Pterygium harus dapat dibedakan dengan
pseudopterygium. Pseudopterygium terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada
konjungtiva yang berbeda dengan pterygium,
dimana
pada pseudopterygium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan
kornea dan sklera.
Penyebabnya termasuk cedera kornea,
cedera
kimiawi dan termal. Pseudopterygium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterygium
adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan
menutupi defek sklera
dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal.10, 11
Selain
itu pterygium juga didagnosis banding dengan pinguekula yang merupakan lesi
kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau temporal limbus.
Tampak seperti penumpukan lemak bisa karena iritasi ataupun karena kualitas air
mata yang kurang baik. Pada umumnya tidak diperlukan terapi tetapi pada kasus
tertentu dapat diberikan steroid topikal.10,11
XI.
KOMPLIKASI
Komplikasi
pterygium meliputi sebagai berikut:6,12
Pra-operatif:
1.
Astigmat
Salah satu komplikasi yang disebabkan
oleh pterygium adalah astigmat karena pterygium dapat menyebabkan perubahan
bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterygium serta terdapat
pendataran daripada meridian horizontal pada kornea yang berhubungan dengan
adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri belum jelas. Hal ini diduga
akibat “tear meniscus” antara puncak kornea dan peninggian pterygium. Astigmat
yang ditimbulkan oleh pterygium adalah astigmat “with the rule” dan iireguler
astigmat.
2.
Kemerahan
3.
Iritasi
4.
Bekas luka yang kronis
pada konjungtiva dan kornea
5.
Keterlibatan yang luas
otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan menyebabkan
diplopia.
Intra-operatif:
Nyeri, iritasi, kemerahan, graft oedema, corneoscleral dellen (thinning), dan perdarahan subkonjungtival
dapat terjadi akibat tindakan eksisi dengan conjunctival
autografting, namun komplikasi ini secara umum bersifat sementara dan tidak
mengancam penglihatan. 12
Pasca-operatif:
Komplikasi
pasca eksisi adalah sebagai berikut:
1.
Infeksi, reaksi
bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut kornea, graft konjungtiva longgar, perforasi mata, perdarahan vitreus dan
ablasi retina.
2.
Penggunaan
mitomycin C post operasi dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan
kornea
3.
Pterygium rekuren.
XII.
PROGNOSIS
Penglihatan
dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Kebanyakan pasien dapat
beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi. Pasien dengan pterygium rekuren
dapat dilakukan eksisi ulang dan graft
dengan konjungtiva autograft atau
transplantasi membran amnion
0 komentar:
Posting Komentar