Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada
OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak.
Usia fraktur tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus
dicurigai karena kasus penelantaran anak. Selain itu pada penelantaran
anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan
retina, hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan
trauma limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah
fraktur sudut metafiseal yang jarang ditemukan pada OI. Densitas mineral tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan pada OI rendah.
Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)
Keadaan
ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11 tahun,
yang mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit
lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan
kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski
dapat juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra
yang menyebabkan deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang
tengkorak dan wajah normal. OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun,
namun deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat menetap. Jika
didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan
suatu OI tipe ringan.
Achondroplasia
Merupakan
penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada
gen FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang
berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang
(osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak lahir berupa
perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai terutama
lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan
dahi yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah terjadi.
Osteogenesis Imperfecta
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease
adalah kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan
tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi, ataupun
tuli. Osteogenesis imperfecta mempunyai ciri khas rapuhnya skletal dalam
berbagai derajat. Fraktur dan deformitas tulang terjadi walau dengan trauma ringan.
OSTEOPENIA AKIBAT GLUtKOKORTIKOID
Hilangnya
massa tulang akibat glukortikoid merupakan keadaan lain penyebab
kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari pembentukan tulang. Pada
keadaan ini mekanisme utamanya ialah supresi pembentukan tulang dan
peningkatan resorpsi tulang. Faktor risiko terjadinya osteoporosis
akibat glukokortikoid meliputi faktor sex, umur, ras, habitus tubuh,
dosis glukokortikoid, lama pengobatan, obat tambahan yang diberikan
bersama, tingkat aktifitas fisik, status nutrisi (khususnya asupan
vitamin D dan kalsium) dan seringnya terpapar sinar matahari. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan cara sederhana dan murah. Dokter dapat
mencurigai keadaan ini pada pasien yang mendapat terapi glukokortikoid
harian atau yang selang-seling (alternate); bila pada pemeriksaan radiologik vertebra menunjukkan adanya
osteopenia maka penderita berisiko tinggi mengalami fraktur. Secara
praktis diagnosis osteopenia akibat glukokortikoid dapat dibuat pada
setiap penderita dalam terapi glukortikoid berbulan-bulan,
yang pada gambaran radiologik menunjukkan massa tulangnya lebih rendah
dibandingkan dengan massa tulang individu yang setara dalam umur, jenis
kelamin dan ras.
Pemeriksaan
sederhana lainnya dapat dilakukan untuk membedakan dengan keadaan lain
seperti hiperparatiroidi, hipertiroidi, osteomalasia dan keganasan.
Kadar kalsium dan fosfat serum biasanya normal, fosfatase alkali dapat
meningkat bila baru terjadi fraktur.
Hipertiroidisme
Penyakit tulang pada hipertiroidisme ialah osteoporosis high turnover. Mekanismenya diduga akibat stimulasi langsung resorpsi
tulang akibat kadar hormon tiroid yang tinggi dalam darah. Pasien
mengeluh nyeri tulang sampai fraktur di samping gejala hipertiroidism
Iainnya. Gambaran radiologik menunjukkan ostopenia
difus atau garis-garis abnormal pada tulang kortikal. Gambaran biokimia
berupa peningkatan ringan kadar kalsium serum, serta peningkatan kadar
alkali fosfatase serum.
Osteitis Fibrosa
Osteitis
fibrosa adalah diagnosis histopatologik berdasarkan ditemukannya
peningkatan jumlah osteoklast disertai resorpsi tulang yang diganti
dengan jaringan ikat. Dasar kelainan ini ialah
meningkatnya sekresi hormon paratiroid, baik sebagai proses primer maupun sekunder terhadap stimulus hipokalsemi berkepanjangan,
misalnya pada malabsorpsi kalsium. Hiperparatiroidism primer gejala
kliniknya ialah osteopenia generalisata disertai dengan fraktur kompresi
vertebra atau tulang panjang; gejala lain ialah kelemahan, mudah lelah,
berat badan menurun, nyeri otot dan kelemahan otot proksimal,
artralgia, kaku pagi, pseudogout, nyeri epigastrik dan kolik ginjal.
Kadang-kadang ditemukan hipertensi. Pemeriksaan radiologik menunjukkan
resorpsi tulang subperiosteal terutama di falang. Sering penyakit ini
secara tidak sengaja terdiagnosis pada individu hiperkalsemia
asimptomatik. Diagnosis pasti ditegakkan dengan meningkatnya kadar PTH dan kalsium serum. Kadar alkali fosfatase meningkat. Ekskresi kalsium dalam urin sedikit meningkat karena kalsium yang difiltrasi ginjal meningkat.
Kekurangan kalsium pada anak.
Rendahnya
asupan kalsium anak, umum nya disebabkan oleh pola makan yang tidak
sehat. Pola makan yang serba instan, ikut men jadi faktor tingginya
risiko tulang tumbuh menjadi tidak normal. Karena makanan-makanan
tersebut cenderung tidak mencukupi kebutuhan kalsium dalam tubuh. Bila
hal ini terus terjadi, pertumbuhan tulang anak men jadi lambat dan
cenderung terhambat, atau bahkan anak dapat terkena osteomalasia.
Anak yang sudah terkena osteomalasia berakibat rapuh serta lunaknya tulang, sehingga mudah patah walau terbentur benda ringan. Untuk mencegah osteomalasia pada anak, pilihannya memang cuma memenuhi kebutuhan kalsium secara benar, agar anak mempunyai kalsium yang cukup bagi pertumbuhan tulangnya.
Anak yang sudah terkena osteomalasia berakibat rapuh serta lunaknya tulang, sehingga mudah patah walau terbentur benda ringan. Untuk mencegah osteomalasia pada anak, pilihannya memang cuma memenuhi kebutuhan kalsium secara benar, agar anak mempunyai kalsium yang cukup bagi pertumbuhan tulangnya.
Beberapa
tanda dan gejala yang perlu diwaspadai oleh seorang dokter akan
kemungkinan adanya penyakit tulang osteopenik ialah patah tulang akibat
trauma ringan. Bila tidak ada
trauma,
gejala yang perlu diperhatikan ialah: tubuh makin pendek, kifosis
dorsal bertambah dan nyeri tulang. Beberapa penderita osteomalasia dan
hiperparatiroidi mengeluh gangguan otot, seperti kaku dan lemah.
Sejumlah penderita dicurigai menderita
osteopenia dan hasil pemeriksaan radiologik untuk alasan lain. Dalam tabel 1
dapat dilihat diagnosis banding osteopenia pada orang dewasa. Gangguan
tersebut meliputi osteoporosis, osteopenia akibat glukokortikoid,
osteomalasia, osteitis fibrosa
dan
penyakit lainnya seperti hiperparatiroidism, keganasan yang melibatkan
tulang dan osteogenesis imperfecta tarda. Diperlukan evaluasi lengkap
untuk menentukan dan men-
can
penyebab dari osteopenia; yang meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologik rutin tulang yang terserang, pengukuran
massa tulang dan beberapa pemeriksaan laboratorik yang meliputi kadar
serum (puasa) kalsium (Ca),
fosfat (PO4)dan
fosfatase alkali.Dianjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan fungsi
(rutin) tiroid, hati dan ginjal. Pengukuran ekskresi kalsium urin 24 jam
berguna untuk menentukan penderita malabsorpsi kalsium (total eskresi
24 jam kurang dari 100 mg) serta untuk penderita yang jumlah ekskresi
kalsium sangat tinggi (lebih dari 250 mg/24 jam) yang mungkin berbahaya
bila diberi suplemen kalsium atau vit. D/metabolitnya.
Bila
dari hasil klinis, darah dan urin diduga adanya hiperparatiroid maka
perlu diperiksa kadar hormon paratiroid (PTH). Bila ada dugaan ke arah
malabsorpsi maka perlu diperiksa kadar 25-OH D. Bila diagnosis
osteopenia telah ditegakkan maka sebagai
langkah awal untuk menentukan penyebab, diperiksa kadar serum (puasa) Ca, PO4
normal sedangkan alkali fosfatase sangat meningkat, sedangkan pada low turnover osteoporosis dan akibat glukokortikoid kadar ketiganya normal. Pada osteomalasia akibat
defisiensi
vitamin D, maka kadar Ca turun, P turun dan alkali fosfatase sedikit
meningkat, sedangkan bila akibat deplesi fosfat maka Ca normal, P turun
dan alkali fosfatase sedikit meningkat.
0 komentar:
Posting Komentar