Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 mengungkapkan bahwa 6% balita mengalami kurang
gizi, sedangkan 37% balita dan 1 dari 3 (31%) anak usia sekolah di
Indonesia tergolong pendek (stunting) akibat kekurangan gizi menahun.
Dari data yang sama, prevalensi kelebihan gizi juga meningkat di mana angka overweight dan
obesitas pria di Indonesia adalah 20%, sementara wanita sebesar 35%,
naik dari sekitar 15% dan 26% berdasarkan data Riskesdas 2010.
Diketahui, obesitas merupakan pintu masuk dari banyak penyakit
degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, atau stroke yang meningkatkan risiko kematian.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK(K)
mengatakan, diperlukan peran keluarga dalam upaya untuk
meningkatkan perbaikan gizi di Indonesia. Sebagai unit terkecil dari
masyarakat, keluarga dapat berpengaruh yang sangat besar terhadap
masing-masing anggotanya.
“Keluarga di Indonesia diharapkan dapat menjadi Keluarga Sadar Gizi
yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya, sehingga tercapai keadaan gizi yang optimal untuk seluruh
anggota keluarga,” kata Inge dalam keterangan tertulisnya di Jakarta,
Kamis (9/6/2016).
Keluarga Sadar Gizi atau Kadarzi adalah keluarga dengan perilaku gizi
yang baik yang dicirikan dengan
mengonsumsi makanan beraneka ragam dengan gizi seimbang. Keanekaragaman
makanan diperlukan karena tidak ada bahan makanan yang sempurna
kandungan zat gizinya. Mengonsumsi makanan beraneka ragam menjamin
pemenuhan kebutuhan tubuh akan zat gizi seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral.
“Sangatlah penting untuk mempertahankan pola makan yang baik,
berpedoman pada gizi seimbang. Makanan beragam dan seimbang adalah
pilihan makanan keluarga yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan
seluruh keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
anggota keluarga,” tambah dia.
Konsumsi Susu
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang mengatur susunan pangan sehari-hari harus
merupakan kelengkapan jenis bahan makanan sumber karbohidrat, protein
nabati, protein hewani, serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang menjadi
sumber vitamin dan mineral.
Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang dikonsumsi berupa minuman,
dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak setelah
usia satu tahun. Bagi anak usia sekolah, konsumsi susu sangat membantu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan daya ingat dan
kognitif di sekolah.
Untuk mendukung upaya keluarga menerapkan gizi seimbang dan menyediakan
zat gizi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan setiap anggota keluarga,
Sarihusada meluncurkan Gerakan 7 Hari Minum Susu. Peluncuran
yang diselaraskan dengan peringatan Hari Susu Nusantara pada 1
Juni lalu, juga bertujuan untuk mendukung peningkatan konsumsi susu di
Indonesia.
Menurut data yang tercantum pada situs Kementerian Pertanian, konsumsi
susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah dibanding
negara-negara ASEAN lainnya. Tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat
Indonesia hanya rata-rata sebesar 12,10 liter/tahun, jauh di bawah
konsumsi susu di sejumlah negara ASEAN yang mencapai lebih dari
25 liter/kapita/tahun.
“Rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia, karena kebiasaan minum
susu yang belum membudaya. Untuk itu, upaya peningkatan konsumsi susu
masyarakat Indonesia perlu terus ditingkatkan,” kata Michica Wijaya,
Marketing Manager SGM Nutriday.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar