"Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk proses metabolisme. Untuk itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sebab bila terjadi gangguan atas fungsinya, serangan jantung mendadak bisa terjadi kapan saja dan siap merenggut nyawa si penderitanya."
Penyakit jantung saat ini telah menjadi
momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Penderita jantung
seakan tak berdaya kala serangan jantung menimpa. Kematian ikon musik
pop Michael Jackson dan Mbah Surip menjadi bukti dari dasyatnya serangan
jantung ini, padahal sehari sebelumnya mereka (Michael Jackson dan Mbah
Surip) tampak “sehat”.
Dokter M. Yamin, Sp.JP(K) menuturkan,
serangan jantung yang dalam terminologi medis disebut sebagai infark
miokard akut memang kerap dituding sebagai penyebab kematian mendadak.
Hal ini bisa dipahami karena umumnya penderita serangan jantung
meninggal sebelum sempat dibawa ke rumah sakit. Serangan jantung terjadi
karena adanya sumbatan gumpalan darah di pembuluh koroner.
Pembuluh koroner adalah pembuluh yang
mengalirkan darah ke otot jantung. Melalui pembuluh inilah, jantung
mendapat oksigen dan nutrisi sehingga otot- otot jantung dapat
berkontraksi terus-menerus sepanjang hari tanpa henti. Pembuluh koroner
normal memiliki dinding dalam yang mulus, dan pada koroner yang tidak
sehat, lapisan dinding dalam pembuluh darah itu mengeras dan menebal
karena adanya kerak-kerak (aterosklerosis). Kerak-kerak itu berintikan
kolesterol dan berbagai sel, termasuk sel-sel radang sehingga terjadi
penyumbatan.
Penyumbatan pada arteri ini mengambil
darah dan oksigen dari otot jantung yang menyebabkan otot jantung
mengalami cedera. Cedera pada jantung ini menimbulkan sakit dada dan
sensasi yang menyakitkan. Jika aliran darah tidak dikembalikan ke otot
jantung dalam 20-40 menit bisa menyebabkan kematian.
Pertolongan Cepat
Serangan jantung merupakan puncak
bencana dari sebuah proses kerusakan yang berlangsung lama. Terdapat
berbagai ragam tanda-tanda peringatan dini dan kadang-kadang begitu
tersamar sehingga banyak orang mengabaikan.
“Serangan jantung mendadak didasari atau
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner ini
sekitar 80 persen bergejala, dalam arti dirasakan oleh para
penderitanya. Sementara 20 persen pasien lainnya tidak bergejala, dan
tiba-tiba terjadi serangan jantung mendadak, seperti nyeri dada saat
aktivitas atau emosi,” ujar dr. Yamin, alumnus Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala.
Menurut dokter Yamin, gejala-gejala
serangan jantung untuk setiap orang bisa berbeda. Sebuah serangan
jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak
nyaman yang samar, atau rasa sesak di bagian tengah dada. Terkadang,
sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan
sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau
bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Disisi lain, serangan jantung
bisa menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami seperti
rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan
atau perut.
Serangan jantung, lanjutnya, dapat
mengenai mereka yang sebelumnya dikenal sebagai penderita penyakit
jantung koroner. Penderita kencing manis, hipertensi, hiperkolesterol,
dan adanya riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner berisiko
lebih tinggi mengalami serangan jantung dibandingkan mereka yang tak
punya faktor- faktor risiko tersebut. Pada mereka dengan faktor risiko
yang lebih banyak, risiko serangan jantung semakin meningkat.
“Dalam penanganan pasien yang mengalami
serangan jantung mendadak diperlukan kecepatan. Pasien harus tahu bahwa
mereka terkena serangan jantung. Kalau raguragu, mereka tetap segera
datang ke rumah sakit. Makin cepat, makin baik untuk mendapatkan
diagnosa pasien” dr. Yamin menekankan.
Penanganan pasien yang terkena serangan
jantung mendadak, lanjut dr. Yamin, dilakukan dengan dua cara. Pertama,
pasien langsung diberi obat trombolitik atau obat pengencer
pembekuan-pembekuan darah di pembuluh koroner. Setelah itu dilakukan
pembalonan. Yang kedua adalah Percutaneous Transluminal Coronary
Angioplasty (PTCA) primer. Pada penderita jantung, apabila terjadi
serangan jantung, yang disertai keadaan shock, sesak nafas, gagal
jantung, rasa nyeri berkepanjangan yang tidak dapat diredakan dengan
obat, maka PTCA primer merupakan pilihan utama.
“Untuk pemberian obat trombolitik,
seluruh tenaga medis telah mampu melakukannya. Sementara untuk tindakan
PTC primer, tidak semua rumah sakit melakukannya. Dan seluruh tenaga
medis di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PJT
RSCM) sudah mampu melakukan PTCA primer ini,” ungkap pria yang sedang
mengambil gelar doktor ini.
Pria yang telah sebelas tahun bergelut
di dunia medis ini menceritakan bahwa keunggulan penanganan pasien yang
mengalami serangan jantung mendadak di PJT RSCM ini adalah keterpaduan
pelayanan. Para pasien umumnya menderita penyakit penyerta, seperti
penyakit jantung dengan gagal ginjal, diabetes, atau hipertensi.
Sehingga pelayanan terpadu ini memudahkan dokter untuk bekerja sama
dengan dokter di departemen atau divisi lainnya.
Mengakarkan Hidup Tertib dan Teratur
Dokter Yamin menjelaskan, pencegahan penyakit jantung adalah melalui
penegakkan primer, di mana masyarakat diberi pemahaman tentang bahaya
serangan jantung dan pencegahan sejak dini. Upaya itu bisa mengurangi
terjadinya serangan jantung mendadak. Seluruh pasien jantung khususnya
dan masyarakat umum perlu ditanamkan hidup tertib dan teratur secara
mengakar.
Kendalikan semua faktor risiko yang
memperburuk kondisi jantung yang terlanjur sakit dengan teratur minum
obat, diet ketat sesuai penyakit, dan ubah gaya hidup yang selama ini
tidak menyehatkan. Semua kegiatan harian hendaknya terjadwal dan
dipatuhi tepat waktu. Waktu makan, jeda, tidur, dan bergiat
terorganisasi dengan baik. Jauhi diri dari faktor-faktor penyebab stres
dan hidup dibuat lebih rileks.
Tentu saja tak cukup hanya itu. Perlu
pula bergerak badan. Paling ideal tentu berjalan kaki tergopoh-gopoh
(brisk walking) sambil memperhatikan adakah keluhan muncul selama
bergiat. Keluhan nyeri dada, sesak napas, dan rasa tidak enak lainnya
harus menjadi petunjuk untuk segera menghentikan kegiatan apa pun.
Termasuk jika muncul saat sedang duduk. Bisa jadi itu bentuk serangan
jantung juga.
Keluhan dada selama beraktivitas, bahkan
ketika hanya aktivitas ringan sekalipun bagi yang beresiko terserang
jantung koroner, harus diterjemahkan sebagai bentuk gejala dari serangan
jantung koroner, sehingga tidak boleh diabaikan. Pengabaian terhadap
bentuk keluhan jantung sekecil apa pun, buruk dampaknya bagi penyakit
jantung, kalau bukan langsung mengorbankan nyawa sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar