Risih dengan kotoran sekecil apapun yang menempel di
meja makan atau meja kerja sehingga ingin selalu membersihkannya, jangan
dianggap enteng. Sebab kebiasaan itu bisa jadi ada kaitannya dengan
kepribadian atau preferensi tertentu, seperti gangguan obsesif kompulsif
atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
OCD merupakan gangguan
mental di mana seseorang tak dapat mengontrol pemikiran-pemikirannya
yang bersifat obsesif. Meski sebenarnya hal itu tidak diharapkan dan
yang bersangkutan cenderung mengulang aktivitas tertentu selama beberapa
kali agar si penderita dapat mengontrol pikirannya atau menurunkan
tingkat kecemasannya.
Sayangnya, gejala kondisi ini tak dapat
dikenali dengan mudah. Biasanya seseorang baru bisa didiagnosis dengan
OCD setelah menemui dokter atau psikiater. Kendati begitu, ada beberapa
pola tertentu yang dapat mengindikasikan apakah seseorang mengidap OCD
atau tidak. Simak paparannya seperti dikutip dari Foxnews, Kamis
(13/6/2013) berikut ini.
1. Mencuci tangan berlebihan
Mencuci
tangan dengan air atau penggunaan hand sanitizer secara kompulsif
merupakan gejala paling umum pada pasien OCD. Banyak pasien OCD yang
takut akan kuman (obsesi yang paling sering ditemukan pada pasien OCD),
tapi hal ini juga bisa saja didasari karena pasien takut membuat orang
lain sakit, atau ketika pasien merasa dirinya kotor.
Kapan harus
meminta bantuan? "Jika Anda selalu berpikir tentang kuman, bahkan
setelah mencuci kedua tangan, Anda khawatir tak cukup bersih ketika
menggosok kedua tangan atau Anda memiliki ketakutan yang tak rasional
tentang suatu penyakit (seperti terkena HIV dari kereta belanjaan), bisa
jadi ini tandanya Anda terkena OCD," kata Jeff Szymanski, direktur
eksekutif International OCD Foundation yang berbasis di Boston.
Selain
itu, kebutuhan untuk mencuci tangan hingga lima kali sehari dan
menyabuni setiap ujung dan dasar kuku, misalnya, juga merupakan gejala
peringatan adanya OCD.
2. Terlalu semangat bersih-bersih
Pasien
OCD juga cenderung membersihkan segala sesuatu secara kompulsif. Selain
mencuci tangan, membersihkan rumah seringkali dimanfaatkan pasien OCD
untuk meredakan fobia kumannya atau perasaan kotor yang dialami pasien.
Kendati bersih-bersih dapat membantu meredakan pemikiran-pemikiran
obsesif, namun hal itu takkan bertahan lama. Bahkan keinginan untuk
bersih-bersih seringkali makin menguat keesokan harinya.
Kapan
harus meminta bantuan? Kalau Anda menghabiskan waktu berjam-jam dalam
sehari untuk bersih-bersih, hal ini hampir selalu ada kaitannya dengan
OCD. Tapi lain halnya jika Anda punya kebiasaan suka bersih-bersih
setiap satu jam sehari, karena itu belum tentu gejala OCD.
"Ada
konsekuensi yang begitu terasa ketika Anda berhenti melakukannya. Karena
jika Anda tak bersih-bersih maka Anda akan merasa sangat gelisah dan
ketakutan," ungkap Dr. Michael Jenike, seorang psikiater dari
Massachusetts General Hospital, Boston.
3. Suka memeriksa sesuatu secara berulang-ulang
Pasien
biasanya sampai mengecek tiga, empat atau bahkan 20 kali untuk
memastikan jika mereka telah mematikan oven atau mengunci pintu rumah.
30 Persen pasien OCD memiliki kecenderungan semacam ini. Namun sama
halnya dengan perilaku kompulsif lainnya, kebiasaan mengecek sesuatu ini
bisa jadi disetir oleh berbagai obsesi yang dipendam pasien, mulai dari
takut disakiti atau merasa sangat tidak bertanggung jawab.
Kapan
harus meminta bantuan? Normal-normal saja jika Anda satu-dua kali
mengecek atau memastikan sesuatu telah dilakukan dengan benar atau
tidak. Tapi jika kebiasaan memeriksa ini mengganggu kehidupan
sehari-hari (seperti membuat Anda sering terlambat bekerja) atau menjadi
ritual tersendiri yang tak bisa Anda abaikan begitu saja, bisa jadi ini
adalah gejala OCD.
4. Berhitung
Sejumlah pasien OCD
kerapkali melakukan aktivitas berdasarkan pola numerik tertentu atau
menghitung apapun yang mereka lakukan atau temui dalam kehidupan
sehari-hari (seperti ketika menaiki tangga atau bersih-bersih). Perilaku
ini bisa jadi dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap hal-hal magis, tapi
bisa juga karena OCD.
Kapan harus meminta bantuan? Berhitung
memang kadang bisa jadi pengalih perhatian atau distraksi yang baik saat
Anda berjalan menuju kendaraan yang sedang Anda parkir atau menaiki
tangga menuju kantor.
"Jika ini tidak mengganggu Anda atau orang
lain, maka itu tak jadi soal. Orang-orang biasanya baru datang ke saya
jika mereka tak bisa berhenti memikirkan angka-angka," kata Jenike.
5. Tukang atur yang perfeksionis
Pasien
OCD cenderung suka mengatur sesuatu tapi dalam level perfeksionis.
Biasanya hal ini didasari oleh obsesi si pasien terhadap urutan dan
simetri.
Kapan harus meminta bantuan? "Apa yang mereka atur harus
terlihat tepat, simetris dan dengan urutan yang benar," tandas
Szymanski, yang juga menulis buku The Perfectionist's Handbook.
Banyak
orang yang ingin meja kerjanya rapi karena terkadang itu membantu
meningkatkan produktivitas atau kinerjanya tapi pasien OCD tak hanya
ingin merapikan mejanya tapi juga merasa itu merupakan suatu kewajiban,
terutama untuk meredakan kegelisahan mereka.
6. Takut mengalami tindak kekerasan
Hampir
setiap orang pasti pernah terpikir akan mengalami tindak kekerasan
ataupun kesialan. Namun semakin kita mencoba untuk menghindari pemikiran
semacam ini, biasanya semakin sering pemikiran itu muncul di kepala
kita. Dan menurut sebuah riset, hal ini tampaknya lebih 'menghantui'
pasien OCD.
"Mereka bisa saja berupaya lebih keras untuk menekan
pemikiran seperti itu atau memberikan reaksi yang lebih intens karena
mereka menganggap hal ini tak dapat diterima," terang Szymanski.
Kapan
harus meminta bantuan? "Penting bagi kita untuk menyadari bahwa
sesekali akan muncul pikiran buruk dalam kepala kita," tukas Szymanski.
Tapi
ini bisa jadi gejala OCD jika bayangan akan dirampok membuat Anda
menjauhi taman kota atau kalau Anda mengkhawatirkan keamanan ibu Anda
lalu Anda meneleponnya hingga beberapa kali dalam sehari, misalnya.
7. Muncul pemikiran seksual yang tidak diinginkan
Sama
halnya dengan pemikiran akan mengalami tindak kekerasan, pemikiran
tentang perilaku seksual yang tabu atau tak pantas secara berulang-ulang
seringkali terjadi pada pasien OCD. Pasien mungkin membayangkan mereka
akan menggerayangi rekan kerja, melecehkan seorang anak atau memiliki
orientasi seksual yang berbeda seperti homoseksualitas.
Kapan
harus meminta bantuan? "Kebanyakan orang bisa saja mengatakan, 'Oh, saya
benar-benar tak ingin melakukannya atau pemikiran ini tidaklah
mencerminkan diri saya'. Tapi pasien OCD sampai berpikir, 'Pemikiran ini
sungguh mengerikan, takkan ada orang yang berpikir seperti itu'," papar
Szymanski.
Apalagi jika Anda sampai mengubah perilaku karena
munculnya pemikiran-pemikiran tersebut, termasuk menghindari teman gay
atau rekan kerja yang 'masuk' ke dalam pikiran Anda, ini bisa jadi
gejala OCD.
8. Memutus relasi
Pasien OCD telah lama diketahui
kerap memutus hubungan dengan teman, rekan kerja, pasangan dan anggota
keluarga secara obsesif. Tampaknya pasien merasa memiliki tanggung jawab
yang berlebihan dan sulit menerima ketidakpastian.
Kapan harus
meminta bantuan? "Putus dari pacar bisa saja membuat seseorang menjadi
'terobsesi', tak peduli mereka mengidap OCD atau tidak," ucap Jenike.
Tapi
ini bisa jadi gejala OCD jika pemikiran-pemikiran seperti itu tertahan
di dalam kepala hingga membuat orang yang bersangkutan meragukan dirinya
sendiri atau takut menjadi bad person dalam suatu hubungan.
9. Mencari-cari kepastian
Salah
satu cara pasien OCD untuk mencoba meredakan kegelisahannya adalah
meminta pendapat dari teman-teman dan keluarganya. Bahkan terkadang
mereka sampai rela mempermalukan dirinya sendiri di hadapan publik,
misalnya meminta bantuan teman-teman untuk menekankan suatu hal yang
negatif tentang dirinya. Hal ini terdengar konyol tapi itu adalah
strategi mereka untuk menghindari perilaku kompulsif.
Kapan harus
meminta bantuan? Ini bisa jadi gejala OCD jika Anda menyadari Anda
terlalu sering mengulang pertanyaan yang sama, berkali-kali atau sampai
teman Anda menanyakan mengapa Anda terus mengajukan pertanyaan yang
sama. Bahkan jika kepastian itu Anda peroleh dari orang yang Anda cintai
biasanya hal itu dapat memperparah perilaku obsesif Anda.
10. Membenci penampilan
Body
dysmorphic disorder (BDD) merupakan kondisi yang mempunyai keterkaitan
yang erat dengan OCD dimana seseorang menganggap salah satu bagian
tubuhnya terlihat abnormal atau tidak menarik, biasanya hidung, kulit
atau rambut. Namun BDD berbeda dengan gangguan makan karena pasien BDD
tidak memfokuskan diri pada berat badan atau perubahan pola makan.
Tak
heran, banyak pasien BDD yang juga mengidap OCD, apalagi kekhawatiran
akan kebersihan tubuh mereka semakin melengkapi kebencian pasien
terhadap penampilannya.
Kapan harus meminta bantuan? Tak jadi
masalah jika seseorang membenci beberapa aspek fisik pada tubuhnya, tapi
pasien BDD bisa menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari hanya untuk
memandangi cermin.
"Bahkan Anda cenderung memberikan penilaian
yang berlebihan tentang seberapa pentingnya hal itu bagi Anda maupun
orang lain dan terkadang menghindari berada di tengah-tengah kerumunan,"
pungkas Szymanski.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar