Karena ada mutasi genetik atau kebetulan, beberapa orang di dunia bisa
memiliki sel darah yang spesial. Demi kepentingan penelitian sampel
darah tersebut pun banyak dicari sehingga membuat harganya jadi mahal.
Salah
satu contoh kasus ini terjadi pada pria bernama Ted Slavin di tahun
1950-an yang lahir dengan kondisi bawaan hemofilia. Darahnya tidak bisa
membeku sehingga ia seumur hidup harus mengandalkan faktor pembeku darah
dari donor yang ketika itu tak dicek keamanannya.
Nah tanpa
sadar Ted ternyata terpapar oleh virus hepatitis B dari para donor.
Seiring berjalannya waktu karena paparan yang terus berulang tubuh Ted
secara unik membentuk kekebalan.
Dokter
menemukan bahwa antibodi dalam darah Ted kaya akan protein khusus yang
efektif dalam melawan virus hepatitis B. Pada saat itu hepatitis B belum
ada obat atau vaksinnya sehingga potensi darah Ted sangat besar.
Memanfaatkan
fakta tersebut Ted pun mulai menjual sampel darahnya sekitar Rp 130
ribu untuk tiap mililiter. Perusahaan obat membeli darah secara borongan
sementara untuk instansi tertentu Ted memberikannya secara gratis
hingga ditemukan vaksin hepatitis B.
"Kami akan mengingat Ted
Slavin sebagai orang dermawan yang mencintai hidup dan berkontribusi
besar dalam usaha penelitian," ungkap dr Baruch Blumberg dari Fox Chase
Cancer Center seperti dikutip dari Live Science, Jumat (5/5/2017).
Peneliti
Anna O'Connell dari Fox Chase memiliki pengalaman serupa dengan Ted. Ia
didiagnosis dengan kanker tiroid di umur 28 tahun dan setelah menjalani
pemeriksaan ternyata darahnya memiliki antibodi yang bahkan jauh lebih
kuat dari Ted.
Hanya saja pada kasus Anna ia memberikan sampel darahnya secara cuma-cuma untuk diteliti oleh para peneliti lain.
Namun
tidak semua pemilik darah spesial ini punya pengalaman cerita yang
indah. Seorang pria bernama John Moore misalnya pada tahun 1970-an
mengunjungi pusat kanker di UCLA untuk mengobati leukimia dan tidak tahu
bahwa ternyata sampel darahnya diam-diam diambil.
Sel di dalam
cairan tubuh John diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
lini sel riset yang kini nilainya mencapai sekitar Rp 400 triliun.
Setelah tahu hal ini John menggugat namun kalah di pengadilan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar