Ayah dan Ibu mendongeng untuk anak? Kenapa tidak. Hanya saja, tak
menutup kemungkinan jika ada orang tua yang segan mendongeng karena
khawatir kegiatan mendongengnya jadi tak menarik atau 'garing' untuk
anak.
Menanggapi hal ini, salah satu personel Duo Musical
Storytelling Sarang Cerita, Essenza Quranique Bachreisy atau Eca
mengatakan kaku saat mendongeng bisa dirasakan orang tua terlebih ketika
baru pertama kali melakukannya. Namun, jika ayah dan ibu sudah
terbiasa, pastinya Anda juga bisa lebih luwes dalam mendongeng.
"Yang
penting kita menguasai cerita. Terus jangan lupa lakukan kontak mata
saat memberi dongeng ke anak, terus bisa pakai gesture kita dan mimik
dalam menyampaikan dongeng," kata Eca ditemui usai Storytelling yang
digelar detikHealth dan Sarang Cerita di PAUD Tunas Melati, Cipayung,
Jakarta Timur, Rabu (12/4/2017).
Trik dari Eca, orang tua tak
perlu malu berekspresi di depan anak. Sebab, mendongeng bisa jadi salah
satu Cara mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua. Terlebih,
sehari-hari anak bukanlah sosok yang asing bagi orang tua sehingga tak
terlu canggung lagi ya.
Semakin pendongeng tak malu dan
ekspresif, cerita bisa jadi menarik untuk anak. Bahkan, bukan tak
mungkin anak bisa sampai melongo karena amat menyimak jalan cerita.
Kadang kala, saat mendongeng anak bisa mengeluarkan idenya terhadap
cerita tersebut.
Untuk menanggapi, orang tua bisa
berimprovisasi. Contohnya, personel Sarang Cerita lainnya Kanya
Cittasara yang mendongeng soal peri bernama Milen yang hobi nonton TV
dan tak mau main bersama temannya. Saat sedang menceritakan Milen kaget
lampu di rumahnya tiba-tiba mati, seorang murid PAUD Tunas Melati
menyeletuk. "Iya Milen kaget terus ada bayangan putih-putih."
Menanggapi
ini, Kanya mengatakan. "Oh ya, ada putih-putih itu mungkin bajunya
Milen yang digantung ya". Dikatakan Kanya, ia memang harus menetralkan
apa yang dikatakan anak tanpa harus mengubah jalan cerita menjadi kisah
Milen yang tiba-tiba muncul hantu di dalamnya.
B
Nah,
menurut Eca memang improvisasi dibutuhkan saat ada celetukan seperti
itu, tapi tidak sampai mengatakan bahwa yang dikatakan si anak bukan
jalan ceritanya. Sebab, jika begitu anak merasa ditolak idenya dan
kecewa lantas ia ogah didongengi kembali. Dengan kata lain, anak merasa
dihargai saat celetukannya ditanggapi. Ia menambahkan, membawakan satu
cerita dongeng selama 7-10 menit sudah cukup. Jika menggunakan lagu,
satu cerita bisa dibawakan dalam waktu kurang lebih 15 menit.
Dalam
kesempatan sama, salah satu guru bernama Ani Suharni mengatakan umumnya
anak-anak suka dongeng yang lucu. Nah, ekspresi seperti menangis justru
bisa mereka anggap lucu. Hal itu pula yang memancing anak-anak tertawa.
"Mereka
umumnya senang dengan tokoh yang sering dijumpai sehari-hari termasuk
karton. Kadang, supaya lebih menarik, butuh juga alat peraga kayak
boneka jari," kata Ani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar