ammografi dan rontgen dada biasa dilakukan untuk mendeteksi kanker. Di
samping itu, informasi lain justru menyebutkan bahwa kedua pemeriksaan
ini sebaiknya tak dilakukan karena bisa memicu kanker. Mana yang benar?
Menanggapi
informasi ini, dokter spesialis kanker dari RS Mitra Keluarga Bekasi dr
Wim Panggarbesi, SpB(K)Onk menegaskan bahwa hal ini sama sekali tidak
benar.
"Tingkat radiasinya kan ringan, tidak benar itu. Kalaupun
dilakukan rutin misalnya setahun sekali tidak masalah. Radiasi yang bisa
merusak itu kan kalau terus-menerus dan setiap hari," tutur dr Wim
kepada detikHealth.
Sebagai
tambahan informasi, mammografi merupakan salah satu pemeriksaan yang
bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara. Tes ini disebut-sebut
dapat membantu mendeteksi lebih akurat. Ini karena mammografi bisa
'menangkap' tanda-tanda kanker payudara meski belum ada benjolan yang
teraba.
Bagi mereka yang memiliki risiko tinggi kanker payudara,
misalnya karena ada riwayat keluarga, dr Wim menganjurkan mammografi
dilakukan rutin setidaknya satu kali dalam setahun. "Bagi yang tidak
high risk, bisa dilakukan lima tahun sekali, terutama kalau sudah
berusia 35 tahun ke atas dan sudah menikah," pesan dr Wim.
Senada
dengan dr Wim, dokter spesialis paru RS Mitra Keluarga Bekasi, dr
Anthony D. Tulak, SpP, FCCP juga menegaskan bahwa informasi rontgen dada
memicu kanker juga tidak benar. Menurutnya, kadar radiasi pada tindakan
rontgen sudah terukur dan tidak akan menimbulkan risiko kanker jika
dilakukan.
"Salah itu, radiasi pemeriksaan foto thorax sudah
terukur sehingga tidak akan menyebabkan penyakit walaupun dilakukan
rutin sekali setahun. Ya, rontgen ini sebaiknya dilakukan sekali setahun
pada mereka yang berisiko tinggi, salah satunya perokok. Kalau tidak,
ya bisa dilakukan bergantung kebutuhan ya," pesan dr Anthony.
MITOS DAN FAKTA MENGENAI MAMOGRAFI
Written By iqbal_editing on Senin, 13 Maret 2017 | 07.57
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar