Berdasarkan pengamatan bahwa dalam kurun waktu 27 tahun, cakupan
layanan jantung yang terdapat di rumah sakit di Indonesia hanya memenuhi
kurang dari 10 persen jumlah pasien jantung yang ada dan hanya sekitar
dua puluh ribuan pasien kelainan jantung di Indonesia yang dapat
tertampung di rumah sakit setiap tahunnya.
Sementara sisanya kemungkinan meninggal dunia sebelum sempat
memperoleh pelayanan, tidak mampu secara ekonomi atau berobat ke rumah
sakit luar negeri bagi kalangan kelas menengah ke atas dimana menurut
data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2012 tercatat bahwa biaya yang
dikeluarkan sekitar Rp 20 triliun. Penyakit jantung dan kanker, menjadi
alasan utama masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri.
Sementara itu, menurut data HIMAPID tahun 2008, saat ini jumlah
penderita hipertensi di Indonesia mencapai lebih dari 75 juta orang
dimana setiap 4 orang dewasa memiliki 1 orang yang berisiko dengan
penyakit jantung yang disebabkan hipertensi, dengan tingkat angka
kematian 26,4 persen. Adapun penyakit Jantung Koroner sendiri menyandang
predikat sebagai penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia.
Menurut informasi dari http://www.inaheart.org, diketahui bahwa dari
sekitar 237 juta penduduk Indonesia, termasuk bayi yang lahir mencapai
sekitar 6,6 juta jiwa dan sebanyak 48,800 diantaranya adalah penyandang
penyakit Jantung Bawaan.
Informasi diatas semakin diperkuat dengan adanya data dari SKRTN
tahun 2010 tentang angka kematian akibat penyakit Jantung koroner yaitu
sebesar 26 persen serta perhitungan World Health Organization (WHO) yang
memperkirakan pada tahun 2020 mendatang, penyakit Jantung dan
Kardioavskuler akan menyumbang sekitar 25 persen dari angka kematian di
negara-negara berkembang setiap tahunnya.
Berdasarkan prediksi yang cukup memprihatinkan serta tingginya
masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri, pemerintah pun saat
ini tak tinggal diam dan tengah gencar menggaungkan program Medical Tourism
yang merangsang Rumah Sakit di Indonesia untuk berbenah dan
meningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan setara dengan Rumah Sakit
yang ada di luar negeri. Selain itu pemerintah pun berupaya untuk terus
menambah kapasitas tempat tidur yang ada di Rumah Sakit, menurut data
Departemen Kesehatan tahun 2008 pemerintah telah menyediakan sekitar 143
ribu tempat tidur di Rumah Sakit guna memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi penduduk Indonesia yang saat itu telah mencapai sekitar
226 juta jiwa yang rasanya jumlah itu masih sangat jauh dan kurang
memadai dimana idealnya adalah 1 Bed : 500 penduduk.
Melihat data penderita penyakit Jantung yang begitu besar serta masih
minimnya fasilitas kesehatan yang diperuntukkan khusus bagi penderita
penyakit Jantung inilah yang kemudian mendasari sekelompok dokter Bedah
Jantung, dokter Kardiologi dan dokter Anestesi Jantung bergabung untuk
mendirikan Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) sebagai
pelayanan jantung dan pembuluh darah terlengkap dan terpadu di area City
of Healthcare, Matraman, Jakarta Timur.
Mengemban visi untuk menjadikan Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta
Heart Center) sebagai solusi tepat dalam penangan kasus Jantung dan
pembuluh darah bagi masyarakat Indonesia sekaligus memiliki idealisme
untuk memberikan pelayanan jantung dan pembuluh darah yang profesional,
ramah, lingkungan yang nyaman dan modern serta ditunjang dengan
peralatan medis yang modern dan berbasis teknologi.
Kehadiran Rumah Sakit Jantung Jakarta yang berlokasi di jalan
Matraman Raya, Jakarta Timur ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan melalui kemudahan akses pelayanan jantung bagi
pasien dengan konsep kecepatan, ketepatan, keramahan, kelengkapan
fasilitas dan harga yang terjangkau ini merupakan komitmen yang ingin
ditonjolkan.
Hal tersebut ini seperti diutarakan oleh DR dr Jusuf Rachmat, SpBTKV,
MARS, selaku dokter Spesialis Jantung dan Bedah Thoraks Kardiovaskular,
Rumah Sakit Jantung Jakarta.
Ditambahkan DR. dr. Fathema Djan, SpBTKV selaku Komisaris Utama
sekaligus Dokter Bedah Thoraks Kardiovaskular, Rumah Sakit Jantung
Jakarta, bahwa pasien penyakit jantung adalah penyakit yang sangat
mematikan dan memiliki masa kritis atau dikenal sebagai Golden Time
sekitar 2 jam yaitu waktu yang sangat berharga untuk penanganan
penderita penyakit Jantung dan bila terlewat masa itu maka pasien
biasanya tidak dapat tertolong.
"Berdasarkan kritikal penanganan kasus-kasus pasien penyakit Jantung
ini lah maka kami mendesain Rumah Sakit dengan arsitektur yang dapat
mengakomodir kebutuhan serta membantu mempertahankan Golden Time
pasien dimana penanganan pasien yang terkena serangan Jantung menjadi
efektif, efisien dan tepat guna yaitu melalui konsep ’90 Minutes Door to
Baloon’ yaitu pelayanan kegawatdaruratan yang dimiliki Rumah Sakit
Jantung Jakarta dimana berbagai fasilitas kedokteran yang dibutuhkan
seperti Cathlab, MSCT dan X-Ray terintegrasi pada ruang IGD yang berada
di lantai 1 yang mudah di akses dari jalan raya Matraman," ujarnya
panjang lebar.
Rumah Sakit Jantung Jakarta saat ini memiliki 2 (dua) kamar operasi, 2
(dua) ruangan Cathlab dan 1 (satu) Hybrid Cathlab Bi Plane.
Dari sisi bangunan, Rumah Sakit Jantung Jakarta yang berada dibawah
managemen PT. Satya Dharma Kardia ini memiliki luas bangunan sebesar
10,000 m2 dengan 8 lantai dimana memiliki 74 kamar rawat inap yang
terdiri dari 30 bed ekonomi (15 kamar dewasa dan 16 kamar anak), 10 bed
VIP, 3 bed VVIP, 10 bed Cluster dan 8 bed ICU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar