Mark Hoffman mengaku sudah menghabiskan ribuan bola kapas untuk
membersihkan cairan yang keluar dari dalam telinganya. Ia pun telah
mendatangi puluhan dokter untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tetapi
Hoffman tak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Insiden
bermula di tahun 2006, saat Hoffman bangun dari tidur dan telinga
kanannya mengeluarkan cairan sampai membasahi bantalnya. Awalnya ini
hanya terjadi sesekali, tetapi setelah sekian lama cairan yang keluar
dari telinganya makin banyak dan seolah tak bisa dihentikan.
"Ini misteri bagi saya selama 10 tahun dan tak ada yang tahu ini apa," katanya kepada Today.com.
Jawabannya
baru didapatkan pria berusia 53 tahun itu tahun lalu. Secara
mengejutkan dokter yang memeriksanya mengatakan itu bukan cairan
telinganya melainkan cairan otaknya yang merembes keluar karena
kebocoran di tengkorak Hoffman.
Dr Rick Nelson, ahli kelainan
saraf dari IU Health dan Indiana University School of Medicine
menerangkan, kondisi semacam ini diduga disebabkan oleh obesitas atau
kegemukan.
Baca juga: Hidung Berair Dikira Alergi, Otak Pria Ini Ternyata Bocor
Bagaimana
ini bisa terjadi? Cerebrospinal fluid atau cairan otak sebenarnya
terbungkus dalam sebuah kantung yang sangat kuat di sekeliling otak dan
sepanjang sumsum tulang belakang.
Tetapi kebocoran bisa terjadi
jika ada lubang di kantung itu atau di tengkorak akibat operasi mayor
atau trauma yang kuat seperti kecelakaan. Hanya saja untuk kasus seperti
Hoffman, mereka mengalami kebocoran cairan otak yang spontan karena
tengkoraknya menipis.
Ini sebenarnya jarang terjadi. Dr Nelson
mengungkap di awal tahun 2000-an, ia hanya melakukan dua kali operasi
untuk memperbaiki kebocoran seperti itu. Tetapi belakangan ia bisa
melakoni prosedur serupa sebanyak 2-5 kali dalam sebulan.
"Ini mulai banyak ditemukan di AS. Jumlah prosedurnya sendiri naik dua kali lipat dalam kurun 10 tahun terakhir," ungkapnya.
Banyak
pakar yang belum mengetahui apa sebabnya. Namun di samping kelebihan
berat badan, sleep apnea diyakini juga memainkan peranan penting. "Sebab
ketika seseorang tiba-tiba berhenti bernapas di tengah malam, tekanan
di kepala akan naik dan disitulah ia mulai mengikis tengkorak yang
bersangkutan," terang Dr Nelson.
Dr Nelson menambahkan gejalanya
bisa berupa keluarnya cairan dari satu lubang telinga atau keduanya.
Namun sejatinya kondisi ini tidak membahayakan, kecuali jika sampai
terjadi infeksi. Untuk itu kebocoran harus segera diatasi dengan
operasi.
Hoffman sendiri akhirnya menjalani operasi selama tiga
jam pada bulan Desember lalu dan sejak saat itu, tak ada cairan yang
keluar dari telinganya. "Rasanya lega sekali," ujar pria asal Akron,
Indiana tersebut.Mark Hoffman mengaku sudah menghabiskan ribuan bola kapas untuk
membersihkan cairan yang keluar dari dalam telinganya. Ia pun telah
mendatangi puluhan dokter untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tetapi
Hoffman tak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Insiden
bermula di tahun 2006, saat Hoffman bangun dari tidur dan telinga
kanannya mengeluarkan cairan sampai membasahi bantalnya. Awalnya ini
hanya terjadi sesekali, tetapi setelah sekian lama cairan yang keluar
dari telinganya makin banyak dan seolah tak bisa dihentikan.
"Ini misteri bagi saya selama 10 tahun dan tak ada yang tahu ini apa," katanya kepada Today.com.
Jawabannya
baru didapatkan pria berusia 53 tahun itu tahun lalu. Secara
mengejutkan dokter yang memeriksanya mengatakan itu bukan cairan
telinganya melainkan cairan otaknya yang merembes keluar karena
kebocoran di tengkorak Hoffman.
Dr Rick Nelson, ahli kelainan
saraf dari IU Health dan Indiana University School of Medicine
menerangkan, kondisi semacam ini diduga disebabkan oleh obesitas atau
kegemukan.
Bagaimana
ini bisa terjadi? Cerebrospinal fluid atau cairan otak sebenarnya
terbungkus dalam sebuah kantung yang sangat kuat di sekeliling otak dan
sepanjang sumsum tulang belakang.
Tetapi kebocoran bisa terjadi
jika ada lubang di kantung itu atau di tengkorak akibat operasi mayor
atau trauma yang kuat seperti kecelakaan. Hanya saja untuk kasus seperti
Hoffman, mereka mengalami kebocoran cairan otak yang spontan karena
tengkoraknya menipis.
Ini sebenarnya jarang terjadi. Dr Nelson
mengungkap di awal tahun 2000-an, ia hanya melakukan dua kali operasi
untuk memperbaiki kebocoran seperti itu. Tetapi belakangan ia bisa
melakoni prosedur serupa sebanyak 2-5 kali dalam sebulan.
"Ini mulai banyak ditemukan di AS. Jumlah prosedurnya sendiri naik dua kali lipat dalam kurun 10 tahun terakhir," ungkapnya.
Banyak
pakar yang belum mengetahui apa sebabnya. Namun di samping kelebihan
berat badan, sleep apnea diyakini juga memainkan peranan penting. "Sebab
ketika seseorang tiba-tiba berhenti bernapas di tengah malam, tekanan
di kepala akan naik dan disitulah ia mulai mengikis tengkorak yang
bersangkutan," terang Dr Nelson.
Dr Nelson menambahkan gejalanya
bisa berupa keluarnya cairan dari satu lubang telinga atau keduanya.
Namun sejatinya kondisi ini tidak membahayakan, kecuali jika sampai
terjadi infeksi. Untuk itu kebocoran harus segera diatasi dengan
operasi.
Hoffman sendiri akhirnya menjalani operasi selama tiga
jam pada bulan Desember lalu dan sejak saat itu, tak ada cairan yang
keluar dari telinganya. "Rasanya lega sekali," ujar pria asal Akron,
Indiana tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar