, Gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri di dada
kiri, di ulu hati, bahkan merambat sampai ke punggung kerap diabaikan.
Akibatnya, saat mendapat penanganan terlambat, pasien pun sudah tidak
bisa diselamatkan.
Pada dasarnya, dikatakan Dr dr Iwan Dakota
SpJP(K), MARS, penyakit jantung koroner terjadi karena adanya
penyempitan pembuluh darah yang bertugas 'memberi makan' jantung. Maka
dari itu, timbul gejala seperti nyeri dada kiri, di ulu hati lalu
merambat ke belakang. Nyeri timbul saat beraktivitas di mana makin aktif
maka makin terasa nyeri.
"Lamanya maksimal 5 menit. Tapi kalau
serangan berat lebih dari 30 menit dan sesak napas, keringat dingin.
Dulu disebut angin duduk," kata dr Iwan ditemui di RS Jantung dan
Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Jakarta, seperti ditulis Sabtu
(29/11/2014).
"Jika memang serangan jantung berat lebih dari 30
menit sakitnya, keringat dingin sebesar jagung, mual, muntah, itu bisa
meninggal mendadak jika penyempitan terjadi di pembuluh utama karena
otot jantung tidak bisa bergerak," lanjut dr Iwan.
Untuk itu, dr
Iwan menyarankan lakukanlah skrining guna mencegah timbulnya gejala
jantung koroner yang sudah parah. Sebab, semakin dini terdeteksi adanya
penyumbatan pembuluh darah, akan lebih mudah dilakukan penatalaksanaan.
Terutama, skrining diperlukan lebih awal bagi mereka yang punya riwayat
keluarga dengan sakit jantung.
"Pria 50% berisiko lebih tinggi
kalau ada keturunan sakit jantung. Selain skrining, kalau ada
gejala-gejala yang mencurigakan, segera datang ke puskesmas. Di
Jabodetabek sudah ada kan yang namanya Jakarta Cardivascular Networking
System," kata dr Iwan.
Dalam sistem ini, RSJPD Harapan Kita
bekerja sama dengan 48 puskesmas di Jabodetabek dan 5 RSUD. Sejak
beberapa tahun lalu RSJPD Harapan Kita menyediakan layanan 24 jam dalam 7
hari bagi puskesmas atau RSUD yang berkonsultasi saat ada pasien yang
diduga mengalami serangan jantung.
"5 menit kita pelajari
datanya. Kalau memang indikasi jantung kita sarankan rujuk ke RSUD atau
justru harus dibawa ke sini. Atau kalau bukan jantung cukup diberi obat
saja," kata dr Iwan.
RSJPD Harapan Kita juga berfungsi sebagai
pusat pelatihan, pendidikan, dan penelitian terkait bidang
kardiovaskular. Kini, tengah diadakan penelitian yang diharapkan bisa
membuat Indonesia mampu membuat stent jantung sendiri.
"Dengan
begitu biaya akan lebih murah. Sekarang saja untuk pasang stent paling
murah 8 juta, kalau butuh satu orang beberapa stent kan sudah berapa
biayanya," ucap dr Iwan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar