Gejala dan Tanda (Signs and symptoms)
Penyakit GBS ditandai dengan gangguan kelemahan yang bersifat simetris.
Pada awalnya menyerang kedua tungkai dan kemudian berangsur-angsur naik
ke lengan. Pasen biasanya mengeluh kedua tungkai terasa berat dan
merasakan seperti ada beban dan perasaan gringgingen serta tebal. Ada
juga rasa disestesia (numbness atau tingling). Penyakit berlanjut keatas
dalam waktu beberapa jam atau hari dan kemudian otot wajah dan lengan
mulai lemah. Sering kali saraf otak bagian bawah terkena. Disebut juga
kelumpuhan tipe bulbar dan menimbulkan oropharyngeal dysphagia, dengan
kesulitan menelan mengisap air liur dan sulit bernafas. Sebagian besar
pasen perlu perawatan rumah sakit (MRS) dan sekitar 30% perlu bantuan
ventilator [11]. Kelemahan otot wajah dapat terjadi tapi otot mata
jarang terkena. Bila otot wajah dan otot mata terkena maka kemungkinan
besar kasus tersebut adalah Sindroma Miller-Fisher (varian
Miller-Fisher). Hilangnya sensorik biasanya berupa sensasi
proprioception (rassa posisi) dan areflexia (hilangnya refleks tendo)
tanda khas GBS. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu biasanya ringan. Dan
semsasi nyeri bahkan bertambah pada otot yang terkena. Rasanya seperti
nyeri orang yang kelelahan. Nyeri ini biasanya hilang sendiri dan dapat
diobati dengan analgesic biasa. Gangguan kandung kencing dapat terjadi
pula pada kasus yang parah. Tetapi bersifat sementara. Bila gangguan
kandung kencing berlebihan perlu dipertimbangkan kelainan medulla
spinalis.
Demam jarang ada dan bila ada harus dipikirkan kemungkinan suatu sebab yang lain.
Pada keadaan yang berat hilangnya fungsi otonom dapat terjadi berupa
tekanan darah yang naik dan turun berfluktuasi, hipotensi orthostatik
dan aritmia jantung.
Penyebab paralisi akut Guillain-Barré Syndrome dapat dihubungkan dengan
faktor blokade sodium channel di cairan spinal (cerebrospinal fluid
(CSF)). Gangguan pemberian SIADH dapat terjadi akibat pemberian air dan
garam secara intravena yang tidak tepat. Gejalanya serupa dengan
progressive inflammatory neuropathy.[12]
Penyebab
Semua bentuk Guillain-Barré syndrome merupakan akibat respons immune
terhadap antigen asing (seperti infeksi) yang menjadi salah sasaran.
Target sebenarnya dari antigen tersebut diduga adalah gangliosides,
suatu bahan alami yang terdapat dalam junlah besar dalam saraf manusia.
Sedangkan infeksi penyebab paling sering adalah bakteri Campylobacter
jejuni.[13] Namun demikian 60% kasus tidak diketahui kuman penyebabnya,
dimana diduga dapat berupa virus influenza atau semacam reaksi imun
terhadap virus influenza.
Akibat serangan oto imun terhadap saraf tepi adalah kerusakan mielin
selaput pembungkus saraf dan gangguan hantaran saraf.sehingga
menimbulkan kelumpuhan otot dan gangguan otonomik dan sensorik.
Pada kasus yang ringan akson mungkin tidak terlalu terganggu dan
penyembuhan kembali cepat berlangsung dengan remielinasi. Sebaliknya
pada kasus yang parah terjadi kerusakan akson dan penyembuhan
berlangsung lama. Diperkirakan 80% kasus GBS terhadi kehilangan mielinof
sedangkan pada yang dua puluh persen kehilangan akson.
Guillain–Barré Syndrome tidak seperti multiple sclerosis (MS) dan
penyakit ALS (Lou Gehrig’s disease (ALS), yang menyebabkan kerusakan
otak dan medulla spinalis.
