Dikutip dari Mayo Clinic, brugada syndrome merupakan gangguan irama jantung yang bisa mengancam jiwa dan kadang-kadang diwariskan. Seseorang dengan brugada sindrom punya peningkatan risiko ketidaknormalan irama jantung dari bilik jantung (ventricularis arrhytmias).
Akibat dari ketidaknormalan ini, jantung tidak bisa efektif memompa darah ke seluruh tubuh. Dampaknya bisa menyebabkan pingsan jika gangguan berlangsung hanya sesaat, dan kematian akibat serangan jantung mendadak jika berlangsung lama.
Beberapa orang yang mengidap brugada syndrom tidak mengalami gejala, sehingga tidak menyadarinya. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada laki-laki ini bisa dideteksi dengan elektrokardiogram (ECG) dengan pola tertentu.
Brugada syndrome biasanya terdeteksi pada orang dewasa, dan kadang-kadang pada remaja. Sindrom ini jarang sekali didagnosis pada anak-anak.
Kabar bahwa dr Stefanus mengidap brugada syndrome beredar dari sebuah percakapan di sebuah grup instant messenger. Percakapan tersebut beredar luas alias viral di media sosial, namun belum ada pihak yang mengkonfirmasi kebenarannya.
Dugaan dr Stefanus mengidap brugada syndrome bermula dari percakapan di instant messenger yang menjadi viral (Foto: viral)
|
"Saya menyampaikan sebatas surat yang disampaikan RSPI (RS Pondok Indah). Coba ditelusuri ke ayah kandungnya, karena ayahnya juga dokter," kata Kuntjoro Adi Purjanto, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Dr Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, MKes, juga mengaku belum mendapat informasi tentang riwayat penyakit salah satu anggotanya tersebut. Soal dugaan mengidap brugada syndrome, ia tidak mendapat laporannya.
"Saya belum dengar soal itu," kata dr Andi.
0 komentar:
Posting Komentar