Perilaku di media sosial (medsos) tengah menajadi perhatian terkait
maraknya hate speech, yang kemudian berkaitan juga dengan persekusi atau
semacam perburuan dan tindakan main hakim sendiri oleh sekelompok
orang. MUI (Majelis Ulama Indonesia) sampai harus mengeluarkan pedoman
sendiri terkait hal itu.
Khususnya anak-anak, terkadang tidak
berpikir panjang ketika mem-posting sesuatu di medsos. Termasuk untuk
hal-hal yang bersifat sensitif dan memancing kontroversi.
Orang
tua punya peran dalam kondisi seperti itu. Ketika anak menyampaikan
argumen bernada negatif seperti 'aku benci hal ini' atau semacamnya,
maka orang tua sebaiknya membuka ruang diskusi. Beri kesempatan bagi
anak untuk menyampaikan pendapat, sehingga tidak langsung lari ke
medsos.
"Jangan langsung disalahkan, Anda bisa bertanya dari mana
ia mendapatkan berita tersebut, mengapa hal itu dianggap salah atau
benar, dan apa yang dia tahu dari isu tersebut," tambah Anna Surti
Ariani, psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia.
Baca juga: MUI Keluarkan Fatwa Penggunaan Medsos, Apa Saja yang Diharamkan?
Untuk
hal-hal yang berhubungan dengan kekerasan, psikolog yang akrab disapa
Nina ini mengingatkan adanya dampak negatif terhadap tumbuh kembang
anak. Ketika terpapar oleh informasi-informasi negatif, maka otaknya
akan bekerja menyimpan dan suatu saat me-recall memori-memori negatif
tersebut.
"Bayangkan, disaat anak belum memiliki filter yang baik
mereka harus menerima informasi-informasi yang sifatnya radikal. Jika
suatu saat anak dihadapkan oleh masalah, data inilah yang diambil untuk
pemecahan masalah," kata Nina.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar