PANDANGAN PSIKOLOGI SOSIAL
TERHADAP KEKERASAN ANTAR GENG MOTOR
Dalam teori psikologi sosial, dibahas
mengenai interaksi sosial. Interaksi
sosial menurut Herbert Blumer merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa
hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi. Interaksi antara dua orang tersebuat akan dimulai semenjak orang tersebut pertama
kali bertemu. Hal tersebut diawali dengan saling menegur, berjabat tangan, dan
berbicara. Namun interaksi sosial juga
bisa bersifat disosiatif, yakni mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan
atau konflik.
Komunikasi antar pribadi itu
menimbulkan keakraban di antara kedua orang tersebut. Keakraban tersebut akan
membawa menuju faktor daya tarik
interpersonal yaitu kesamaan dan keakraban. Dimana menurut teori konsistensi
kognitif Heider dijelaskan bahwa jika kita menyukai orang, kita ingin mereka
memilih sikap yang sama dengan kita, agar seluruh unsur kognitif menjadi
konsisten. Orang akan merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain ketika
mereka memiliki kesamaan sikap, hobi, nilai, latar belakang, dan kepribadian.
Menurut teori penetrasi sosial Altman dan
Taylor ketika mereka semakin lama semakin akrab, hubungan keduanya akan
semakin dekat dan akrab.
Pengertian Geng Motor adalah
sekumpulan atau sekelompok orang memiliki hobi bersepeda motor yang membuat
kegiatan berkendara sepeda motor secara bersama sama baik tujuan konvoi maupun
touring dengan sepeda motor. Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan
yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memnuhinya, sehingga itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan
membentuk sebuah kelompok. Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan
konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran
arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha
menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi
penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Pengertian geng motor ini sebenarnya
berawal dari sebuah kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang, namun
belakangan geng motor semakin meresahkan masyarakat. Anggota geng motor tidak
lebih dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua mereka. Mereka itu
ingin cari perhatian dan dipuji-puji rekan satu gengnya karena di rumah tidak
mendapat kasih sayang orang tua. Perlu
dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung
merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat
organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok
pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga
Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan,
semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadiraja jalanan, tak mau
didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Geng motor mulanya kumpul-kumpul
sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan
bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup yang terkadang
menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack,
kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas mereka.
Namun,
meskipun di antara mereka anggota geng motor yang memiliki kesamaan dan
keakraban serta solidaritas yang tinggi, hal tersebut tidak dapat menghindarkan
mereka dari terjadinya konflik dalam
hubungan pertemanan tersebut. Konflik adalah proses sosial antar perorangan
atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan
kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam perselisihan atau jurang pemisah yang
mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut (Tim
Sosiologi, 2002).
Konflik tidak
hanya dapat terjadi dalam satu kelompok saja, namun dapat juga konflik antar
kelompok bahkan sampai mencelakai orang-orang disekitarnya. Konflik tersebut dapat
terjadi karena berbagai hal, misalnya bila salah satu pihak diantara mereka
mempunyai perpedaan pendapat, atau konflik dapat timbul karena
perilaku-perilaku yang khas dari mereka.
Dalam artikel ini, yang diangkat adalah kekerasan
yang terjadi antar sesama geng motor
dan orang-orang disekitarnya. Belakangan ini
kelompok-kelompok geng motor telah berubah dari kumpulan hobi mengendarai motor
menjadi hobi menganiaya orang, hobi melakukan aksi perampokan, bahkan sampai
membunuh orang. Dari
permasalahan perkelahian dan pembunuhan tersebut, apabila dikaitkan dengan
teori psikologi sosial, maka bisa dikatakan bahwa hal tersebut termasuk
perilaku-perilaku agresi. Menurut Baron dan Byrne (1984) mengatakan bahwa perilaku agresi adalah suatu bentuk
perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain dengan segala
bentuk perilaku kekerasan baik itu secara fisik
ataupun verbal.
Secara umum menurut Myers (1996) ada
dua jenis agresi, yaitu agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan agresi sebagai
sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental
agrgression). Agresi rasa benci atau agresi emosi, merupakan ungkapan
kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku jenis ini disebut
juga dengan agresi jenis panas. Dalam agresi ini pelaku tidak memikirkan atau memang
tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian
daripada manfaat. Lain halnya dengan agresi sebagai sarana untuk mencapai
tujuan lain, yang pada umumnya tidak disertai emosi bahkan antara pelaku dan
korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi, jadi tujuannya adalah untuk
mencapai tujuan lain. Dari kasus kekerasan yang terjadi antar geng motor ini,
termasuk dalam jenis agresi rasa benci atau emosi, dimana antar kelompok satu
dengan kelompok lainnya jika terjadi perselisihan, mereka lebih mengutamakan
emosi dan bertindak yang berujung kekerasa yang tanpa mereka pikirkan dampak
atau resiko yang akan terjadi.
Salah satu faktor yang menyebabkan
perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok (Sarwono, 1999). Mereka dapat
ikut terpengaruh oleh kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Biasanya
anggota-anggota kemlompok itu terpengaruh karena adanya desakan dari kelompok
dan identitas kelompok (kalau tidak ikut melakukan dianggap bukan anggota
kelompok) dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi.
0 komentar:
Posting Komentar