Pneumonia rentan terjadi pada balita. Jika tak segera ditangani,
pneumonia bisa menyebabkan kematian. Nah, dalam keseharian, ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko anak terkena pneumonia.
Diungkapkan
dr Nastiti Kaswandani SpA(K), Ketua UKK Respirologi PP IDAI, kualitas
udara yang buruk mempermudah kejadian pneumonia dan kematian akibat
pneumonia. dr Nastiti menekankan kualitas udara yang buruk tidak hanya
karena polusi di luar ruangan.
"Di dalam ruangan juga bisa. Yang
paling jahat itu asap rokok. Diameter saluran napas bayi kan kecil ya.
Nah, kita saja orang dewasa kalau mengisap asap rokok sesak, apalagi
bayi," tutur dr Nastiti dalam Forum Ngobras 'Harapan Baru Eradikasi
Pneumonia di Indonesia' di D'Lab, Menteng, Jakarta pusat, Jumat
(10/3/2017).
Baik
rokok konvensional ataupun elektrik dikatakan dr Nastiti sama-sama
meningkatkan risiko anak terkena pneumonia. dr Nastiti menjelaskan
paparan asap rokok juga polusi udara lainnya pada dasarnya bisa merusak
kerja daya tahan tubuh di sal pernapasan sehingga menyebabkan kuman yang
menyebabkan pneumonia akan lebih mudah masuk.
Faktor risiko lain
yang meningkatkan risiko seorang anak terkena pneumonia adalah gizi
buruk, imunisasi yang tidak lengkap, tinggal di area padat penduduk, dan
tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Hadir dalam kesempatan sama,
Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Langsung (P2PML)
Kemenkes RI, Dr Wiendra Woworuntu MKes, mengatakan UNICEF menyebutkan
di tahun 2015 hampir 6 juta kematian balita, 16 persennya disebabkan
pneumonia.
Di Indonesia sendiri, setiap jam 2-3 balita meninggal
karena pneumonia. Sementara, data Pusdatin tahun 2009 menunjukkan
pneumonia termasuk 8 penyebab kejadian rawat inap dengan angka kematian
6,63 persen.
"Berdasarkan Riksesdas 2013, prevalensi pneumonia
4,5 persen dan insiden pneumonia 1,8 persen. Data SRS tahun 2014
menunjukkan 24 balita meninggal setiap jam, 4 di antaranya karena
pneumonia," kata dr Wiendra.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar