Memberi kabar soal kematian ayah atau ibu pada
anak-anak memang bukan perkara mudah. Tapi, bukan berarti Anda harus
menyembunyikan fakta bahwa si orang tua sudah meninggal.
Terkait
hal ini, psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo M.Psi,
Psikolog mengatakan saat membicarakan kematian dengan anak, orang dewasa
di sekitarnya bisa bertanya balik padanya apa yang ia tahu tentang
kematian. Wanita yang akrab disapa Anas ini mengatakan pada anak yang
memiliki pengalaman binatang peliharaannya mati, ia akan lebih mudah
menjelaskan soal kematian.
"Tapi kalau nggak, setelah mereka
jawab kita bisa cerita 'Inget nggak kamu dulu lahir jadi bayi, nah
setelah lahir ke dunia suatu saat kita akan meninggal. Bisa karena sakit
atau sudah tua sekali. Meninggal itu kelihatannya orangnya seperti
tidur nyenyak tapi tidak bangun lagi. Jantungnya berhenti berdetak,
paru-parunya tidak bisa lagi bernapas'," kata Anas saat berbincang
dengan detikHealth.
Atau, bisa pula dikatakan
pada anak bahwa di dalam tubuh ada jiwa dan kalau tubuhnya sudah tidak
berfungsi dan meninggal, jiwanya akan kembali ke Tuhan yang menciptakan
manusia. Nah, sebenarnya di usia berapa sih anak sudah mulai paham soal
konsep kematian?
"Dari penelitian di Amerika dan Inggris,
ditemukan anak-anak mulai paham tentang kematian itu usia di atas 4
tahun. Tapi pemahamannya pun bertahap. Kalau di bawah usia 4 tahun,
pemahamannya soal kematian itu kayak orang pergi jalan-jalan nanti balik
lagi," tambah Anas yang juga praktik di Klinik Petak Pintar, Mampang
Prapatan ini.
Baru, di usia 7 tahun ke atas anak mulai paham
tentang fungsi badan. Sehingga, ketika seseorang sudah tidak bernapas
dan jantungnya berhenti berdetak, itu artinya orang tersebut sudah
meninggal.
Saat
ayah atau ibunya meninggal, anak bisa diberi penjelasan tentang keadaan
yang sebenarnya tetapi tidak membohongi anak. Contohnya 'Ayah mau kasih
tahu berita sedih kalau ibu meninggal'. Lalu, jelaskan perubahan
rutinitas yang terjadi setelah sang ayah atau ibu meninggal.
"Jadi
jelaskan aktivitas-aktivitas apa yg biasanya dilakuin anak sama ayah
atau ibunya, sekarang sudah tidak bisa lagi dilakukan. Atau misal yang
meninggal anggota keluarga lain, bisa dikatakan 'Karena tante Ayu
meninggal, jadi nggak ada lagi kue buatan tante Ayu. Tapi nanti bisa
minta Oma bikinkan kue itu," kata Anas.
Orang dewasa di sekitar
anak juga bisa membicarakan tentang acara kematian dan pemakaman.
Dikatakan Anas, pola pikir anak masih konkret operasional. Sehingga,
mereka akan lebih mudah tenang menghadapi situasi yang menyedihkan
dengan diberi tahu kegiatan-kegiatan apa yang akan mereka lakukan.
"Lalu
berikan anak peran dalam upacara kematian misalnya membantu menebar
bunga, pegang foto, atau membagikan minum untuk kerabat yang hadir,
sehingga anak merasa dilibatkan," pungkas Anas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar