DEFINISI
Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien).
Transfusi diberikan untuk:
- meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
- memperbaiki volume darah tubuh
- memperbaiki kekebalan
- memperbaiki masalah pembekuan.
Tergantung
kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap atau
komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan,
plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah
putih).
Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang
diberikan hanya terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh
resipien.
Memberikan komponen tertentu lebih aman dan tidak boros.
Teknik penyaringan darah sekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga transfusi lebih aman dibandingkan sebelumnya.
Tetapi masih ditemukan adanya resiko untuk resipien, seperti reaksi alergi dan infeksi.
Meskipun
kemungkinan terkena AIDS atau hepatitis melalui transfusi sudah kecil,
tetapi harus tetap waspada akan resiko ini dan sebaiknya transfusi hanya
dilakukan jika tidak ada pilihan lain.
PENGUMPULAN DAN PENGGOLONGAN DARAH.
Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya.
Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan
apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan
darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.
Keadaan
tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk
tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat,
malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus
AIDS.
Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja
dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah
rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk sementara waktu bisa
menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah.
Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.
Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman.
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya membutuhkan waktu 10 menit.
Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter.
Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah
kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya
penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis.
Darah yang didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari.
Pada
keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang
jarang), sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10
tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien
dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan
berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif
atau Rh-negatif.
Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum
memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan
darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut
cross-matching.
DARAH & KOMPONEN DARAH.
Seseorang
yang membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang segera (misalnya
karena perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu
memperbaiki volume cairan dan sirkulasinya.
Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah.
Komponen
darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells
(PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah.
Komponen ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat.
Yang
jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood cells,
yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang.
Beberapa orang yang membutuhkan darah mengalami alergi terhadap darah donor.
Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci.
Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat.
Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah.
Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah.
Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti.
Faktor
pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan
perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand.
Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah.
Plasma
segar yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak
diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat
diberikan faktor pembekuan darah yang pekat.
Plasma segar yang
dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh
pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan
akibat dari kegagalan hati.
Meskipun jarang, sel darah putih
ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang mengancam nyawa penderita
yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel
darah putihnya tidak berfungsi secara normal.
Pada keadaan ini biasanya digunakan antibiotik.
Antibodi
(imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit,
juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang
telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis)
atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.
PROSEDUR DONOR DARAH KHUSUS.
Pada transfusi tradisional, seorang donor menyumbangkan darah lengkap dan seorang resipien menerimanya.
Tetapi konsep ini menjadi luas.
Tergantung
kepada keadaan, resipien bisa hanya menerima sel dari darah, atau hanya
menerima faktor pembekuan atau hanya menerima beberapa komponen darah
lainnya.
Transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan
dilakukannya pengobatan yang khusus, mengurangi resiko terjadinya efek
samping dan bisa secara efisien menggunakan komponen yang berbeda dari 1
unit darah untuk mengobati beberapa penderita.
Pada keadaan tertentu, resipien bisa menerima darah lengkapnya sendiri (transfusi autolog).
Aferesis.
Pada aferesis, seorang donor hanya memberikan komponen darah tertentu yang diperlukan oleh resipien.
Jika
resipien membutuhkan trombosit, darah lengkap diambil dari donor dan
sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara
selektif memisahkan trombosit dan mengembalikan sisa darah ke donor.
Karena
sebagian besar darah kembali ke donor, maka donor dengan aman bisa
memberikan trombositnya sebanyak 8-10 kali dalam 1 kali prosedur ini.
Transfusi autolog.
Transfusi
darah yang paling aman adalah dimana donor juga berlaku sebagai
resipien, karena hal ini menghilangkan resiko terjadi ketidakcocokan dan
penyakit yang ditularkan melalui darah.
Kadang jika seorang pasien mengalami perdarahan atau menjalani pembedahan, darah bisa dikumpulkan dan diberikan kembali.
Yang lebih sering terjadi adalah pasien menyumbangkan darah yang kemudian akan diberikan lagi dalam suatu transfusi.
Misalnya
sebulan sebelum dilakukannya pembedahan, pasien menyumbangkan beberapa
unit darahnya untuk ditransfusikan jika diperlukan selama atau sesudah
pembedahan.
Donor Terarah atau Calon Donor.
Anggota
keluarga atau teman dapat menyumbangkan darahnya secara khusus satu sama
lain, jika golongan darah resipien dan darah donor serta faktor Rhnya
cocok.
Pada beberapa resipien, dengan mengetahui donornya akan
menimbulkan perasaan tenang, meskipun darah dari anggota keluarga atau
teman belum pasti lebih aman dibandingkan dengan darah dari orang yang
tidak dikenal.
Darah dari anggota keluarga diobati dengan
penyinaran untuk mencegah penyakit graft-versus-host, yang meskipun
jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi jika terdapat hubungan darah
diantara donor dan resipien.
TINDAKAN PENCEGAHAN & REAKSI.
Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
Setelah
diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk
resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan
memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk
setiap unit darah.
Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan
terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada awal prosedur, resipien harus
diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap
30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi
harus dihentikan.
Sebagian besar transfusi adalah aman dan
berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa terjadi, sedangkan reaksi
yang berat dan fatal jarang terjadi.
Reaksi yang paling sering
terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi
sekitar 1-2% pada setiap transfusi.
Gejalanya berupa:
- gatal-gatal
- kemerahan
- pembengkakan
- pusing
- demam
- sakit kepala.
Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot.
Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.
Walaupun
dilakukan penggolongan dan cross-matching secara teliti, tetapi
kesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkan
segera dihancurkan setelah ditransfusikan (reaksi hemolitik0.
Biasanya reaksi ini dimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan selama atau segera setelah dilakukannya transfusi.
Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak, kemerahan di wajah dan nyeri punggung yang hebat.
Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal.
Untuk
memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan
pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air
kemih penderita.
Resipien bisa mengalami kelebihan cairan.
Yang
paling peka akan hal ini adalah resipien penderita penyakit jantung,
sehingga transfusi dilakukan lebih lambat dan dipantau secara ketat.
Penyakit
graft-versus-host merupakan komplikasi yang jarang terjadi, yang
terutama mengenai orang-orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan
karena obat atau penyakit.
Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel darah putih donor (graft).
Gejalanya berupa demam, kemerahan, tekanan darah rendah, kerusakan jaringan dan syok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar