Kejang bisa terjadi karena beberapa hal, salah satunya penyakit
epilepsi. Nah, kejang karena epilepsi disebut lebih sering terjadi di
malam hari dibandingkan pada siang hari. Mengapa demikian?
Menurut
Prof Dr Zainal Muttaqin SpBS PhD, sumber kejang saat epilepsi berada di
otak yang memiliki kaitan dengan fungsi kejiwaan. Sehingga, saat Orang
Dengan Epilepsi (ODE) mengalami kejang, ia akan merasakannya dan bisa
melawannya.
"Jadi saat sadar dia tahu dan bisa melawan supaya
nggak terjadi kejang. Makanya itu di siang hari hampir nggak pernah
terjadi kejang epilepsi," kata Prof Zainal dalam acara Seminar Awam
Bedah Epilepsi di RSU Bunda, Jalan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta
Pusat, Sabtu (15/4/2017).
Nah,
karena itu saat seseorang tidur atau sedang tidak memiliki kesadaran,
ia bisa jadi lebih rentan mengalami kejang-kejang. Pasalnya, yang
bersangkutan tidak memiliki kemampuan untuk melawan rasa (proses kejang)
tersebut.
Prof Zainal melanjutkan, untuk melawan kejang, ODE
bisa 'menciptakan' rasa sakit pada bagian tubuh. Ia memberi contoh
misalnya dengan menekan kuku dengan pensil.
"Jadi saat merasakan
misalnya 'wah perut saya nggak enak nih mau kambuh (kejangnya)' itu bisa
diupayakan dengan membuat rasa yang sangat sakit seperti menekan kuku
pakai pensil atau bagian tubuh tertentu," sambung dokter yang praktik di
RS Dr Kariadi Semarang.
Pasalnya, dengan membuat rasa sakit pada
bagian tubuh tertentu dapat menimbulkan proses listrik dari tangan ke
otak. Sehingga proses listrik tersebut bisa memblok proses kejang pada
otak.
"Dan manusia juga memiliki kekuatan melawan seperti 'nggak
jadi'. Itu ada zat-zat di otak yang bisa membuat serangan nggak jadi,"
pungkas Prof Zainal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar