Selama kurang lebih delapan tahun ini berkecimpung di bidang psikiatri
dan banyak berhubungan dengan pasien yang mengalami gangguan kecemasan,
saya melihat banyak pasien yang berpikir bisa sembuh dari gangguan cemas
hanya dengan menggunakan obat.
Padahal, sebenarnya masalah
gangguan cemas adalah masalah yang penyebabnya multifaktorial sehingga
penyembuhannya pun melibatkan banyak faktor.
Saya akan mencoba
membahas beberapa peranan faktor lain selain obat yang mempunyai
kontribusi terhadap perbaikan gejala gangguan cemas.
- Kepribadian
Kita
memahami bersama bahwa masalah kejiwaan tidak luput dari kepribadian
orang tersebut. Masalah gangguan kejiwaan, terutama cemas, dikaitkan
dengan kepribadian perfeksionis atau dalam bahasa kedokteran jiwa
disebut anankastik.
Orang yang mengalami gejala kecemasan
biasanya memliki kepribadian pencemas, suka dengan keteraturan, mau
semua sesuai dengan kehendak dirinya dan tidak sabaran. Jika kepribadian
ini tidak diadaptasi dengan baik, maka orang yang mempunyai kepribadian
seperti ini akan cenderung lebih sering cemas dan akhirnya menimbulkan
masalah gangguan kecemasan.
Untuk bisa sembuh dengan baik,
selain diobati dengan obat, pasien juga perlu mengubah kepribadiannya
agar bisa lebih relaks dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Hal
ini akan mengurangi kecemasan pasien.
- Gaya hidup sehat
Banyak
pasien yang saya temui pada saat awal mengalami gangguan panik sering
kali menjadi ketakutan akan kesehatan tubuhnya. Banyak di antaranya
menjadi berhenti merokok dan diet ketat berbagai larangan sampai akhirnya kurus.
Sayangnya,
ketika kondisinya membaik pasien kemudian kembali ke gaya hidup tidak
sehat seperti merokok, makan sembarangan dan kembali tidur tidak sesuai
jam tidur yang disarankan. Inilah yang akhirnya akan menjadi pemicu
kembali timbulnya gangguan cemas, walaupun mungkin sudah sembuh awalnya.
- Pemakaian narkoba
Riwayat pemakaian
narkoba di masa sebelum mengalami gangguan kecemasan bisa menjadi
penghambat kesembuhan. Beberapa pasien dengan latar belakang penggunaan
narkotika sebelumnya, apalagi golongan stimulan seperti sabu dan ekstasi
lebih sulit untuk sembuh karena memang pengaruhnya terhadap serotonin.
Serotonin
sering mengalami masalah jika pasien pernah mempunyai riwayat
penggunaan narkotika jenis stimulan dan ini berpengaruh terhadap
penyembuhan. Beberapa hal tersebut di atas mempunyai kontribusi terhadap
terjadinya gangguan kecemasan dan keberulangannya kembali.
Obat
yang digunakan akan memperbaiki gejala gangguan cemas dan membuatnya
lebih seimbang. Namun demikian, jangan lupakan untuk tetap menjaga
kesehatan fisik dan juga melakukan perubahan perilaku dan kognitif (daya
pikir). Itulah mengapa konseling dan psikoterapi juga mempunyai peran
dalam perbaikan gejala gangguan cemas selain daripada obat-obatan.
Semoga informasi singkat ini bermanfaat.
Salam Sehat Jiwa
mengatasi gangguan pencernaan selain obat
Written By iqbal_editing on Minggu, 12 Februari 2017 | 07.52
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar