Berdasarkan Globocan tahun 2012, kanker paru merupakan kanker yang
paling umum terjadi dan paling banyak menyebabkan kematian pada
laki-laki maupun perempuan di Indonesia.
Seperti yang dipapar
oleh dokter spesialis kanker paru dan ahli imunoterapi, dr. Sita Laksmi
PhD, SpP(K) bahwa dari tahun ke tahun tingkat pasien kanker paru
semakin meningkat, lain halnya dengan kanker-kanker yang lain justru
menurun karena sebagian bisa dideteksi.
Dengan adanya pengobatan
imunoterapi dapat memberikan pencerahan pada pasien kanker paru stadium
lanjut (stadium IV). Imunoterapi adalah bentuk pengobatan yang mencegah
interaksi antara sel T milik sistem imun dan tumor. Saat tumor dan sel T
berinteraksi, sebuah protein di tumor yang disebut Programmed
Death-Ligand 1 (PDL-1) akan melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun ini
tidak dapat mengenali dan membunuh sel-sel kanker.
Melalui
imunoterapi, interaksi ini bisa diblok sehingga sel T bisa mendeteksi
dan membasmi sel-sel kanker. Oleh karena itu, pentingnya melakukan
pemeriksaan PDL-1 jika pengobatan sebelumnya seperti kemoterapi,
radioterapi, atau pengobatan yang lainnya tidak berhasil.
"Kalau saat pemeriksaan PDL-1 hasilnya responsif maka bisa dilakukan imunoterapi," jelas dr Sita.
Apabila
saat pemeriksaan PDL-1 hasilnya tidak responsif, maka tidak dapat
dilakukan imunoterapi. Imunoterapi yang diterapkan di Indonesia adalah
sebagai terapi lini kedua.
"Kalau FDA (badan pengawas obat dan
makanan di Amerika) sudah approve pada orang yang memiliki
ekspresif/responsif pada PDL-1 lebih dari 50%. Setelah dicek ekspresif
PDL-1 nya lebih dari 50% imunoterapi boleh dijadikan terapi first line.
Tapi di Indonesia indikasinya masih second line, stadarnya masih
kemoterapi," tuturnya.
saran pasien kanker paru untuk memeriksa pdl -1
Written By iqbal_editing on Sabtu, 17 Juni 2017 | 00.46
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar