif untuk granuloma TB : adanya sel raksasa menunjukkan sel nekrosis
7) Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan
kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu
dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim, kehilangan jaringan paru, dan penyakit
pleural (TB paru kronis luas).
8) Elektrosit
Dapat
tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi : contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan
pada TB paru kronis.
9) GDA
Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Tuberkulosis paru antara lain :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, atau sekret darah, upaya batuk buruk
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan primer tidak adekuat,
penurunan kerja silia, penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi,
malnutrisi
4.
Resiko tinggi pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, ateletaksis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
kental, edema bronkhial
5.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
informasi yang kurang.
3. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan, perawat membuat rencana tindakan keperawatan dalam
menentukan pendekatan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah
klien atau mengurangi masalah klien. Tahap perencanaan ini terdiri dari penentuan tujuan dan prioritas dalam penyususnan intervensi keperawatan.
0 komentar:
Posting Komentar