Vaksin Influenza
GBS dapat terjadi meskipun jarang sebagai akibat efek samping pemberian
vaksin influenza, hasil penelitian Vaccine Adverse Event Reporting
System (VAERS) dengan frekuensi 1 per sejuta vaksin. [15] Ada laporan
sehubungan dengan vaksinasi swine flu (flu babi) maka 500 orang terkena
GBS pada saat tahun 1976. Dua puluh lima orang diantaranya meninggal
akibat komplikasi gangguan paru yang parah dan menyebabkan vaksinasinya
dihentikan.[16] Namun, peran vaksin pada kasus tersebut tetap tidak
jelas, karena GBS mempunyai insidens yang rendah di masyarakat. Ada
dugaan kejadian tersebut berhubungan dengan kontaminasi bakteri pada
vaksin tersebut.
Pada pemberian vaksin yang terakhir 6 Oktober hingga 24 November, 2009,
the U.S. CDC, VAERS reporting system, menerima laporan 4 kasus dari 46.2
million dosis vaksin yang diberikan.
Diagnosis
Diagnosis GBS ditegakkan dengan adanya kelumpuhan yang akut, areflexia,
tidak ada demam saat kelumpuhan, dan hasil pemeriksaan cairan spinal.
Cairan spinal diperoleh dari pungsi lumbal dan pemeriksaan
elektromiografi (EMG) berupa tes hantaran saraf pada otot yang lumpuh.
• Cairan spinal (cerebrospinal fluid)
Disosiasi albumino sitologis sering dijumpai berupa albumin tinggi
tetapi jumlah sel tetap. Protein naik hingga 100–1000 mg/dL, tanpa
disertai kenaikan jumlah sel (pleositosis). Bila dijumpai sel meningkat
maka diagnosis GBS perlu dipertimbangkan.
• Elektrodiagnosis
Pemeriksaan Electromyography (EMG) dan nerve conduction study (NCS)
dapat menunjukkan latensi yang memanjang dan perlambatan hantaran atau
blok hantaran dan potensial aksi kompleks pada kasus demielinating. Pada
kerusakan akson dapat amplitude menurun tanpa perlambatan hantaran.
Kriteria Diagnosis
Utama
• Kelumpuhan yang progresif, simetris kedua tungkai atau disertai lengan akibat neuropati.
• Areflexia
• Penyakit berlangsung lebih dari 4 pekan.
• Faktor Eksklusi sebab-sebab lain.
Pendukung
• Kelumpuhan yang relative simetris dan adanya nyeri atau rasa tebak pada tungkai yang terkena
• Gangguan sensori ringan
• Gangguan saraf fasial dan saraf otak lain
• Tidak ada demam
• Perubahan temuan cairan spinal (CSF)
• Elektrodiagnostik ada tanda demielinasi
Diagnosis Banding
• acute myelopathies dengan chronic back pain dan sphincter dysfunction
• botulism dengan hilangnya refleks pupil yang cepat
• diphtheria dengan disfungsi oropharyngeal yang cepat
• Lyme disease polyradiculitis dan kelumpuhan karena gigitan kutu (tick-borne)
• porphyria dengan nyeri abdomen, kejang, psikosis
• vasculitis neuropatia
• poliomyelitis dengan demam dan tanda meningeal
• CMV polyradiculitis pada pasen dengan immunokompromis
• neuropatia pada penyakit kritis
• miastenia gravis
• Keracunan dengan organofosfat, keracunan bahan hemlock, thallium, atau arsen
• Kelumpuhan karena virus West Nile
• astrositoma spinal
• Penyakit Motor Neuron
• Virus West Nile dapat menimbulkan penyakit neurologis yang fatal
seperti ensefalitis, meningitis, Guillain-Barre syndrome, dan mielitis
anterior
• Ensefalomielitis Mialgik Parah/Sindroma Fatig Kronik.
Managemen
Pada umumnya suportif. Monitor semua fungsi vital. Hati-hati dengan
gagal nafas yang disebabkan kelumpuhan otot nafas. Pasang intubasi pada
pasen dengan kapasitas vital menurun (vital capacity (VC) <20 ml/kg),
Negative Inspiratory Force (NIF) 40 tahun,
2. riwayat diare sebelumnya.
3. adanya kelumpuhan otot nafas.
4. titer anti-GM1 tinggi.
5. kekuatan ekstremitas atas lemah
gejala dan diagnosa GBS
Written By iqbal_editing on Kamis, 25 Agustus 2016 | 02.15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar