Manusia dikategorikan mempunyai pribadi yang tidak sehat dan akan
mengalami berbagai masalah apabila hati dan akalnya kurang berfungsi
sehingga tidak mampu mengontrol dan mengendalikan kekuatan nafsunya yang
selalu mendorong kepada kejahatan. Menurut pandangan Islam, kurang
berfungsinya hati dan akal antara lain disebabkan oleh karena terlalu
banyak makan dan minum, pandangan ini didasarkan pada Hadis Rasulullah
saw (Muhammad, tt., 144) sebagai berikut:
لا تميت القلوب بكثرة الطعام والشراب فإن القلب كالزرع يموت اذا كثر الـماء
Artinya:
Jangan kamu mematikan hatimu (pikiranmu) dengan banyak makanan dan
minuman, karena sesungguhnya hati (pikiran) itu bagaikan tana-man, ia
akan mati jika terlalu banyak air (Bahasa Indoneisa oleh Muhammad).
Senada
dengan Hadis di atas, Luqman Al Hakim, seorang waliullah yang namanya
diabadikan dalam Alquran (Muhammad, tt: 145) pernah menasihati anaknya
dengan mengatakan:
يا بـنـي اذاامتلأت الـمـعدة نامت الفكرة وخرست الحكمة وقعدت الاعضاء عن العبادة
Artinya:
Wahai anakku! Apabila perut besarmu terlalu penuh, maka pikiran menjadi
beku, hikmah akan membisu dan anggota badan akan malas mengerjakan
ibadah (Bahasa Indonesia oleh Muhammad).
Berdasarkan Hadis dan
nasihat Luqman Al Hakim di atas, dapat diambil pemahaman bahwa untuk
mengembalikan fungsi serta kekuatan hati dan akal agar dapat mengontrol
dan mengendalikan dorongan-dorongan nafsu dapat dilakukan dengan cara
mengurangi makan dan minum, sekalipun makanan dan minuman tersebut
halal.
Mengurangi makan dan minum bukan berarti sekedar
mengurangi jumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum, tetapi
dapat dilakukan dengan cara yang mengandung unsur ibadah, yaitu ibadah
puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunat -- misalnya puasa sunat pada
setiap hari Senin dan hari Kamis -- yang dilakukan sesuai dengan
tuntunan agama Islam.
Puasa merupakan salah satu amalan batin
yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Saat melaksanakan puasa,
seseorang harus mampu menahan keinginan-keinginannya, seperti keinginan
untuk makan, minum, marah, keinginan nafsu seksual, dan sebagainya.
Orang yang melaksanakan ibadah puasa berarti melatih dirinya untuk
membimbing atau mengendalikan hawa nafsu dan menahan diri dari
dorongan-dorongan naluri yang bersifat negatif, atau dalam istilah
psikologi disebut self-control.
Abu Hurairah, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh At-Thabrany (dalam Wahjoetomo, 1997: 15).menyatakan
bahwa Rasulullah saw bersabda:
صـومـوا تـصـحـوا
Artinya: Berpuasalah kamu, niscaya kamu sehat.
Pengertian
sehat sebagai hikmah dari ibadah puasa yang dinyatakan oleh Rasulullah
saw bukan sekedar mengandung pengertian sehat secara fisik/jasmani,
tetapi juga mengandung pengertian sehat secara psikis/rohani.
Hasil
penelitian Wahjoetomo (1997) dan Najib (1990) menyimpulkan bahwa ibadah
puasa bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik atau jasmani. Pada
saat seseorang melaksanakan ibadah puasa, maka terjadi pengurangan
jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sehingga kerja beberapa
organ tubuh seperti hati, ginjal, dan lambung terkurangi. Puasa
memberikan kesempatan kepada metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat
beberapa jam sehingga efektivitas fungsionalnya akan selalu normal dan
semakin terjamin. Di samping memberikan kesempatan kepada metabolisme
(pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam, puasa juga memberikan
kesempatan kepada otot jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan
sel-selnya.
Disamping bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
fisik atau jasmani, puasa bermanfaat pula bagi kesehatan psikis. Cott
(Ancok & Suroso, 1995), seorang ahli jiwa bangsa Amerika,
menyebutkan bahwa pernah dilakukan eksperimen untuk menyembuhkan
gangguan kejiwaan dengan cara berpuasa. Eksperimen tersebut dilaku-kan
oleh Dr. Nicolayev, seorang guru besar pada The Moscow Psychiatric
Institute. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar
baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita. Kelompok
pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan, sedangkan kelompok
kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Hasil eksperimen
tersebut menyimpulkan bahwa pasien-pasien yang tidak bisa disembuhkan
dengan terapi medik ternyata bisa disembuhkan dengan cara berpuasa,
selain itu kemungkinan pasien untuk tidak kambuh lagi setelah 6 tahun
kemudian ternyata tinggi dengan terapi melalui puasa. Cott juga
menyebutkan bahwa penyakit susah tidur (insomnia), dan rasa rendah diri
juga dapat disembuhkan dengan cara melakukan puasa.
Dari hasil
penelitian tentang manfaat puasa di atas, terbukti bahwa ibadah puasa
disamping bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan pisik, juga terbukti
bermanfaat bagi kesehatan psikis. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa puasa adalah salah satu ajaran dalam Islam yang dapat digunakan
untuk membantu seseorang mengatasi masalah, terutama masalah psikis
seperti susah tidur (insomnia) dan rasa rendah diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar