Pengobatan terhadap leukimia dan kanker lymphoblastic
akut pada anak-anak memang sebagian besar berhasil menyembuhkan.
Sayangnya, beberapa anak kemudian mengalami penyakit jantung yang
berbahaya. Ditengarai, pengobatan terhadap kanker yang pernah diterima
lah yang menjadi pemicunya.
Dalam laporan peneltiian yang dimuat Journal of Clinical Oncology,
para peneliti dari University at Buffalo berusaha mencari jawaban
genetik yang mendasari mengapa beberapa korban kanker anak yang diobati
dengan antibiotik yang kuat seperti Adriamycin dan daunomisin mengalami
gangguan yang disebut kardiomiopati atau penyakit otot jantung di
kemudian hari.
"Anthracyclines adalah obat yang efektif digunakan
untuk mengobati berbagai kanker anak, juga digunakan untuk mengobati
kanker payudara dan kanker ganas lainnya pada orang dewasa," kata
profesor ilmu farmasi University at Buffalo, Javier G. Blanco, PhD.
"Setelah
kanker, korban dapat mengalami kerusakan jantung sejak setahun hingga
lebih dari 15 tahun setelah kemoterapi awal dengan anthracyclines.
Pengetahuan kami dalam memisahkan efektivitas obat ini efek racunnya
masih sempit. Dosisnya harus tepat untuk mencapai efek terapeutik tanpa
membahayakan," kata Blanco seperti dilansir Eurekalert.com, Selasa (20/12/2011).
Blanco
menjelaskan bahwa kunci keberhasilan terapi obat bagi setiap pasien
adalah dengan memahami cara individu merespon obat tersebut setelah
memasuki tubuh secara genetis, dan kemudian menyesuaikan dosisnya agar
lebih tepat lagi.
Bekerja sama dengan Smita Bhatia, MD, MPH,
ketua Departemen Ilmu Kependudukan di City of Hope Nasional Medical
Center di California, Blanco memutuskan untuk melihat bagaimana obat itu
dipecah oleh enzim yang dikode oleh gen tertentu dalam tubuh.
Penelitian
yang dimulai tujuh tahun lalu ini membandingkan genotip DNA dari 170
korban anak kanker yang didiagnosa penyakit otot jantung terkait
pengobatan anthracycline dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 317
anak yang selamat dari kanker tanpa mengalami penyakit jantung.
Menggunakan pendekatan gen kandidat, Blanco dan timnya mampu
mengidentifikasi varian kecil gen yang terkait dengan risiko keracunan
jantung.
Peneliti memusatkan perhatian pada reductases karbonil
(CBR1 dan CBR3), dua enzim yang memecah anthracyclines menjadi metabolit
alkohol kardiotoksik. Blanco mencatat bahwa pada model tikus, tingkat
CBR yang lebih tinggi atau kerja enzim yang lebih cepat akan menentukan
tingkat metabolit yang lebih tinggi dan lebih berisiko meracuni jantung.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa risiko kardiomiopati meningkat secara
signifikan pada individu yang memiliki dua salinan gen CBR3 bila terkena
anthracycline dosis rendah sampai sedang.
"Jika berhenti
menggunakan anthracyclines kita tidak akan mampu mengobati hingga 90
persen anak-anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Orang tua
harus terus memantau kesehatan anak-anak setelah kanker sembuh untuk
mengidentifikasi masalah jantungnya," kata Blanco.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar